Fenomena Embun Es Kembali Muncul di Dieng dan Bromo, Ini Penjelasan BMKG

Jum'at, 19 Juli 2024 - 09:17 WIB
loading...
Fenomena Embun Es Kembali...
Fenomena embun es yang dikenal sebagai embun upas kembali muncul di Dieng, Jawa Tengah, dan Gunung Bromo, Jawa Timur. Foto/Dok.MPI
A A A
BANJARNEGARA - Fenomena embun es yang dikenal sebagai embun upas kembali muncul di Dieng, Jawa Tengah, dan Gunung Bromo, Jawa Timur. Fenomena alam ini, yang jarang terjadi di negara tropis seperti Indonesia, menarik perhatian banyak orang dan menimbulkan dampak signifikan di kedua lokasi tersebut.

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), embun es di Dieng terbentuk terutama selama musim kemarau. Dieng, sebagai dataran tinggi, memiliki suhu udara yang cukup dingin, terutama pada malam hari.

Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan, menjelaskan bahwa embun es terbentuk ketika suhu udara turun drastis hingga di bawah titik beku, biasanya antara pukul 04.00 WIB hingga 06.00 WIB.

"Langit yang cerah tanpa awan menyebabkan radiasi panas matahari lebih banyak terbuang ke angkasa pada malam hari, mengakibatkan suhu udara malam hari menjadi sangat rendah," ungkapnya sebagaimana dikutip dari laman resmi BMKG, Jumat (19/7/2024).



Fenomena ini tidak hanya menjadi daya tarik wisata, tetapi juga membawa dampak negatif bagi sektor pertanian. Embun es yang menyelimuti tanaman menyebabkan kerusakan parah pada tanaman kentang yang menjadi andalan petani setempat.

"Embun upas ini disebut embun racun oleh penduduk Dieng karena efeknya membuat tanaman kentang mati tersisakan," kata Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Kelas II Ahmad Yani Semarang, Sutikno.

Ahmad Rozikin, seorang petani kentang asal Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Banjarnegara, mengaku mengalami kerugian besar akibat fenomena ini. "Tanaman kentang saya layu dan mati. Kerugian yang harus saya tanggung mencapai puluhan juta rupiah," ungkap Ahmad dengan penuh kekecewaan.

Meskipun para petani telah mencoba berbagai cara untuk mengurangi dampak embun es, seperti penyemprotan air, usaha tersebut terbukti tidak efektif. "Kami sudah mencoba berbagai cara, tapi embun es terus muncul setiap hari, membuat tanaman kentang tetap mati," tambah Ahmad.

Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2041 seconds (0.1#10.140)