Tiga Gelombang Serangan Banten, Cirebon dan Demak ke Pakuan Tamatkan Kerajaan Pajajaran
loading...
A
A
A
Di mana dikisahkan dalam suatu naskah “Alah prengrang mangka tan nitih ring kadat-wan” yang artinya kalah perang, karena itu tidak tinggal di keraton. Serangan dari pasukan Banten, Raja Nilakendra terpaksa melarikan diri dari istana ke sebuah wilayah di Sukabumi selatan.
Adapun serangan ketiga yang dinilai benar-benar membuat riwayat Kerajaan Pajajaran tamat saat Pajajaran dipimpin oleh Ragamulya. Dimana ia merupakan raja terakhir dari Pajajaran yang memerintah sekitar tahun 1567 hingga 1579 Masehi.
Namun ia memindahkan pusat pemerintahan ke Pulasari, Pandeglang, bukan lagi di ibu kota Pakuan Pajajaran, yang berhasil dihancurkan Banten di serangan keduanya.
Tetapi pada akhirnya serangan Maulana Yusuf dari Kesultanan Banten membuat Kerajaan Pajajaran benar-benar luluh lantak. Sang Raja Prabu Ragamulya Suryakancana berhasil dibunuh oleh prajurit Banten di Pulasari, Pandeglang.
Lihat Juga: Kisah Kyai Cokro, Pusaka Andalan Pangeran Diponegoro Melawan Kebatilan dan Kezaliman Belanda
Adapun serangan ketiga yang dinilai benar-benar membuat riwayat Kerajaan Pajajaran tamat saat Pajajaran dipimpin oleh Ragamulya. Dimana ia merupakan raja terakhir dari Pajajaran yang memerintah sekitar tahun 1567 hingga 1579 Masehi.
Namun ia memindahkan pusat pemerintahan ke Pulasari, Pandeglang, bukan lagi di ibu kota Pakuan Pajajaran, yang berhasil dihancurkan Banten di serangan keduanya.
Tetapi pada akhirnya serangan Maulana Yusuf dari Kesultanan Banten membuat Kerajaan Pajajaran benar-benar luluh lantak. Sang Raja Prabu Ragamulya Suryakancana berhasil dibunuh oleh prajurit Banten di Pulasari, Pandeglang.
Lihat Juga: Kisah Kyai Cokro, Pusaka Andalan Pangeran Diponegoro Melawan Kebatilan dan Kezaliman Belanda
(ams)