Kisah Jenderal Wismoyo Arismunandar, Baru Gabung Kopassus Langsung Tumpas DI/TII dan PKI

Rabu, 31 Juli 2024 - 07:51 WIB
loading...
Kisah Jenderal Wismoyo...
Jenderal TNI (Purn) Wismoyo Arismunandar. Foto/Instagram @prabowo
A A A
Lahir dari keluarga sederhana di Bondowoso, Jawa Timur, Jenderal TNI (Purn) Wismoyo Arismunandar tumbuh sebagai anak desa yang keras dan berani. Ayahnya adalah seorang pegawai rendahan di pemerintahan Belanda, yang mengharuskan keluarga mereka menjalani kehidupan yang sulit di masa revolusi kemerdekaan.

Pada usia tujuh tahun, Wismoyo dan keluarganya mengungsi demi keamanan. Di tempat pengungsian, ia menghabiskan hari-harinya sebagai pengembala kambing, yang membentuk karakter berani dan bertanggung jawab dalam dirinya.

Setelah masa pengungsian, Wismoyo melanjutkan pendidikannya di Sekolah Rakyat (SR) di Bondowoso. Meskipun sebagai anak bungsu, ia sudah menunjukkan keberanian dan disiplin yang luar biasa. Kemudian, ia melanjutkan pendidikan di SMP di Semarang dan SMA Negeri 1 Semarang.

Di sana, Wismoyo dikenal sebagai murid yang cerdas dan berwibawa. Salah satu kenangan masa mudanya adalah menjadi makelar karcis bioskop, di mana ia sering berkelahi demi membela harga karcis yang dijualnya.


Karier Militer

Setelah lulus SMA pada tahun 1960, Wismoyo memutuskan untuk bergabung dengan TNI. Inspirasi ini datang dari lingkungannya yang dekat dengan militer, termasuk pamannya yang seorang tentara. Wismoyo berhasil masuk Akademi Militer Nasional (AMN) di Magelang dengan menunjukkan keberaniannya selama seleksi.

Setelah lulus dari AMN dengan pangkat Letnan Dua, Wismoyo langsung bergabung dengan Komando Pasukan Khusus (Kopassus), yang saat itu masih bernama Kopassandha. Dalam waktu singkat, ia terlibat dalam penumpasan pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan dan G30S/PKI di berbagai daerah.

Keberhasilannya membuatnya diangkat sebagai Komandan Pengawal Pribadi (Danwalpri) Presiden Soeharto, sebuah posisi yang hanya diberikan kepada prajurit terbaik.

Setelah menjadi Danwalpri, Wismoyo kembali ke Kopassus sebagai Komandan Kompi Group 4. Kariernya terus menanjak dengan berbagai penugasan penting, termasuk Operasi Wibawa di Papua dan penumpasan PGRS/Paraku di Kalimantan.



Pendidikan militernya di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (Seskoad) serta Sesko ABRI membawanya ke berbagai jabatan strategis hingga akhirnya menjadi Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus ke-9 pada tahun 1983.

Jabatan Wismoyo semakin mentereng dengan penugasan sebagai Kasdam IX/Udayana, Pangdam XVII/Cenderawasih, Pangdam IV/Diponegoro, hingga akhirnya menjadi Pangkostrad dan Wakasad pada tahun 1992, dan puncaknya sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) ke-17.

Kisah Cinta dan Keluarga

Prestasi dan dedikasinya tidak hanya membawa Wismoyo ke puncak karier militer, tetapi juga mendekatkannya dengan keluarga Presiden Soeharto. Sebagai Danwalpri, Wismoyo bertemu dengan Raden Ajeng Datiet Siti Hardjanti, adik kandung Ibu Tien Soeharto.

Melalui peran putri sulung Presiden Soeharto, Siti Hardijanti Rukmana atau Mba Tutut, Wismoyo akhirnya melamar Datiet.

Meski gugup saat melamar, Wismoyo berhasil mendapatkan restu dari Soeharto dan Ibu Tien. Mereka menikah dan membangun keluarga yang harmonis dengan dua anak.

Kisah hidup Jenderal Wismoyo Arismunandar adalah inspirasi tentang keberanian, dedikasi, dan keberhasilan. Dari seorang anak gembala yang tumbuh dalam kesederhanaan, ia berhasil menjadi salah satu jenderal terkemuka dalam sejarah militer Indonesia.
(hri)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1490 seconds (0.1#10.140)