Kisah Tragis Lettu Sudaryanto, Gugur dalam Pelukan Prabowo Subianto di Operasi Seroja Timor Timur
loading...
A
A
A
DALAM perjalanan karier militernya, Prabowo Subianto menyaksikan berbagai peristiwa tragis, termasuk kehilangan rekan-rekannya dalam Operasi Seroja di Timor Timur. Hal itu membuat Presiden RI ke-8 itu sangat tangguh di medan perang.
Salah satu momen paling memilukan adalah ketika Letnan Satu (Lettu) Sudaryanto, komandannya di Unit C Pasukan Nanggala 10, gugur dalam pelukannya saat bertugas di Maubara, Timor Timur.
Kisah ini diungkapkan oleh Prabowo dalam biografinya berjudul “Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto”.
Pada saat itu, Prabowo masih berpangkat Letnan Dua bertugas sebagai Perwira Intelijen di bawah komando Mayor Inf. Yunus Yosfiah. Karena banyak perwira yang gugur, Prabowo kemudian diangkat sebagai Wakil Komandan Unit C, dengan kekuatan sekitar 20 prajurit.
Dalam salah satu misi untuk merebut ketinggian di atas Kota Maubara, pasukan Prabowo diserang secara mendadak oleh kelompok bersenjata Fretilin. Baku tembak pun tak terhindarkan, dan Lettu Sudaryanto yang berada di garis depan tertembak.
Serangan tersebut memaksa pasukan Unit C mundur dan bertahan di parit. Dalam keadaan kritis, Sudaryanto memanggil Prabowo dan anak buahnya untuk membantunya. Prabowo memutuskan untuk merayap ke depan, meski berbahaya karena musuh masih aktif menembaki.
Meskipun medan yang sulit dan beratnya tubuh Sudaryanto menghambat upaya penyelamatan, akhirnya beberapa prajurit bergabung untuk mengevakuasi Sudaryanto ke garis belakang.
Namun, meski upaya sudah maksimal, Sudaryanto akhirnya gugur dalam pelukan Prabowo pada pukul 03.00 dini hari. “Saya tidak bisa melupakan momen ketika komandan saya menghembuskan napas terakhir di pelukan saya,” kenang Prabowo dengan emosional.
Tak hanya Sudaryanto, Prabowo juga kehilangan Letnan Satu TNI Anumerta Siprianus Gebo, prajurit Batalyon Infanteri Lintas Udara 328/Dirgahayu (Yonif Linud 328) dalam Operasi Seroja. Gebo, yang dikenal berani dan selalu berada di garis depan dalam pertempuran.
Dia gugur saat memimpin serangan terhadap camp musuh di Timor Timur pada tahun 1988. Atas keberaniannya, Gebo dianugerahi Bintang Sakti. Sepak terjang pasukan Nanggala-28 di bawah pimpinan Kapten Prabowo Subianto cukup diperhitungkan.
Dalam operasi militer berskala besar ini pasukan Prabowo disebut-sebut berhasil menewaskan Presiden Fretilin Nicolao Lobato.Hal itu sebagaimana Dirangkum dalam buku berjudul “Jenderal M Jusuf Panglima Para Prajurit”.
Prabowo Subianto beserta pasukannya dikerahkan setelah TNI menerjunkan pasukan gabungan Batalyon Parikesit yang terdiri atas prajurit dari kesatuan elite Kopassandha (Kopassus), Korps Marinir serta Kopasgat (Paskhas).
Pada 30 Desember 1978, Prabowo melapor kepada Mayor Yunus Yosfiah, jika anggotanya memergoki pergerakan pasukan dalam jumlah besar. Setelah dilakukan pengejaran, kontak tembak antara pasukan Prabowo dengan anak buah Nicolao Lobato tak terhindarkan.
Sejumlah pengawal Nicolao Lobato tewas. Bersama anggotanya yang tersisa Nicolao Lobato berusaha melarikan diri, namun upaya tersebut gagal setelah pasukannya dicegat oleh Batalyon 744 Somodok keesokan harinya.
“Pelarian Nicolao Lobato berakhir setelah ditembak oleh Jacobus Maradebo, prajurit TNI asal Timor Timur,” tulis Letjen TNI (Purn) Kiki Syahnarki dalam bukunya “Timor-Timur The Untold Story”.
