Warung Kopi Phoenampungan Menteng: Ruang Aktivis Nasional Bertemu dan Tukar Gagasan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sebuah tempat baru yang unik dan penuh makna kini hadir di Jalan Wahid Hasyim No.12, Menteng, Jakarta Pusat. Warung Kopi (Warkop) Phoenampungan tidak hanya menawarkan secangkir kopi nikmat, tetapi juga ruang bertukar ide dan inspirasi bagi para aktivis lintas sektor di Indonesia.
Tempat itu didirikan 6 anak muda perantauan dari Sulawesi Selatan yakni Muhammad Risman Pasigai (MRP), Abdul Razak Said, Ziaul Haq Coi, Rizky Maulana, Saudi Arabia Tahir, dan Thamrin Barubu. Warkop ini menjadi simbol pergerakan baru kaum muda.
MRP menceritakan awal mula pembentukan warkop ini. Dia dan kawan-kawan aktivis kehilangan warkop tempat berkumpul.
“Warung kopi itu tutup, kemudian ada sekitar tiga tahun kawan-kawan kita khususnya dari Makassar, dari Sumatera, dari beberapa daerah, dan teman-teman aktivis tidak ada tempat kumpul. Kemudian berpencar-pencar tempat kumpulnya,” ujarnya, Selasa (14/1/2025).
Akhirnya, dia bersama 5 temannya membuat ruang untuk aktivis berkumpul. Ruang itulah yang kini bernama Warkop Poenampungan.
“Akhirnya saya bersama beberapa teman-teman berinisiatif, bagaimana kalau kita buat warung kopi sebagai pusat, sebagai titik kumpul teman-teman yang selama ini bersama dengan kita,” ucapnya.
Nama Poenampungan dipilih bukan tanpa alasan. MRP menceritakan harapan agar tempat ini menampung segala macam kalangan dan beragam pemikiran.
“Saya bicara sama teman-teman, gimana kalau nama wartup kita Warkop Penampungan. Jadi menampung semua gagasan, semua ide. Semua teman-teman dari mana saja, kita tampung di sini kita akselerasi,” katanya.
Menurut MRP, Warkop Phoenampungan tidak hanya sekadar usaha ekonomi. “Kami ingin menciptakan ruang di mana kaum muda dapat berkumpul, berdiskusi, dan saling menginspirasi. Ini bukan hanya tempat ngopi, tetapi juga rumah kedua bagi mereka yang ingin berkontribusi untuk perubahan,” ujarnya.
Warkop Phoenampungan membawa semangat kebersahajaan dan kebersamaan melalui tagline khasnya “Mengolah seperlunya, minum kopi secukupnya, bersahabat selamanya.”
Tagline ini mencerminkan filosofi para pendirinya yang ingin menghadirkan warung kopi sebagai tempat berkumpul yang santai, namun penuh arti.
Warung kopi selalu menjadi simbol pergerakan dan pemikiran besar bagi banyak generasi. Di Warkop Phoenampungan, ide-ide revolusioner, perubahan sosial, hingga inovasi bisnis kecil kerap lahir dari diskusi ringan.
“Kami percaya ide-ide besar dimulai dari percakapan sederhana di meja kopi. Itulah yang ingin kami fasilitasi di sini,” katanya.
Menu andalannya, kopi khas Sulawesi Selatan menjadi salah satu daya tarik yang membawa cita rasa autentik dari tanah kelahiran para pendirinya.
Tempat itu didirikan 6 anak muda perantauan dari Sulawesi Selatan yakni Muhammad Risman Pasigai (MRP), Abdul Razak Said, Ziaul Haq Coi, Rizky Maulana, Saudi Arabia Tahir, dan Thamrin Barubu. Warkop ini menjadi simbol pergerakan baru kaum muda.
MRP menceritakan awal mula pembentukan warkop ini. Dia dan kawan-kawan aktivis kehilangan warkop tempat berkumpul.
“Warung kopi itu tutup, kemudian ada sekitar tiga tahun kawan-kawan kita khususnya dari Makassar, dari Sumatera, dari beberapa daerah, dan teman-teman aktivis tidak ada tempat kumpul. Kemudian berpencar-pencar tempat kumpulnya,” ujarnya, Selasa (14/1/2025).
Akhirnya, dia bersama 5 temannya membuat ruang untuk aktivis berkumpul. Ruang itulah yang kini bernama Warkop Poenampungan.
“Akhirnya saya bersama beberapa teman-teman berinisiatif, bagaimana kalau kita buat warung kopi sebagai pusat, sebagai titik kumpul teman-teman yang selama ini bersama dengan kita,” ucapnya.
Nama Poenampungan dipilih bukan tanpa alasan. MRP menceritakan harapan agar tempat ini menampung segala macam kalangan dan beragam pemikiran.
“Saya bicara sama teman-teman, gimana kalau nama wartup kita Warkop Penampungan. Jadi menampung semua gagasan, semua ide. Semua teman-teman dari mana saja, kita tampung di sini kita akselerasi,” katanya.
Menurut MRP, Warkop Phoenampungan tidak hanya sekadar usaha ekonomi. “Kami ingin menciptakan ruang di mana kaum muda dapat berkumpul, berdiskusi, dan saling menginspirasi. Ini bukan hanya tempat ngopi, tetapi juga rumah kedua bagi mereka yang ingin berkontribusi untuk perubahan,” ujarnya.
Warkop Phoenampungan membawa semangat kebersahajaan dan kebersamaan melalui tagline khasnya “Mengolah seperlunya, minum kopi secukupnya, bersahabat selamanya.”
Tagline ini mencerminkan filosofi para pendirinya yang ingin menghadirkan warung kopi sebagai tempat berkumpul yang santai, namun penuh arti.
Warung kopi selalu menjadi simbol pergerakan dan pemikiran besar bagi banyak generasi. Di Warkop Phoenampungan, ide-ide revolusioner, perubahan sosial, hingga inovasi bisnis kecil kerap lahir dari diskusi ringan.
“Kami percaya ide-ide besar dimulai dari percakapan sederhana di meja kopi. Itulah yang ingin kami fasilitasi di sini,” katanya.
Menu andalannya, kopi khas Sulawesi Selatan menjadi salah satu daya tarik yang membawa cita rasa autentik dari tanah kelahiran para pendirinya.
(jon)