Tokoh Masyarakat Sesalkan Kasus Dugaan Perusakan Musala di Minahasa Utara
A
A
A
MANADO - Sejumlah tokoh masyarakat dan aktivis menyesalkan kasus dugaan perusakan musala di Perum Agape, Tumaluntung, Minahasa Utara, Sulawesi Utara, Rabu malam (29/1/2020)
Aksi perusakan bangunan musala ini terekam dalam rekaman video yang menyebar di media sosial (medsos) dan WhatsApp group (WAG) hingga viral. Sejumlah umat muslim Sulawesi Utara terusik dan berusaha mendatangi lokasi di Perum Agape beberapa saat setelah kejadian. (Baca juga: Musala 'Disulap' Jadi Lapak, Pedagang Pasar Legi Protes)
Namun personel Polres Minahasa Utara dan TNI Kodim Minut bisa meredam dan mengendalikan kondisi. Massa yang mendatangi lokasi bisa dihalau. "Kami harus bersikap. Ini sudah keterlaluan. Harus diproses secara hukum dan tidak bisa sebatas dialog," tandas Presidium Korps Alumnu Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Sulawesi Utara, Abdurrahman Konoras, Kamis (30/1/2020).
Dosen senior Fakuitas Hukum Unsrat ini mendesak semua ormas Islam memperkarakan oknum dan dalang perusak musala tersebut. "Ini tidak bisa dibiarkan begini terus. Kita harus tegas dan kasus tersebut harus dbawa ke ranah hukum," tegasnya.
Sementara itu, senator Sulawesi Utara, Djafar Alkatiri bergerak cepat. Tokoh muslim yang ikut berjuang mengawal musala yang sama saat kejadian Juli 2019 lalu itu mengajak bermusyawarah di Masjid Raya Ahmad Yani, Kamis pagi (30/1/2020).
"Mari kita semua datang di masjid Ahmad Yani. Kita tentukan sikap bersama. Setelah itu kita ke Polda Pangdam dan ke Tumaluntung. Harus ada tindakan hukum tegas," katanya. Ajaka itu direspons oleh sejumlah tokoh agama, aktivis serta masyarakat dengan mendatangi Masjid Raya Ahmad Yani.
Aksi perusakan bangunan musala ini terekam dalam rekaman video yang menyebar di media sosial (medsos) dan WhatsApp group (WAG) hingga viral. Sejumlah umat muslim Sulawesi Utara terusik dan berusaha mendatangi lokasi di Perum Agape beberapa saat setelah kejadian. (Baca juga: Musala 'Disulap' Jadi Lapak, Pedagang Pasar Legi Protes)
Namun personel Polres Minahasa Utara dan TNI Kodim Minut bisa meredam dan mengendalikan kondisi. Massa yang mendatangi lokasi bisa dihalau. "Kami harus bersikap. Ini sudah keterlaluan. Harus diproses secara hukum dan tidak bisa sebatas dialog," tandas Presidium Korps Alumnu Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Sulawesi Utara, Abdurrahman Konoras, Kamis (30/1/2020).
Dosen senior Fakuitas Hukum Unsrat ini mendesak semua ormas Islam memperkarakan oknum dan dalang perusak musala tersebut. "Ini tidak bisa dibiarkan begini terus. Kita harus tegas dan kasus tersebut harus dbawa ke ranah hukum," tegasnya.
Sementara itu, senator Sulawesi Utara, Djafar Alkatiri bergerak cepat. Tokoh muslim yang ikut berjuang mengawal musala yang sama saat kejadian Juli 2019 lalu itu mengajak bermusyawarah di Masjid Raya Ahmad Yani, Kamis pagi (30/1/2020).
"Mari kita semua datang di masjid Ahmad Yani. Kita tentukan sikap bersama. Setelah itu kita ke Polda Pangdam dan ke Tumaluntung. Harus ada tindakan hukum tegas," katanya. Ajaka itu direspons oleh sejumlah tokoh agama, aktivis serta masyarakat dengan mendatangi Masjid Raya Ahmad Yani.
(shf)