Ini Penjelasan Stasiun Klimatologi Semarang soal 'Salju' di Dieng

Jum'at, 06 Juli 2018 - 21:47 WIB
Ini Penjelasan Stasiun Klimatologi Semarang soal Salju di Dieng
Ini Penjelasan Stasiun Klimatologi Semarang soal 'Salju' di Dieng
A A A
JAKARTA - Fenomena embun beku atau lebih dikenal dengan bun upas di dataran tinggi Dieng, Banjarnegara, Jawa Tengah menarik perhatian masyarakat luas, terutama di dunia maya. Mereka cukup takjub dengan munculnya bulir-bulir es di atas permukaan tanah di Dieng.

Lalu sebenarnya apa penyebab terjadinya fenomena embun beku atau bun upas? Menurut Kepala Stasiun Klimatologi Kelas I Semarang, Tuba Wiyoso, bun upas merupakan fenomena biasa yang terjadi saat musim kemarau. Di Jawa Tengah, puncak musim kemarau biasanya terjadi antara Juli dan Agustus.

"Musim kemarau kan langit cerah, sehingga bumi bebas memancarkan radiasi atau melepaskan panas karena tidak terhalang awan, sehingga udara di permukaan bumi dingin," kata Tuban saat dikonfirmasi SINDOnews, Jumat (6/7/2018) malam. (Baca Juga: Suhu Turun hingga 3 Derajat Celcius, Dieng Diselimuti 'Salju'
Udara akan semakin dingin di wilayah pegunungan atau dataran tinggi. Hal ini membuat embun di pagi hari yang biasanya cair kemudian membeku karena suhu udara turun hingga 5-6 derajat Celcius, bahkan bisa 0 derajat Celcius di permukaan bumi. "Ini berbeda dengan salju. Kalau salju kan turun dari atas, kalau ini embun yang membeku," katanya.

Menurutnya, fenomena embun beku atau bun upas akan sering terjadi selama masa puncak kemarau. "Namun tidak setiap, bervariasi, kadang terjadi kadang tidak," ungkapnya.

Tuban memastikan embun beku atau bun upas tidak berdampak buruk bagi kesehatan manusia. Hanya saja memang merusak tanaman kentang yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat Dieng. (Baca Juga: Bun Upas, Istilah Warga Menyebut Fenomena Salju di Dieng
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 4.0014 seconds (0.1#10.140)