Wali Kota Aminullah Ajak Masyarakat Promosikan Wisata melalui Media Sosial
loading...
A
A
A
BANDA ACEH - Pembangunan yang sering dirumuskan melalui kebijakan ekonomi dalam banyak hal membuktikan keberhasilan. Konsepsi pembangunan tidak harus selalu dihubungkan dengan aspek-aspek spasial.
Aminullah Usman, sang ekonom yang cukup dikenal di Aceh ini punya konsep sendiri dalam menumbuhkan perekonomian di Banda Aceh, kota yang saat ini dipimpinnya.
Multiplier effect, dua kata yang selalu ia dengungkan dalam berbagai kesempatan dalam event-event yang diselenggarakan di Ibu Kota Provinsi Aceh ini. “Setiap event yang digelar, pasti akan ada yang berjualan disekitarnya. Event-event yang kita tampilkan juga sebagai cenderamata bagi setiap wisatawan yang datang ke Banda Aceh,” kata Aminullah, Senin (31/8/2020) di pendopo.
Ia menguraikan, berdasarkan data dari Dinas Pariwisata, secara keseluruhan jumlah kunjungan wisatawan selama 2019 baik domestik maupun mancanegara mencapai 503.992 orang, terbagi dari 26.803 wisatawan mancanegara dan 477.189 nusantara. Jumlah ini mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, pada 2018 angka kunjungan wisatawan hanya sebesar 393.400 orang, dengan rincian wisman 20.897 orang, dari nusantara 372.503 wisatawan.
Menurut mantan Dirut Bank Aceh ini menjelaskan bahwa tiap tahunnya terus terjadi penurunan angka kemiskinan dan pengangguran. “Angka kemiskinan 2017 7,44 persen, 2018 7,25, dan 2019 tersisa 7,22. Sementara pengangguran pada 2018 tinggal 7,29 persen, turun jauh dari 12 persen pada 2015 silam,” ujarnya.
Menurunnya angka kemiskinan dan pengangguran berbanding lurus dengan laju pertumbuhan ekonomi. “Pertumbuhan ekonomi Banda Aceh naik dari 3,39 pada 2017 menjadi 4,49 persen pada 2018. Pendapatan per kapita juga naik dari Rp64,2 juta menjadi Rp66,2 juta per tahun. Kemudian inflasi juga turun dari 4,86 ke 1,93 persen.”
Masih menurut Aminullah, tumbuhnya perekonomian kota juga terkait erat dengan sektor pariwisata yang terus menggeliat. “2017 jumlah kunjungan wisatawan tercatat 288.000 orang, 2018 naik 380.000, dan 2019 meningkat tajam hingga 500.000 lebih wisatawan domestik maupun mancanegara. Penambahan per tahun luar biasa, dari 14.000 ke 210.000 wisatawan.”
Letak yang sangat strategis dan memiliki pesona wisata unik dan komplit menjadikan Banda Aceh sebagai destinasi favorit para turis. “Banda Aceh punya ragam seni budaya dan heritage dengan warganya yang ramah dan kuliner yang menggiurkan. Selain itu juga dekat dengan Sabang dan Aceh yang terkenal akan wisata bahari dan alamnya,” ujar Aminullah.
Di samping wisatawan yang terus berdatangan, para investor juga semakin melirik Banda Aceh. “Mereka melihat prospek cerah investasi di Banda Aceh. Untuk mendukungnya, segala hal menyangkut perizinan kita permudah,” katanya.
Namun, musibah tak ada yang tahu. 2020 merupakan puncak merosotnya perekonomian dunia. Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) membadai, menjadi pandemi yang melumpuhkan semua sektor.
Kunjungan wisatawan di Banda Aceh pun menunjukkan grafik menurun. Data dispar per Juli 2020, menunjukkan angka wisatawan sebanyak 88.068 kunjungan, dengan wisatawan nusantara 84.890 kunjungan dan manca negara 3.178 kunjungan.
Dibandingkan pada 2019 jumlah kunjungan wisatawan sampai bulan Juli; Wisatawan Nusantara 210.950 dan Wisatawan Manca Negara 9.014 kunjungan, dengan total 219.964 kunjungan.
Sehingga pertumbuhan kunjungan wisatawan ke Banda Aceh priode juli 2020 dibandingkan Juli 2019 adalah sebanyak 131.896 (59, 96%). Terjadi penurunan cukup dratis akibat wabah Covid-19.
