Perlawanan Arek-arek Malang dalam Perang Pertahankan Kemerdekaan Melawan Belanda di Coban Jahe

Senin, 12 Agustus 2024 - 08:28 WIB
loading...
Perlawanan Arek-arek...
Lokasi pertempuran pejuang kemerdekaan dengan Belanda yang sekarang menjadi Taman Makam Pahlawan Coban Jahe, Malang, Jawa Timur. Foto/Avirista Midaada
A A A
MALANG - Perjuangan mempertahankan kemerdekaan dilakukan oleh Arek-arek Malang, Jawa Timur dalam pertempuran sengit melawan penjajah Belanda di kawasan Coban Jahe, tak jauh dari kawasan hutan Gunung Bromo.

Di kawasan hutan yang dinamakan Kalijahe, inilah pejuang gerilyawan berusaha menghadapi serangan dari Belanda dan pasukan sekutu yang berusaha kembali menguasai Indonesia.


Saat itu, dari sekitar 150-an pasukan yang disebut Kompi Gagak Lodra di bawah pimpinan Kapten Sabar Sutopo, 38 pasukan gugur lantaran serangan dari pasukan Belanda yang ada di sekeliling bukit. Serangan Belanda dilakukan pasca Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945.

Sejarawan sekaligus pegiat sejarah Malang Eko Irawan menuturkan, saat itu pasukan ini mendapat tugas khusus dari Hamid Rusdi menuju Tosari melalui lautan pasir Gunung Bromo.



Mereka ditugasi untuk merebut pos Tosari yang berhasil ditaklukkan Belanda pada 22 Desember 1948. Namun saat pasukan perjalanan ke Pasuruan, terhalang oleh pertahanan yang kuat oleh Belanda.

“Dari sana pasukan kembali ke arah Malang dan sampai ke Kalijahe. Namun di Kalijahe ini mereka terjebak hujan dan cuaca buruk selama dua hari di hutan Kalijahe. Tapi saat berada di Kalijahe ini para pasukan diserang dari atas pegunungan oleh pasukan Belanda,” ujar Eko dikutip Senin (12/8/2024).



Eko menjelaskan bila meski para pejuang telah berhati-hati dan berjalan kaki di sepanjang hutan lembah untuk menghindari pasukan Belanda. Namun ternyata ada warga pribumi yang membocorkan tempat persembunyian pasukan Gagak Lodra ini.

“Ada warga kita yang membocorkan ke Belanda mengatakan ada pasukan gerilyawan ini berada di lembah hutan Kalijahe. Kan memang warga sendiri ada yang pro dan kontra Belanda. Jadi mungkin Belanda ini bisa memprovokasi warga pribumi untuk menjadi mata-mata,” terang pria yang juga pengelola Museum Reenactor Ngalam.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1786 seconds (0.1#10.140)