Perang Bintang di Pilgub Jabar 2024, Siapa Jadi Kuda Hitam?
loading...
A
A
A
BANDUNG - Sejumlah tokoh besar kini tengah berancang-ancang untuk maju dalam kontestasi Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Barat 2024. Mereka berebut simpati masyarakat demi ambisi merebut titel orang nomor 1 di provinsi dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia.
Selain Ridwan Kamil dan Dedi Mulyadi yang hinga kini digadang-gadang menjadi kandidat terkuat, nama-nama lain juga diprediksi meramaikan kontestasi politik lima tahunan itu.Mereka adalah mantan Kapolda Jabar, Mochamad Iriawan atau Iwan Bule.
Mantan Wakil Gubernur Jabar, Dede Yusuf, Ketua DPD PDIP Jabar Ono Surono; Wali Kota Bogor, Bima Arya; Ketua DPW PAN Jabar, Desy Ratnasari; hingga Ketua DPW PKS Jabar, Haru Suandharu.
Melihat nama-nama tersebut, Pilgub Jabar 2024 dipastikan menjadi perang para bintang. Lantas siapa kira-kira yang akan menjadi kuda hitam dalam perebutan orang nomor satu di Jabar itu?
Pengamat politik dari Universitas Al Azhar, Ujang Komarudin mengatakan, kondisi saat ini masih belum final. Nama-nama baru yang muncul tersebut masih belum terlihat keunggulannya seperti apa.
“Di antara calon kandidat di Pilgub Jabar semuanya masih belum jelas, mana yang unggulan, mana yang kuat, mana yang kuda hitam? Karena nama-nama itu bisa maju juga bisa tidak, bisa menjadi calon juga bisa tersingkir,” ujar Ujang, Jumat (8/3/2024).
Ujang menyatakan, saat ini, nama-nama yang muncul tersebut semuanya masih baru sebatas kandidat. Menurutnya, agar terpilih menjadi calon Gubernur Jabar, setidaknya ada empat indikator yang harus dimiliki para kandidat.
Indikator pertama, kata Ujang, yaitu calon Gubernur Jabar harus memiliki kapasitas dan kemampuan. ”Pertama soal kemampuan, ini penting, jadi calon Gubernur Jabar harus punya kemampuan, harus punya kapasitas,” ujarnya.
Indikator kedua, para kandidat ini harus memperhitungkan popularitasnya setinggi apa. Sedangkan indikator ketiga adalah elektabilitas, dan indikator keempat kekuatan finansial.
“Yang kedua, punya popularitas, popularitasnya setinggi apa. Lalu yang ketiga, punya elektabilitas, potensi kemenangannya seberapa besar, itu juga harus diukur, harus dilihat secara objektif. Yang keempat kekuatan finansial,” bebernya.
Ujang kembali menegaskan, kandidat calon Gubernur Jabar yang sudah bermunculan itu setidaknya harus memiliki keempat indikator tersebut.
”Paling tidak 4 indikator ini harus bisa diperhatikan oleh calon-calon gubernur maupun wakil gubernur, baik mereka yang unggulan, yang biasa-biasa, maupun yang kudu hitam,” tegasnya.
Meski begitu, Ujang menilai, nama-nama bintang yang sudah bermunculan itu belum memperlihatkan keempat indikator tersebut.
“Dari nama-nama tersebut belum kelihatan, indikator kapasitasnya, rekam jejaknya, kemampuannya, lalu popularitas, sekarang kan belum ada survei juga, lalu kekuatan finansial, karena bagaimanapun calon gubernur membutuhkan isi tas yang tidak sedikit,” tandasnya.
Selain Ridwan Kamil dan Dedi Mulyadi yang hinga kini digadang-gadang menjadi kandidat terkuat, nama-nama lain juga diprediksi meramaikan kontestasi politik lima tahunan itu.Mereka adalah mantan Kapolda Jabar, Mochamad Iriawan atau Iwan Bule.
Mantan Wakil Gubernur Jabar, Dede Yusuf, Ketua DPD PDIP Jabar Ono Surono; Wali Kota Bogor, Bima Arya; Ketua DPW PAN Jabar, Desy Ratnasari; hingga Ketua DPW PKS Jabar, Haru Suandharu.
Melihat nama-nama tersebut, Pilgub Jabar 2024 dipastikan menjadi perang para bintang. Lantas siapa kira-kira yang akan menjadi kuda hitam dalam perebutan orang nomor satu di Jabar itu?
Pengamat politik dari Universitas Al Azhar, Ujang Komarudin mengatakan, kondisi saat ini masih belum final. Nama-nama baru yang muncul tersebut masih belum terlihat keunggulannya seperti apa.
“Di antara calon kandidat di Pilgub Jabar semuanya masih belum jelas, mana yang unggulan, mana yang kuat, mana yang kuda hitam? Karena nama-nama itu bisa maju juga bisa tidak, bisa menjadi calon juga bisa tersingkir,” ujar Ujang, Jumat (8/3/2024).
Ujang menyatakan, saat ini, nama-nama yang muncul tersebut semuanya masih baru sebatas kandidat. Menurutnya, agar terpilih menjadi calon Gubernur Jabar, setidaknya ada empat indikator yang harus dimiliki para kandidat.
Indikator pertama, kata Ujang, yaitu calon Gubernur Jabar harus memiliki kapasitas dan kemampuan. ”Pertama soal kemampuan, ini penting, jadi calon Gubernur Jabar harus punya kemampuan, harus punya kapasitas,” ujarnya.
Indikator kedua, para kandidat ini harus memperhitungkan popularitasnya setinggi apa. Sedangkan indikator ketiga adalah elektabilitas, dan indikator keempat kekuatan finansial.
“Yang kedua, punya popularitas, popularitasnya setinggi apa. Lalu yang ketiga, punya elektabilitas, potensi kemenangannya seberapa besar, itu juga harus diukur, harus dilihat secara objektif. Yang keempat kekuatan finansial,” bebernya.
Ujang kembali menegaskan, kandidat calon Gubernur Jabar yang sudah bermunculan itu setidaknya harus memiliki keempat indikator tersebut.
”Paling tidak 4 indikator ini harus bisa diperhatikan oleh calon-calon gubernur maupun wakil gubernur, baik mereka yang unggulan, yang biasa-biasa, maupun yang kudu hitam,” tegasnya.
Meski begitu, Ujang menilai, nama-nama bintang yang sudah bermunculan itu belum memperlihatkan keempat indikator tersebut.
“Dari nama-nama tersebut belum kelihatan, indikator kapasitasnya, rekam jejaknya, kemampuannya, lalu popularitas, sekarang kan belum ada survei juga, lalu kekuatan finansial, karena bagaimanapun calon gubernur membutuhkan isi tas yang tidak sedikit,” tandasnya.
(ams)