Masjid Tiban Jatimalang: Jejak Perjuangan Pangeran Diponegoro

Minggu, 22 Juli 2018 - 05:00 WIB
Masjid Tiban Jatimalang: Jejak Perjuangan Pangeran Diponegoro
Masjid Tiban Jatimalang: Jejak Perjuangan Pangeran Diponegoro
A A A
Kabupaten Purworejo sebagai daerah kebudayaan menyimpan berbagai peninggalan masa lalu. Satu di antaranya petilasan Masjid Tiban Pangeran Diponegoro di Jatimalang, Purwodadi, Purworejo, Jawa Tengah (Jateng). Tempatnya di barat laut gardu pandang, wisata alam pantai Jatumlang.

Masyarakat mempercayai jika petilasan tersebut jejak peninggalan Pangeran Diponegoro saat melawan kompeni Belanda pada 1925-1830. Adanya petilasan tersebut sendiri beredar dari cerita warga setenpat secara turun temurun.

Dari cerita yang beredar, saat melawan Belanda, Pangeran Diponegoro bersama pasukannya sampai di daerah Jatimalang, Purwodadi, Purworejo. Meskipun begitu, Pangeran Diponegoro tidak melupakan kewajibannya dalam menjalankan salat dan sebagai tempatnya berada di tempat tersebut.

Keyakinan jika petilasan ini dulunya masjid, dibuktikan dengan adanya bekas mustoko (kubah) yang ada di empat sudut. Mustoko tersebut merupakan bangunan yang ada di puncak menara. Selain itu juga ada makam kuno yang letaknya tidak jauh dari lokasi petilasan. Makam tersebut sebagai makam pengikut pangeran Dipongero, sebab tidak jauh dari makam sebagai markas mereka.

Ukuran bangunan masjid tidak besar, hanya halamannya sangat luas. Di sebelah selatan ada bangunan rumah dan di depan sisi tenggara ada tempat berwudu. Di depan tempat wudu itu ada tempat parkir kendaraan. Begitu juga di utaranya ada bangunan semacam gazebo. Untuk bangunan sendiri dicat dengan warna dasarnya hijau.

Masjid tiban Pangeran Diponegoro ini, meski sebagai petilasan namun terbuka untuk umum, terutama yang ingin salat. Hanya sayangnya tidak ada pengurus masjid atau juru kunci dan literasi tertulis yang menjelaskan adanya petilasan ini, sehingga kapan ditemukan belum ada yang mengetahui secara pasti.

“Ini yang masih kami telusuri. Sebab masyarakat tahunya hanya dari cerita turun termurun,” kata tokoh masyarakat setempat, Yulianto, (60).

Yulianto menjelaskan, saat ditemukan bangunan masjid sudah tidak ada, hanya empat benda yang diperkirakan bekas mustoko masjid di empat sudut tempat tersebut. Adanya mustoko itu juga dijadikan untuk menentukan titik petilasan yang digunakan Pangeran Diponegoro salat. Termasuk untuk merekonstruksi pembangun masjid.
Masjid Tiban Jatimalang: Jejak Perjuangan Pangeran Diponegoro

Petilasan berada di tengah masjid itu. Sebagai tanda ada area persegi panjang 1,5 meter persegi yang dibiarkan kosong dan di atasnya diberi tulisan petilasan salat kanjeng Pangeran Diponegoro. Lokasinya persis di depan pintu masuk masjid. Sehingga saat masuk langsung menemukannya.

“Tempat ini awalnya hutan jati dan petilasan itu berada di tengah-tengah hutan jati. Meski dulunya hutan jati tetapi tidak ada hal yang aneh, masyarakat biasa keluar masuk hutan tersebut. Hanya saja saat ini hutan jati tersebut sudah tidak ada, sebab oleh pemkab diganti dengan pohon cemara,” ungkapnya.

Joko Wahyu (40), pengunjung pantai Jatimalang yang akan salat di masjid itu mengaku, baru mengetahui jika di tempat itu ada Masjid Tiban Petilasan Pangeran Diponegoro. Saat akan salat dan bertanya pada warga sekitar diberitahu untuk salat dapat di tempat tersebut. Untuk mencarinya sendiri tidak susah. Meski letaknya sedikit tersembunyi, namun mudah menemukannya. Sebab bangunan masjid memiliki ciri tersendiri yaitu bangunan dengan cat hijau.

“Namun saat masuk masjid, kaget, sebab di tengahnya ada area kosong, seperti makam, apalagi ada bekas bunga. Tetapi saat mendekat melihat tulisan petilasan salat kanjeng Pangeran Diponegoro. Meski begitu, saat memasuki ada sedikit rasa takut, apalagi suasananya juga sepi,” aku warga Yogyakarta itu.
(wib)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3839 seconds (0.1#10.140)