Mantan Bankir ini pun tak tinggal diam, Banda Aceh yang mengandalkan sektor dagang dan jasa itu dirangkul dengan memberdayakan UMKM di tengah pandemi. “Banda Aceh yang perekonomiannya bertumpu sebagian besar pada sektor perdagangan, jasa dan pariwisata, ada sebanyak 12.970 umkm dan 506 koperasi. Kita berdayakan semuanya dengan menjahit masker dan kita (pemkot) beli untuk dibagikan bagi mereka yang kurang mampu,” kata Aminullah.
Upaya lainnya pun terus dilakukan, sebagai upaya penopang ekonomi masyarakat pada masa krisis seperti saat ini. Bertahan dalam masa ini, dan terus mengajak masyarakat untuk mempromosikan wisata melalui media sosial. “Sektor wisata jadi indikator penting dalam pembangunan ekonomi. Sektor wisata terus kita upgrade. Setelah pandemi ini berlalu, tentu semua akan berlibur, dan kita punya sejumlah lokasi wisata yang siap memanjakan para wisatawan,” pungkas Aminullah.
Museum Tsunami, PLTD apung, Boat di atas rumah, Mesjid Raya Baiturrahman, Gunongan, Putro Phang, Rumoh Aceh, Pantai Ulee Lheu, Makam Syiah Kuala, Kerkhof Belanda, Taman Bustanussalatin. Destinasi tersebut merupakan destinasi yang telah dikenal di mata dunia, karena memiliki nilai sejarah yang tinggi.
Disamping itu, setiap wisatawan juga akan disambut dengan berbagai tarian adat Aceh, seperti tari Ranup Lampuan, Rapai Geleng, hingga Tob Dabôh (seni memukul diri) yang dikemas dalam berbagai acara/event kesenian setiap pekannya di Taman Bustanussalatin.
Aminullah dalam berbagai kesempatannya juga turut mempromosikan kuliner khas dari kota para raja itu. Misalnya, seduhan kopi ternikmat di dunia (biji kopi gayo), makanan dengan masakan khas Aceh yang dilabeli 3E; Enak, enak sekali (w)eeenak banget. Belum lagi Mi Aceh yang sangat memanjakan lidah, dan masih banyak hal menarik lainnya yang dapat dijumpai ketika singgah di kota terindah ujung pulau Sumatera ini.
Aminullah Usman, sang ekonom yang cukup dikenal di Aceh ini punya konsep sendiri dalam menumbuhkan perekonomian di Banda Aceh, kota yang saat ini dipimpinnya.
Multiplier effect, dua kata yang selalu ia dengungkan dalam berbagai kesempatan dalam event-event yang diselenggarakan di Ibu Kota Provinsi Aceh ini. “Setiap event yang digelar, pasti akan ada yang berjualan disekitarnya. Event-event yang kita tampilkan juga sebagai cenderamata bagi setiap wisatawan yang datang ke Banda Aceh,” kata Aminullah, Senin (31/8/2020) di pendopo.
Ia menguraikan, berdasarkan data dari Dinas Pariwisata, secara keseluruhan jumlah kunjungan wisatawan selama 2019 baik domestik maupun mancanegara mencapai 503.992 orang, terbagi dari 26.803 wisatawan mancanegara dan 477.189 nusantara. Jumlah ini mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, pada 2018 angka kunjungan wisatawan hanya sebesar 393.400 orang, dengan rincian wisman 20.897 orang, dari nusantara 372.503 wisatawan.
Menurut mantan Dirut Bank Aceh ini menjelaskan bahwa tiap tahunnya terus terjadi penurunan angka kemiskinan dan pengangguran. “Angka kemiskinan 2017 7,44 persen, 2018 7,25, dan 2019 tersisa 7,22. Sementara pengangguran pada 2018 tinggal 7,29 persen, turun jauh dari 12 persen pada 2015 silam,” ujarnya.
Menurunnya angka kemiskinan dan pengangguran berbanding lurus dengan laju pertumbuhan ekonomi. “Pertumbuhan ekonomi Banda Aceh naik dari 3,39 pada 2017 menjadi 4,49 persen pada 2018. Pendapatan per kapita juga naik dari Rp64,2 juta menjadi Rp66,2 juta per tahun. Kemudian inflasi juga turun dari 4,86 ke 1,93 persen.”
