Kisah Batu Melintang, Gerombolan Kerbau Mengganggu Si Pahit Lidah Mandi

Senin, 24 Agustus 2020 - 05:00 WIB
loading...
A A A
Tanpa sadar ucapannya itu menjadi kenyataan dan kerbau – kerbau berubah menjadi batu berjajar menutupi sungai. Hingga saat ini dipercaya terutama oleh masyarakat setempat, bahwa batu melintang adalah gerombolan kerbau yang sedang berendam atau mandi dikutuk menjadi batu oleh Si Pahit Lidah. (Baca juga: Puncak Arus Balik Libur, Malam Ini GT Palimanan Dipadati Ribuan Kendaraan)

Anehnya memang, bentuknya batu – batu berwarna hitam jika terkena air benar – benar menutupi sungai dari satu sisi ke sisi seberangnya. Selain itu, di bagian lain sepanjang arus sekitar daerah itu tidak ada batu lain kecuali Batu Melintang. Bagian ulu dan hilirnya dasar sungai hanya berupa pasir dan koral kerikil kecil.

“Karenanya setiap musim kemarau, pasirnya biasa diambil oleh warga untuk bahan bangunan. Koralnya juga,” ujar Aziz, tokoh mayarakat setempat.

Memang jika musim penghujan di saat debit sungai meninggi, Batu Melintang hilang di dalam sungai. Keindahan Batu Melintang terlihat di saat jelang dan musim kemarau. Biasanya banyak warga terutama anak muda yang mandi di aliran air di sela – sela batu.

Dahulu saat sungai masih sangat alami, Batu Melintang juga memiliki fungsi alami yang lain. Yakni menjadi semacam bendungan di musim kemarau. Permukaan air tetap terjaga karena terhalang Batu Melintang.

Namun kini, seiring perluasan pemukiman dan pembukaan lahan di bagian ulu sungai, sehingga terjadi ambrol di salah satu sisi sungai. Sehingga Batu Melintang tidak lagi menutupi seluruh bagian sungai, karena sisi satunya telah longsor dan terbuka diterjang arus sungai.

"Kita berusaha angkat semua potensi desa. Kemarin dalam rangka HUT Ke-75 RI kita angkat tradisi mengundah atau menangkap ikan bersama-sama menggunakan sekap," tutur Karel, Kades Maur.

Cerita rakyat tentang Batu Melintang juga mengandung nasihat, saat di sungai harus saling menghormati terutama yang lebih tua. Jangan sampai orang lain terganggu saat mandi di sungai yang memang masih memiliki peran penting sebagai sumber air warga yang belum tersentuh jaringan air bersih atau PDAM.

Terhadap batu - batu yang asal muasalnya terlanjur menjadi terkait Si Pahit Lidah, terus melekat di masyarakat.

Sementara berbagai sumber menyebutkan, para pakar arkeologi sejak zaman penjajahan Belanda hingga kini masih terkagum-kagum dengan peninggalan budaya masa lampau, yang konon ditaksir sudah ada sejak beratus-ratus tahun silam itu.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.8313 seconds (0.1#10.140)