BRIN Sebut Bencana Puting Beliung di Rancaekek Disebabkan Pemanasan Global

Jum'at, 23 Februari 2024 - 09:11 WIB
loading...
BRIN Sebut Bencana Puting Beliung di Rancaekek Disebabkan Pemanasan Global
Penampakan dampak bencana angin puting beliung yang menerjang wilayah perbatasan Kabupaten Bandung dan Sumedang pada Rabu (21/2/2024). Foto/BPBD Jabar
A A A
BANDUNG - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengidentifikasi bahwa puting beliung yang melanda Bandung dan Kabupaten Sumedang disebabkan oleh pemanasan global yang intensif akibat alih fungsi lahan dari kawasan hijau menjadi area industri.

Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN Profesor Eddy Hermawan mengatakan, bahwa fenomena angin kencang ini terjadi karena perubahan iklim yang signifikan akibat alih fungsi lahan.

”Salah satu penyebabnya pemanasan global dan perubahan iklim,” kata Profesor Eddy Hermawan, Jumat (23/2/2024).

Menurut dia, bahwa angin puting beliung tersebut merusak bangunan rumah dan sejumlah fasilitas umum. Lokasi yang paling terdampak adalah Rancaekek, Bandung, yang terletak di tengah Pulau Jawa, jauh dari lautan Jawa dan Samudera Hindia.



Profesor Eddy menjelaskan bahwa suhu panas yang tinggi menyebabkan kumpulan uap air dari selatan dan barat Samudera Hindia masuk ke wilayah Rancaekek, membentuk pusaran yang menyebabkan puting beliung.

Dia menekankan bahwa fenomena ini masih dikategorikan sebagai angin puting beliung dan bukan bencana angin tornado.

Dia juga menyebutkan tanda-tanda seperti cuaca ekstrem tiga hari sebelumnya, termasuk panas tinggi di siang hari dan cuaca dingin di malam hari, serta perubahan langit dari cerah menjadi gelap.

”Masyarakat diharapkan tetap waspada terhadap cuaca ekstrim yang melanda Indonesia, mengingat kita saat ini memasuki puncak musim hujan hingga akhir bulan Maret mendatang,” ujar Profesor Eddy.



Untuk diketahui, fenomena puting beliung tersebut terjadi pada Rabu (21/2) tepatnya di wilayah Rancaekek Bandung terjadi sekitar pukul 15.30 - 16.00 WIB, menimbulkan ikutan dampak angin kencang hingga sekitar wilayah Jatinangor.

Kondisi angin di sekitar Jatinangor terukur pada saat jam kejadian mencapai 36,8 km/jam. Akibatnya, 31 warga terluka terdampak bencana puting beliung yang menerjang 2 kecamatan di Kabupaten Sumedang dan 3 kecamatan di Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Sedangkan untuk Kabupaten Bandung wilayah terdampak meliputi Kecamatan Cileunyi, Rancaekek, dan Cicalengka. Sebanyak 223 bangunan mengalami kerusakan berat, 208 rusak sedang, dan 66 rusak ringan.



BMKGmencatat, fenomena puting beliung telah terjadi beberapa kali di wilayah Bandung. Misalnyapada5 Juni 2023 terjadi di Desa Bojongmalaka, Desa Rancamanyar, dan Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah-Bandung.

Fenomena tersebut menimbulkan kerusakan pada bangunan rumah warga. Sebanyak 110 rumah rusak di Bojongmalaka, 20 rumah rusak di Kelurahan Andir, dan 11 rumah rusak di Rancamayar.

Pada tahun 2023 juga terjadi kejadian puting beliung di wilayah Bandung pada Oktober di Banjaran dan Desember di Ciparay serta menimbulkan beberapa kerusakan seperti bangunan rusak dan pohon tumbang.

Bahkan di tahun 2024 tepatnya tepatnya tanggal 18 Februari 2024, puting beliung terjadi juga di Parongpong Bandung Barat.
(ams)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2288 seconds (0.1#10.140)