Masih menurut Aminullah, tumbuhnya perekonomian kota juga terkait erat dengan sektor pariwisata yang terus menggeliat. “2017 jumlah kunjungan wisatawan tercatat 288.000 orang, 2018 naik 380.000, dan 2019 meningkat tajam hingga 500.000 lebih wisatawan domestik maupun mancanegara. Penambahan per tahun luar biasa, dari 14.000 ke 210.000 wisatawan.”
Letak yang sangat strategis dan memiliki pesona wisata unik dan komplit menjadikan Banda Aceh sebagai destinasi favorit para turis. “Banda Aceh punya ragam seni budaya dan heritage dengan warganya yang ramah dan kuliner yang menggiurkan. Selain itu juga dekat dengan Sabang dan Aceh yang terkenal akan wisata bahari dan alamnya,” ujar Aminullah.
Di samping wisatawan yang terus berdatangan, para investor juga semakin melirik Banda Aceh. “Mereka melihat prospek cerah investasi di Banda Aceh. Untuk mendukungnya, segala hal menyangkut perizinan kita permudah,” katanya.
Namun, musibah tak ada yang tahu. 2020 merupakan puncak merosotnya perekonomian dunia. Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) membadai, menjadi pandemi yang melumpuhkan semua sektor.
Kunjungan wisatawan di Banda Aceh pun menunjukkan grafik menurun. Data dispar per Juli 2020, menunjukkan angka wisatawan sebanyak 88.068 kunjungan, dengan wisatawan nusantara 84.890 kunjungan dan manca negara 3.178 kunjungan.
Dibandingkan pada 2019 jumlah kunjungan wisatawan sampai bulan Juli; Wisatawan Nusantara 210.950 dan Wisatawan Manca Negara 9.014 kunjungan, dengan total 219.964 kunjungan.
Sehingga pertumbuhan kunjungan wisatawan ke Banda Aceh priode juli 2020 dibandingkan Juli 2019 adalah sebanyak 131.896 (59, 96%). Terjadi penurunan cukup dratis akibat wabah Covid-19.
Mantan Bankir ini pun tak tinggal diam, Banda Aceh yang mengandalkan sektor dagang dan jasa itu dirangkul dengan memberdayakan UMKM di tengah pandemi. “Banda Aceh yang perekonomiannya bertumpu sebagian besar pada sektor perdagangan, jasa dan pariwisata, ada sebanyak 12.970 umkm dan 506 koperasi. Kita berdayakan semuanya dengan menjahit masker dan kita (pemkot) beli untuk dibagikan bagi mereka yang kurang mampu,” kata Aminullah.
Upaya lainnya pun terus dilakukan, sebagai upaya penopang ekonomi masyarakat pada masa krisis seperti saat ini. Bertahan dalam masa ini, dan terus mengajak masyarakat untuk mempromosikan wisata melalui media sosial. “Sektor wisata jadi indikator penting dalam pembangunan ekonomi. Sektor wisata terus kita upgrade. Setelah pandemi ini berlalu, tentu semua akan berlibur, dan kita punya sejumlah lokasi wisata yang siap memanjakan para wisatawan,” pungkas Aminullah.
Museum Tsunami, PLTD apung, Boat di atas rumah, Mesjid Raya Baiturrahman, Gunongan, Putro Phang, Rumoh Aceh, Pantai Ulee Lheu, Makam Syiah Kuala, Kerkhof Belanda, Taman Bustanussalatin. Destinasi tersebut merupakan destinasi yang telah dikenal di mata dunia, karena memiliki nilai sejarah yang tinggi.
Disamping itu, setiap wisatawan juga akan disambut dengan berbagai tarian adat Aceh, seperti tari Ranup Lampuan, Rapai Geleng, hingga Tob Dabôh (seni memukul diri) yang dikemas dalam berbagai acara/event kesenian setiap pekannya di Taman Bustanussalatin.
Aminullah dalam berbagai kesempatannya juga turut mempromosikan kuliner khas dari kota para raja itu. Misalnya, seduhan kopi ternikmat di dunia (biji kopi gayo), makanan dengan masakan khas Aceh yang dilabeli 3E; Enak, enak sekali (w)eeenak banget. Belum lagi Mi Aceh yang sangat memanjakan lidah, dan masih banyak hal menarik lainnya yang dapat dijumpai ketika singgah di kota terindah ujung pulau Sumatera ini.
(alf)