Lihat Juga: Kisah Tumenggung Pati Pembisik Sultan Amangkurat I Meredam Konflik Kesultanan Mataram dengan Banten
Salah satu momen paling memilukan adalah ketika Letnan Satu (Lettu) Sudaryanto, komandannya di Unit C Pasukan Nanggala 10, gugur dalam pelukannya saat bertugas di Maubara, Timor Timur.
Kisah ini diungkapkan oleh Prabowo dalam biografinya berjudul “Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto”.
Pada saat itu, Prabowo masih berpangkat Letnan Dua bertugas sebagai Perwira Intelijen di bawah komando Mayor Inf. Yunus Yosfiah. Karena banyak perwira yang gugur, Prabowo kemudian diangkat sebagai Wakil Komandan Unit C, dengan kekuatan sekitar 20 prajurit.
Dalam salah satu misi untuk merebut ketinggian di atas Kota Maubara, pasukan Prabowo diserang secara mendadak oleh kelompok bersenjata Fretilin. Baku tembak pun tak terhindarkan, dan Lettu Sudaryanto yang berada di garis depan tertembak.
Serangan tersebut memaksa pasukan Unit C mundur dan bertahan di parit. Dalam keadaan kritis, Sudaryanto memanggil Prabowo dan anak buahnya untuk membantunya. Prabowo memutuskan untuk merayap ke depan, meski berbahaya karena musuh masih aktif menembaki.
Meskipun medan yang sulit dan beratnya tubuh Sudaryanto menghambat upaya penyelamatan, akhirnya beberapa prajurit bergabung untuk mengevakuasi Sudaryanto ke garis belakang.
Baca Juga
Namun, meski upaya sudah maksimal, Sudaryanto akhirnya gugur dalam pelukan Prabowo pada pukul 03.00 dini hari. “Saya tidak bisa melupakan momen ketika komandan saya menghembuskan napas terakhir di pelukan saya,” kenang Prabowo dengan emosional.
Tak hanya Sudaryanto, Prabowo juga kehilangan Letnan Satu TNI Anumerta Siprianus Gebo, prajurit Batalyon Infanteri Lintas Udara 328/Dirgahayu (Yonif Linud 328) dalam Operasi Seroja. Gebo, yang dikenal berani dan selalu berada di garis depan dalam pertempuran.
Dia gugur saat memimpin serangan terhadap camp musuh di Timor Timur pada tahun 1988. Atas keberaniannya, Gebo dianugerahi Bintang Sakti. Sepak terjang pasukan Nanggala-28 di bawah pimpinan Kapten Prabowo Subianto cukup diperhitungkan.
Dalam operasi militer berskala besar ini pasukan Prabowo disebut-sebut berhasil menewaskan Presiden Fretilin Nicolao Lobato.Hal itu sebagaimana Dirangkum dalam buku berjudul “Jenderal M Jusuf Panglima Para Prajurit”.
Prabowo Subianto beserta pasukannya dikerahkan setelah TNI menerjunkan pasukan gabungan Batalyon Parikesit yang terdiri atas prajurit dari kesatuan elite Kopassandha (Kopassus), Korps Marinir serta Kopasgat (Paskhas).
Pada 30 Desember 1978, Prabowo melapor kepada Mayor Yunus Yosfiah, jika anggotanya memergoki pergerakan pasukan dalam jumlah besar. Setelah dilakukan pengejaran, kontak tembak antara pasukan Prabowo dengan anak buah Nicolao Lobato tak terhindarkan.
Sejumlah pengawal Nicolao Lobato tewas. Bersama anggotanya yang tersisa Nicolao Lobato berusaha melarikan diri, namun upaya tersebut gagal setelah pasukannya dicegat oleh Batalyon 744 Somodok keesokan harinya.
“Pelarian Nicolao Lobato berakhir setelah ditembak oleh Jacobus Maradebo, prajurit TNI asal Timor Timur,” tulis Letjen TNI (Purn) Kiki Syahnarki dalam bukunya “Timor-Timur The Untold Story”.
Lihat Juga: Kisah Tumenggung Pati Pembisik Sultan Amangkurat I Meredam Konflik Kesultanan Mataram dengan Banten
(ams)