Sejarah Kelenteng Eng An Kiong, Tempat Etnis Tionghoa Malang Rayakan Imlek

Sabtu, 10 Februari 2024 - 08:33 WIB
loading...
Sejarah Kelenteng Eng...
Potret Klenteng Eng An Kiong Rudi Phan memiliki usia sekitar 2 abad dibangun pada 1825. Foto: MPI/Avirista Midaada
A A A
MALANG - Perayaan Tahun Baru Imlek di Malang tak bisa dipisahkan dari Kelenteng Eng An Kiong yang punya sejarah panjang. Kelenteng ini konon tak hanya sebagai tempat ibadah kaum Tionghoa saja, tapi menjadi saksi bisu sejarah interaksi warga pribumi dan etnis Tionghoa.

Ketua pengelola yayasan Klenteng Eng An Kiong Rudi Phan menjelaskan, Kelenteng Eng An Kiong Malang telah memiliki usia sekitar 2 abad atau 200 tahun lebih, mengingat klenteng ini dibangun pada 1825.

Awalnya klenteng hanya dibangun sederhana dengan komposisi kayu secara sederhana, bahkan areanya pun masih sempit.

”Berdiri tahun 1825, hampir 200 tahun, dua abad hampir dulu bangsa Cina ini ke sini sudah ratusan tahun, di Jawa Tengah kelentengnya sudah 600 tahun Kelenteng Sam Po Kong,” ucap Rudi Phan kepada SINDOnews, Sabtu (10/2/2024).



Lambat laun kedatangan para kaum Tionghoa dan membuat permukiman di sekitar kelenteng saat ini. Kemudian mereka karena belum memiliki tempat peribadatan, lantas membuatlah bangunan kelenteng yang saat berada di Jalan Laksamana Martadinata.

Menariknya permukiman etnis Tionghoa itu lantas berbaur dengan etnis pendatang lain, terutama Arab dan lainnya.

“Kalau dulu orang Chinese kan satu center (terpusat) orang dari mulut ke mulut di mana di Kota Malang, mereka mendirikan satu komunitas di daerah Pecinan ini sekarang sudah campur baur, ada orang Arabnya, orang Indonesia, dulu tahun 50an murni orang China semua,” jelasnya.

Pendatang dari China ini mengarungi samudra hingga tiba di beberapa kota di Pulau Jawa mulai dari Semarang, Tuban, dan Surabaya. Sisanya sebagian menuju Malang dan membuat perkumpulan serta bermukim di Malang.

Tak heran secara keterikatan sejarah dan budaya perkembangan kaum Tionghoa di Malang dengan Jawa Tengah.



”Sejak datang bawa (keluarga) dan peranak pinak di sini. Mereka berdagang, dulu naik perahu ratusan tahun lalu, laut masih tenang, nggak ada polusi nggak ada apa-apa, jadi berani dan menempati di pesisir pantai, Semarang, Surabaya, Tuban, sampai sini juga,” tuturnya.

Para pendatang dari negeri China mayoritas berdagang sehingga mereka lantas mendirikan sebuah perkumpulan di Malang dan tentu juga mendirikan tempat ibadah berupa klenteng ini. Jadi antara kedatangan orang Tionghoa di Malang dengan pendirian klenteng nyaris sama.

”(Kedatangan Tionghoa) hampir sama, 1825 jadi mereka datang namanya manusia cari Tuhannya, akhirnya mendirikan klenteng ini. Tapi berdagang dulu, terus mendirikan klenteng ini, terus bersama mendirikan klenteng, seperti muslim mendirikan musala,” paparnya.

Seiring banyaknya jamaah membuat kaum Tionghoa yang bermukim di Malang berinisiatif membangun secara gotong royong klenteng. Alhasil mereka mendonasikan uang untuk rekonstruksi klenteng pertamanya.

Menariknya, saat rekonstruksi pertama terdapat ratusan donatur yang menyumbang dengan nominal satu gulden Belanda.

”Satu gulden di tahun 1903 di rekonstruksi pertama itu sudah sangat mahal. Donaturnya ada 200an orang yang dicatatkan pada plakat ini, jadi di sini ada namanya, nama marga, marga Phan contohnya. Dari sini tahu rumpunnya, ini orang mana, orang Hogian,” terangnya.

