Mitos Penciptaan Gunung Suci di Pulau Jawa dari Peninggalan Dewa Kuno

Jum'at, 09 Agustus 2024 - 11:19 WIB
loading...
Mitos Penciptaan Gunung...
Kisah penciptaan daratan Pulau Jawa sebelum menjadi tempat kerajaan masa lampau berkuasa konon sengaja diciptakan para dewa. Foto/Istimewa
A A A
Kisah penciptaan daratan Pulau Jawa sebelum menjadi tempat kerajaan masa lampau berkuasa konon sengaja diciptakan oleh para dewa. Mitos ini berasal dari cerita turun-temurun maupun tulisan dari prasasti peninggalan kerajaan Nusantara.

SINDOnews mencoba mengulas kebenaran asal usul kelahiran Pulau Jawa serta gunung-gunung sucinya dari berbagai sumber data dan ulasan pakar sejarawan yang membahas sejarah perjalanan Pulau Jawa sejak masa lampau.

Berdasarkan tulisan naskah kunoTantu Panggelaran, terdapat ulasan mengenai penciptaan keberadaan gunung suci di Pulau Jawa. Naskah kuno ini menggambarkan keberadaan masyarakat Sunda dan Jawa, khususnya di masa pemerintahan Kerajaan Majapahit.



Dalam bukuPerang Bubat 1279 Saka: Membongkar Fakta Kerajaan Sunda vs Kerajaan Majapahitoleh Sri Wintala Achmad, dikisahkan bahwa gunung-gunung sakral di Jawa berasal dari setengah bagian Gunung Mahameru yang dibawa oleh para dewa ke Jawa Timur.

NaskahTantu Panggelaranditulis dalam Bahasa Jawa Tengahan, yang merupakan transisi dari Bahasa Jawa Kuno ke Bahasa Jawa Modern, dan dikenal di era Majapahit. Kitab ini menceritakan awal kisah penciptaan manusia di Pulau Jawa dan segala aturan yang harus ditaati.

Dikisahkan pada zaman dahulu, Pulau Jawa kerap bergoyang tidak seimbang karena diterpa gelombang lautan yang ganas. Untuk menstabilkan Pulau Jawa, para dewa memindahkan Gunung Mahameru dari Jambhudwipa (India) ke Jawadwipa (Jawa).

Setelah sampai di Pulau Jawa, gunung tersebut dijatuhkan di wilayah Jawa Barat, tepatnya di tanah Sunda. KitabTantu Panggelaranjuga menggambarkan sangat jelas proses pemindahan gunung ini.



Para dewa membawa Gunung Mahameru terbang kembali ke arah Jawa Timur, yang kini dikenal sebagai Gunung Semeru di perbatasan Lumajang dan Malang. Namun, karena terlalu tinggi, gunung tersebut rontok dan berjatuhan di beberapa wilayah.

Sehingga terbentuk gunung-gunung baru seperti Gunung Wilis, Gunung Kelud, Gunung Arjuna, dan Gunung Welirang. Gunung Mahameru yang ditegakkan menjadi Gunung Semeru masih miring, dan puncaknya kemudian dipotong.

Kemudian dilemparkan oleh para dewa hingga menjadi Gunung Pawitra atau Gunung Penanggungan. Dari uraian ini, diketahui bahwa terdapat hubungan mitologis antara gunung-gunung di Jawa.

Gunung Mahameru atau Semeru merupakan axis mundi (tiga dunia: Bhurloka, Bhuwarloka, dan Swarloka) dari Jambhudwipa yang dipindahkan oleh para dewa ke Jawa.

Pangkalnya menancap di Jawa Barat dinamakan Gunung Kalasa yang menjadi Mahameru Tatar Sunda, yang dikenal sebagai Gunung Salak di sebelah barat daya Bogor, bekas kota Pakuan Pajajaran, ibu kota Sunda kuno setelah dipindahkan dari wilayah Galuh.

KitabTantu Panggelaranjuga menjelaskan bahwa bagian dasar Gunung Mahameru yang dipindahkan para dewa ke Jawa berada di Tatar Sunda, sedangkan bagian tubuh dan puncaknya ada di Jawa Timur.

Artinya, seluruh tanah Jawa diperkuat oleh bagian-bagian dari Mahameru, sehingga memiliki kesucian yang setara di antara gunung-gunung di Jawa.

Menurut kitab tersebut, Gunung Salak atau Gunung Kalasa disebut pula sebagai Gunung Sundawini, benih atau pusat pangkal Tatar Sunda. Naskah tersebut menjelaskan bahwa di puncak Gunung Sundawini terdapat arca Wisnu yang terbuat dari emas oleh Mpu Barang.

Di kaki Gunung Sundawini, terdapat mandala perkampungan kaum agamawan yang disebut Rebhalas. Mengenai pentingnya Gunung Sundawini telah diketahui oleh para penggubah KitabTantu Panggelaran.

Gunung Sundawini dipercaya sebagai pangkal dari Mahameru, karenanya tubuh dan puncak Mahameru tidak berarti jika tidak berdiri di bagian pangkal gunung tersebut. Dari sini, dapat disimpulkan bahwa penangkal Mahameru terdapat di Tatar Sunda.
(ams)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2634 seconds (0.1#10.140)