Dorong Ekonomi Daur Ulang, Bantul Bangun Pengolahan Sampah di Pasar Niten
loading...
A
A
A
BANTUL - Pemkab Bantul terus mendorong pembangunan fasilitas pengolahan sampah daur ulang menjadi barang bernilai ekonomi tinggi. Hal ini dilakukan sebagai upaya menyelesaikan permasalahan sampah di Bantul, DIY.
Dalam upaya tersebut, Pemkab Bantul mulai mengoperasikan Intermediate Treatment Facility (ITF) Pasar Niten, Bantul. Pemkab Bantul mengklaim ITF Pasar Niten mampu mengolah lima ton sampah organik dan non organik setiap harinya.
Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih mengatakan, pembangunan fasilitas pengolahan sampah ini dilakukan untuk mengejar target Bantul bebas sampah tahun 2025. Untuk mencapai target tersebut, pihaknya akan terus menggenjot penyediaan fasilitas pengolahan sampah secara berkala.
"Dan hari ini sudah kita resmikan ITF Pasar Niten yang mampu mengolah sampah organik dan non organik. Nanti yang organik menjadi pupuk kompos dan yang non norganik nanti menjadi bahan baku RDF," katanya dikutip Selasa (7/3/2024).
"Nah, pupuk kompos bakal diserap Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Bantul. Karena ITF pasar niten ini kapasitasnya lima ton," ujarnya.
Selain di Pasar Niten, Halim mengungkapkan jika Pemkab Bantul juga sedang menyelesaikan pembangunan dua tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) di Modalan, Banguntapan dengan kapasitas 50 ton dan TPST di Argodadi, Sedayu dengan kapasitas sekitar 40 ton.
"Kita juga sedang mempersiapkan tempat pengolahan sampah plastik di Bawuran (Pleret) yang nanti outputnya adalah papan-papan semacam panel-panel yang selanjutnya kita ekspor," ucapnya.
Halim mengatakan, pembangunan tempat pengolahan sampah diharapkan dapat menyelesaikan persoalan sampah di Kabupaten Bantul. Saat ini Kabupaten Bantul menghasilkan 170 ton sampah setiap hari.
Menurutnya, tidak menutup kemungkinan apabila TPST telah beroperasi seluruhnya, bukan tidak mungkin Bantul bakal bisa mengelola sampah dari wilayah lain. Hal ini sejalan dengan misi penciptaan industri baru yang bisa mendongkrak ekonomi warga.
"TPST di Bantul banyak karena kita pandang sebagai industri, bukan tempat pembuangan sampah. Karena sampah ini jadi sumber daya ekonomi baru, ini nanti ada uangnya semua ini, RDF yang membeli Cilacap, terus pupuk kompos nantinya dibeli Dinas Pertanian untuk keperluan kompos tanaman holtikultura kita," katanya.
Sementara itu, Kepala Bidang Pengelolaan Sampah dan Peningkatan Kapasitas Lingkungan Hidup Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bantul, Rudy Suharta menjelaskan cara kerja ITF Pasar Niten.
Dijelaskan, ITF Pasar Niten terdiri dari satu set alat pemilahan sampah dan 12 rotary kiln untuk pengolahan sampah organik menjadi pupuk kompos.
Teknisnya, lanjut dia, sampah yang telah dipilah dimasukkan ke dalam mesin pencacah, kemudian sampah yang telah berukuran kecil akan dimasukkan ke dalam rotary kiln dan dicampur dengan cairan EM4. Sampah yang telah tercampur kemudian didiamkan selama lima hari sebelum siap digunakan.
"Pengolahan sampah di ITF Pasar Niten ini hampir tidak ada residu," ujarnya.
Dalam upaya tersebut, Pemkab Bantul mulai mengoperasikan Intermediate Treatment Facility (ITF) Pasar Niten, Bantul. Pemkab Bantul mengklaim ITF Pasar Niten mampu mengolah lima ton sampah organik dan non organik setiap harinya.
Baca Juga
Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih mengatakan, pembangunan fasilitas pengolahan sampah ini dilakukan untuk mengejar target Bantul bebas sampah tahun 2025. Untuk mencapai target tersebut, pihaknya akan terus menggenjot penyediaan fasilitas pengolahan sampah secara berkala.
"Dan hari ini sudah kita resmikan ITF Pasar Niten yang mampu mengolah sampah organik dan non organik. Nanti yang organik menjadi pupuk kompos dan yang non norganik nanti menjadi bahan baku RDF," katanya dikutip Selasa (7/3/2024).
"Nah, pupuk kompos bakal diserap Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Bantul. Karena ITF pasar niten ini kapasitasnya lima ton," ujarnya.
Selain di Pasar Niten, Halim mengungkapkan jika Pemkab Bantul juga sedang menyelesaikan pembangunan dua tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) di Modalan, Banguntapan dengan kapasitas 50 ton dan TPST di Argodadi, Sedayu dengan kapasitas sekitar 40 ton.
"Kita juga sedang mempersiapkan tempat pengolahan sampah plastik di Bawuran (Pleret) yang nanti outputnya adalah papan-papan semacam panel-panel yang selanjutnya kita ekspor," ucapnya.
Halim mengatakan, pembangunan tempat pengolahan sampah diharapkan dapat menyelesaikan persoalan sampah di Kabupaten Bantul. Saat ini Kabupaten Bantul menghasilkan 170 ton sampah setiap hari.
Menurutnya, tidak menutup kemungkinan apabila TPST telah beroperasi seluruhnya, bukan tidak mungkin Bantul bakal bisa mengelola sampah dari wilayah lain. Hal ini sejalan dengan misi penciptaan industri baru yang bisa mendongkrak ekonomi warga.
"TPST di Bantul banyak karena kita pandang sebagai industri, bukan tempat pembuangan sampah. Karena sampah ini jadi sumber daya ekonomi baru, ini nanti ada uangnya semua ini, RDF yang membeli Cilacap, terus pupuk kompos nantinya dibeli Dinas Pertanian untuk keperluan kompos tanaman holtikultura kita," katanya.
Sementara itu, Kepala Bidang Pengelolaan Sampah dan Peningkatan Kapasitas Lingkungan Hidup Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bantul, Rudy Suharta menjelaskan cara kerja ITF Pasar Niten.
Dijelaskan, ITF Pasar Niten terdiri dari satu set alat pemilahan sampah dan 12 rotary kiln untuk pengolahan sampah organik menjadi pupuk kompos.
Teknisnya, lanjut dia, sampah yang telah dipilah dimasukkan ke dalam mesin pencacah, kemudian sampah yang telah berukuran kecil akan dimasukkan ke dalam rotary kiln dan dicampur dengan cairan EM4. Sampah yang telah tercampur kemudian didiamkan selama lima hari sebelum siap digunakan.
"Pengolahan sampah di ITF Pasar Niten ini hampir tidak ada residu," ujarnya.
(shf)