Misteri Mister Gendeng Sesepuh PKI yang Pengaruhi DN Aidit
loading...
A
A
A
JAKARTA - Mister Gendeng mungkin jadi salah satu nama dalam sejarah yang kurang dikenal masyarakat. Konon dialah sosok yang memengaruhi pemikiran DN Aidit di PKI.
Dipa Nusantara Aidit atau DN Aidit yang merupakan salah satu pentolan PKI, jadi orang yang paling diburu setelah peristiwa G30S terjadi pada tahun 1965.
DN Aidit dianggap sebagai salah satu dalang peristiwa penculikan dan pembunuhan sejumlah Jenderal Angkatan Darat di sumur lubang buaya, Jakarta.
Setelah melakukan berbagai pelarian, DN Aidit pada akhirnya dapat ditangkap di Jawa Tengah dan dieksekusi oleh tentara Kostrad di dekat sebuah sumur di wilayah Boyolali.
Jauh sebelum memimpin PKI dan peristiwa G30S, DN Aidit diketahui telah banyak dipengaruhi oleh Mr Jusuf yang akrab disapa Mister Gendeng.
Mister Gendeng diketahui merupakan seorang revolusioner senior asal Jawa Timur yang aktif di Gerindo (Gerakan Rakyat Indonesia). Meski begitu, sosoknya ini sangat jarang diceritakan dalam sejarah Kemerdekaan Indonesia.
Gendeng dalam bahasa Jawa berarti "Gila", hal itu menunjukkan kegilaannya karena sangat berani melawan Jepang. Ia bahkan tak gentar memaki-maki Jepang di depan umum.
Karena itulah mulai banyak pemuda yang termasuk Aidit, kagum terhadap Mister Gendeng. Di mana kala itu, Mr Jusuf dikenal sebagai pemimpin Joyoboyo, yakni gerakan anti fasis yang diketahui berasal dari wilayah karesidenan Besuki (Tapal Kuda atau Lumajang, Jember dan sekitarnya), Jawa Timur.
Setelah mendapatkan ijazah hukum dari Leiden Belanda tahun 1937, Mr Jusuf kabarnya pernah bekerja di departemen dalam negeri.
Setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya, tepatnya pada 21 Oktober 1945, Mr Jusuf secara resmi mendirikan kembali PKI setelah pada tahun 1926 hancur karena gagal melakukan pemberontakan.
Kala itu, Mr Jusuf tampil sebagai ketua dengan Mr Suprapto sebagai sekretaris. Bangkitnya PKI mendapat sambutan meriah dari berbagai daerah.
Hingga akhir tahun 1945 cabang PKI telah berdiri di sejumlah daerah, yakni diantaranya Madiun, Malang, Surabaya, Sukabumi, Cirebon, Solo dan Pekalongan.
Sejak saat itu, PKI mulai aktif menerbitkan majalah Bintang Merah dengan oplah 3.000 eksemplar. Mereka juga mendirikan Laskar Merah, yakni di antaranya di Jombang, Madiun, Magetan, Purwokerto, Ambarawa, dan Yogyakarta.
Agenda politik pertama PKI pimpinan Mr Jusuf adalah mendesak pemerintahan Soekarno menggelar pemilihan umum secara langsung dan rahasia.
Dalam buku "Orang-orang di Persimpangan Kiri Jalan", Aidit yang telah menjadi ketua PKI menyebutkan jika mister gendeng adalah sosok komunis yang baik, yang kepemimpinannya di PKI tidak perlu diragukan.
Sebenarnya, Mister Gendeng memang tidak secara langsung memengaruhi pemikiran DN Aidit. Namun melalui tindakannya ketika memimpin PKI itulah yang membuat Aidit kagum dan terinspirasi.
Nama Mr Jusuf atau Mister Gendeng memang tak setenar DN Aidit, Sjam Kamaruzzaman, dan Njoto. Namun dia tetap menjadi salah satu sosok yang tidak dapat dilepaskan dalam sejarah.
Dipa Nusantara Aidit atau DN Aidit yang merupakan salah satu pentolan PKI, jadi orang yang paling diburu setelah peristiwa G30S terjadi pada tahun 1965.
DN Aidit dianggap sebagai salah satu dalang peristiwa penculikan dan pembunuhan sejumlah Jenderal Angkatan Darat di sumur lubang buaya, Jakarta.
Setelah melakukan berbagai pelarian, DN Aidit pada akhirnya dapat ditangkap di Jawa Tengah dan dieksekusi oleh tentara Kostrad di dekat sebuah sumur di wilayah Boyolali.
Kisah Mister Gendeng Pengaruhi DN Aidit
Jauh sebelum memimpin PKI dan peristiwa G30S, DN Aidit diketahui telah banyak dipengaruhi oleh Mr Jusuf yang akrab disapa Mister Gendeng.
Mister Gendeng diketahui merupakan seorang revolusioner senior asal Jawa Timur yang aktif di Gerindo (Gerakan Rakyat Indonesia). Meski begitu, sosoknya ini sangat jarang diceritakan dalam sejarah Kemerdekaan Indonesia.
Gendeng dalam bahasa Jawa berarti "Gila", hal itu menunjukkan kegilaannya karena sangat berani melawan Jepang. Ia bahkan tak gentar memaki-maki Jepang di depan umum.
Karena itulah mulai banyak pemuda yang termasuk Aidit, kagum terhadap Mister Gendeng. Di mana kala itu, Mr Jusuf dikenal sebagai pemimpin Joyoboyo, yakni gerakan anti fasis yang diketahui berasal dari wilayah karesidenan Besuki (Tapal Kuda atau Lumajang, Jember dan sekitarnya), Jawa Timur.
Setelah mendapatkan ijazah hukum dari Leiden Belanda tahun 1937, Mr Jusuf kabarnya pernah bekerja di departemen dalam negeri.
Setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya, tepatnya pada 21 Oktober 1945, Mr Jusuf secara resmi mendirikan kembali PKI setelah pada tahun 1926 hancur karena gagal melakukan pemberontakan.
Kala itu, Mr Jusuf tampil sebagai ketua dengan Mr Suprapto sebagai sekretaris. Bangkitnya PKI mendapat sambutan meriah dari berbagai daerah.
Hingga akhir tahun 1945 cabang PKI telah berdiri di sejumlah daerah, yakni diantaranya Madiun, Malang, Surabaya, Sukabumi, Cirebon, Solo dan Pekalongan.
Sejak saat itu, PKI mulai aktif menerbitkan majalah Bintang Merah dengan oplah 3.000 eksemplar. Mereka juga mendirikan Laskar Merah, yakni di antaranya di Jombang, Madiun, Magetan, Purwokerto, Ambarawa, dan Yogyakarta.
Agenda politik pertama PKI pimpinan Mr Jusuf adalah mendesak pemerintahan Soekarno menggelar pemilihan umum secara langsung dan rahasia.
Dalam buku "Orang-orang di Persimpangan Kiri Jalan", Aidit yang telah menjadi ketua PKI menyebutkan jika mister gendeng adalah sosok komunis yang baik, yang kepemimpinannya di PKI tidak perlu diragukan.
Sebenarnya, Mister Gendeng memang tidak secara langsung memengaruhi pemikiran DN Aidit. Namun melalui tindakannya ketika memimpin PKI itulah yang membuat Aidit kagum dan terinspirasi.
Nama Mr Jusuf atau Mister Gendeng memang tak setenar DN Aidit, Sjam Kamaruzzaman, dan Njoto. Namun dia tetap menjadi salah satu sosok yang tidak dapat dilepaskan dalam sejarah.
(shf)