Mengulang Sejarah, KRI Dewaruci Merapat ke Sabang Aceh setelah Kunjungan Terakhir 70 Tahun Lalu
loading...
A
A
A
Kota Sabang lanjut Fahlevi, memiliki sejarah yang erat dengan Jalur Rempah di mana wilayah ini menjadi salah satu pelabuhan penting yang menghubungkan Indonesia dengan Eropa dan Asia.
Sabang juga pernah menjadi pusat karantina haji, tempat persinggahan kapal-kapal dari berbagai negara untuk mengisi bahan bakar, persediaan air dan makanan, serta berdagang.
Jalur Rempah Sabang juga menjadi tempat pertukaran berbagai budaya dan tradisi serta peradaban dari berbagai bangsa untuk kemudian berakulturasi.
“Jadi tidak heran, jika kita lihat saat ini Kota Sabang begitu heterogen di mana berbagai suku ada di sini. Kota ini adalah kota yang kosmopolit, terbuka, kota yang disinggahi oleh berbagai suku bangsa,” papar Fahlevi.
Dari sisi geografis, Kota Sabang sangat strategis karena dekat dengan Puket dan Langkawi serta berada di jalur perairan internasional. Hampir 100 ribu kapal yang melintas setiap tahun di perairan Sabang ini.
“Ini adalah sesuatu yang menjadi kekuatan dan keunggulan,” tandasnya.
Direktur Pembinaan dan Pengembangan Kebudayaan Kemendikbud Ristek, Irini Dewi Wanti mengatakan, MBJR ini menjadi salah satu sarana untuk berbagi informasi perdagangan rempah dan budaya Nusantara.
Para peserta yang disebut Laskar Rempah berjumlah 75 orang. Mereka akan melakukan berbagai kegiatan di titik persinggahan dan khusus tahun ini salah satu titiknya adalah Malaka (Malaysia).
“Ini adalah kesempatan bagi kita untuk menyebarluaskan informasi tentang potensi kekayaan kita tentang Jalur Rempah. Saya harap ini menjadi bukti bahwa Indonesia adalah negara adidaya budaya dengan seluruh potensi yang terus dilestarikan hingga ke mancanegara,” sebutnya.
“Hal ini dilakukan juga dalam rangka mendukung Jalur Rempah sebagai salah satu jalur pelayaran dunia di mana ke depannya kita akan menominasikan Jalur Rempah sebagai Tentative Lists UNESCO,” sambungnya.
Sabang juga pernah menjadi pusat karantina haji, tempat persinggahan kapal-kapal dari berbagai negara untuk mengisi bahan bakar, persediaan air dan makanan, serta berdagang.
Jalur Rempah Sabang juga menjadi tempat pertukaran berbagai budaya dan tradisi serta peradaban dari berbagai bangsa untuk kemudian berakulturasi.
“Jadi tidak heran, jika kita lihat saat ini Kota Sabang begitu heterogen di mana berbagai suku ada di sini. Kota ini adalah kota yang kosmopolit, terbuka, kota yang disinggahi oleh berbagai suku bangsa,” papar Fahlevi.
Dari sisi geografis, Kota Sabang sangat strategis karena dekat dengan Puket dan Langkawi serta berada di jalur perairan internasional. Hampir 100 ribu kapal yang melintas setiap tahun di perairan Sabang ini.
“Ini adalah sesuatu yang menjadi kekuatan dan keunggulan,” tandasnya.
Direktur Pembinaan dan Pengembangan Kebudayaan Kemendikbud Ristek, Irini Dewi Wanti mengatakan, MBJR ini menjadi salah satu sarana untuk berbagi informasi perdagangan rempah dan budaya Nusantara.
Para peserta yang disebut Laskar Rempah berjumlah 75 orang. Mereka akan melakukan berbagai kegiatan di titik persinggahan dan khusus tahun ini salah satu titiknya adalah Malaka (Malaysia).
“Ini adalah kesempatan bagi kita untuk menyebarluaskan informasi tentang potensi kekayaan kita tentang Jalur Rempah. Saya harap ini menjadi bukti bahwa Indonesia adalah negara adidaya budaya dengan seluruh potensi yang terus dilestarikan hingga ke mancanegara,” sebutnya.
“Hal ini dilakukan juga dalam rangka mendukung Jalur Rempah sebagai salah satu jalur pelayaran dunia di mana ke depannya kita akan menominasikan Jalur Rempah sebagai Tentative Lists UNESCO,” sambungnya.