Embun Beku Serang Tanaman Petani di Lereng Bromo
A
A
A
PROBOLINGGO - Dampak embun beku membuat sejumlah tanaman sayuran di lereng Gunung Bromo, Kabupaten Probolinggo mengering. Paparan embun beku yang terus menerus terjadi di kawasan ini dikhawatirkan akan membuat tanaman sayuran mengering, meranggas dan mati.
Hal ini sudah terjadi di lahan pertanian Desa Ngadirejo, Kecamatan Sukapura yang mulai mengering. Warga lereng Gunung Bromo menyebut embun beku sebagai embun upas yang berarti embun dingin membeku yang beracun. Kandungan belerang dalam embun upas bila menempel di daun tanaman sayur seperti kentang, tomat, bawang pre, hingga seledri akan membuat daunnya layu, mengering dan kemudian mati.
Tanaman yang paling rentan terserang embun upas adalah seledri, yang dalam kurun waktu 24 jam terpapar embun upas langsung mengering. Akibatnya petani mengalami kerugian karena daun seledri gagal dipanen.
“Ini tanaman seledri terpapar embun, memang sepintas tampak hijau, segar. Namun kalau diamati ada bintik kuning akbat terkena embun upas. Ini tidak laku dijual sehingga kami rugi,” kata salah satu petani lereng Gunung Bromo Saptono, Senin (24/6/2019).
Untuk satu petak tanaman selederi ukuran 10 meter kali 20 meter biasanya bisa panen sebanyak 1 kuintal. Namun akibat embun upas hanya dapat panen 0,5 kuintal.
“Kandungan belerang yang menyebabkan tanaman mati. Kalau petani yang rajin, biasanya disemprot dengan air sehingga unsur udara yang mengandung belerang yang menempel itu bisa bergugura. Luasan pertanian produktif ini sekitar 200 hektare,” ujar Camat Sukapura Bambang Heri Wahyudi.
Saat ini paparan embun upas dirasakan petani belum begitu parah menyerang tanaman. Namun petani resah pasalnya embun upas diperkirakan akan mencapai puncaknya pada Agustus mendatang. Para petani lereng Gunung Bromo berharap embun upas segera berakhir dan kembali bisa menanam sayuran.
Hal ini sudah terjadi di lahan pertanian Desa Ngadirejo, Kecamatan Sukapura yang mulai mengering. Warga lereng Gunung Bromo menyebut embun beku sebagai embun upas yang berarti embun dingin membeku yang beracun. Kandungan belerang dalam embun upas bila menempel di daun tanaman sayur seperti kentang, tomat, bawang pre, hingga seledri akan membuat daunnya layu, mengering dan kemudian mati.
Tanaman yang paling rentan terserang embun upas adalah seledri, yang dalam kurun waktu 24 jam terpapar embun upas langsung mengering. Akibatnya petani mengalami kerugian karena daun seledri gagal dipanen.
“Ini tanaman seledri terpapar embun, memang sepintas tampak hijau, segar. Namun kalau diamati ada bintik kuning akbat terkena embun upas. Ini tidak laku dijual sehingga kami rugi,” kata salah satu petani lereng Gunung Bromo Saptono, Senin (24/6/2019).
Untuk satu petak tanaman selederi ukuran 10 meter kali 20 meter biasanya bisa panen sebanyak 1 kuintal. Namun akibat embun upas hanya dapat panen 0,5 kuintal.
“Kandungan belerang yang menyebabkan tanaman mati. Kalau petani yang rajin, biasanya disemprot dengan air sehingga unsur udara yang mengandung belerang yang menempel itu bisa bergugura. Luasan pertanian produktif ini sekitar 200 hektare,” ujar Camat Sukapura Bambang Heri Wahyudi.
Saat ini paparan embun upas dirasakan petani belum begitu parah menyerang tanaman. Namun petani resah pasalnya embun upas diperkirakan akan mencapai puncaknya pada Agustus mendatang. Para petani lereng Gunung Bromo berharap embun upas segera berakhir dan kembali bisa menanam sayuran.
(shf)