Di klenteng sendiri terdapat dua plakat yang memuat ratusan nama di dua rekonstruksi awal Klenteng Eng An Kiong. Rekonstruksi pertama pada 1903, sedangkan rekonstruksi kedua dilakukan pada 1912.

Dimana donatur rekonstruksi juga termuat di plakat prasasti yang tertempel di dinding di dalam klenteng, tepatnya di depan kantor yayasan pengelola.

”Kalau satu plakat sekitar seribu, dengan sumbangannya satu gulden, di zaman Belanda segitu sudah gede. Memang bangunan yang di tengah itu pertama dibangun, dibangun cuma dari kayu-kayu sekarang kan kita rekonstruksi,” bebernya.
(ams)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Berita Terkait
7 Fakta Menarik Tjhai...
7 Fakta Menarik Tjhai Chui Mie, Perempuan Tionghoa Pertama Sukses Jadi Wali Kota di Indonesia
MNC Group: Pesta Rakyat...
MNC Group: Pesta Rakyat CGM Bogor Street Fesfival 2025 Jadi Pemersatu Bangsa
Apresiasi CGM Bogor...
Apresiasi CGM Bogor Street Festival 2025, Bey Machmudin: Ini Indonesia Mini
Rayakan Imlek, Siswa...
Rayakan Imlek, Siswa di Jakut dan Tangsel Diajarkan Pendidikan Karakter
Kisah Soeharto Larang...
Kisah Soeharto Larang Rayakan Imlek, Latar Belakangnya Masih Berkaitan dengan PKI
Pesawat Mendarat Darurat...
Pesawat Mendarat Darurat di Semarang, Yusril Ihza Mahendra Hadiri Perayaan Imlek di Sam Poo Kong
Cerita Etnis Tionghoa...
Cerita Etnis Tionghoa Pertama Masuk Nusantara di Masa Kerajaan Sriwijaya
Volume Kendaraan Meningkat,...
Volume Kendaraan Meningkat, Tol Jakarta-Cikampek Berlakukan Contraflow
Momen Serangan Kaum...
Momen Serangan Kaum Pribumi ke Tionghoa-Eropa Akibat Ketidakadilan Sewa Tanah dan Pajak
Rekomendasi
17 Mayjen TNI Digeser...
17 Mayjen TNI Digeser Jenderal Agus Subiyanto pada Mutasi TNI Maret 2025, Ini Nama-namanya
Sugianto Dipuji sebagai...
Sugianto Dipuji sebagai Pahlawan karena Menyelamatkan Lansia saat Kebakaran Hutan di Korea Selatan
Dewi Yull Berduka Ray...
Dewi Yull Berduka Ray Sahetapy Meninggal Dunia: Telah Berpulang Ayah dari Anakku
Berita Terkini
Mulai Hari Ini, Arus...
Mulai Hari Ini, Arus Balik Mobil Pribadi Bisa Lintasi Tol Japek 2 Selatan
15 menit yang lalu
Libur Lebaran, Polisi...
Libur Lebaran, Polisi Terapkan One Way Menuju Jalur Wisata Pantai Carita dan Anyer
1 jam yang lalu
Urai Kemacetan Puncak...
Urai Kemacetan Puncak Bogor saat Libur Lebaran, Contraflow Diberlakukan di KM 44-46 Tol Jagorawi
1 jam yang lalu
Viral 3 Polisi Dikeroyok...
Viral 3 Polisi Dikeroyok 2 Anggota TNI dan 6 Warga di Depan Polsek Tiworo Tengah Sultra
2 jam yang lalu
Arus Balik Penumpang...
Arus Balik Penumpang KA Mulai Ramai di Stasiun Pasar Senen pada Hari Ketiga Lebaran
2 jam yang lalu
Ratusan Pemudik dari...
Ratusan Pemudik dari Sumatera Mulai Kembali ke Pulau Jawa
9 jam yang lalu
Infografis
7 Masjid Tua di Jakarta...
7 Masjid Tua di Jakarta yang Ikonik dan Sarat Sejarah Islam
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved