300 Anggota ISHARI NU dan Aktivis Kebudayaan Ikuti Literasi Digital di Tulungagung
loading...
A
A
A
TULUNGAGUNG - Sebanyak 300 anggota Ikatan Seni Hadrah Indonesia Nahdlatul Ulama (ISHARI NU) dan aktivis kebudayaan mengikuti dialog literasi digital yang digelar di GOR Balai Desa Karangsono, Ngunut, Tulungagung, Jawa Timur.
Dialog yang diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) ini untuk memperkuat literasi digital kelompok masyarakat sipil jelang Pemilu 2024. Sehingga diharapkan bisa kritis dan waspada terhadap praktik kejahatan di dunia digital, dan memahami etika bermedia sosial.
“Literasi digital membantu meredam potensi konflik dengan membantu masyarakat mengidentifikasi dan menanggapi informasi provokatif,” kata praktisi literasi digital dari Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMI NU), Abdul Rahman selaku pemateri dialog di Tulungagung ini, dikutip Rabu (31/1/2024).
Abdul menambahkan bahwa pemahaman literasi digital yang baik memungkinkan komunikasi efektif, mengurangi potensi konflik, dan menciptakan suasana damai saat Pemilu 2024. Sehingga kesadaran masyarakat mengenai penggunaan teknologi komunikasi juga harus ditingkatkan.
Selain itu, Abdul juga menjelaskan, literasi digital dapat membantu masyarakat dalam memahami dan memilih kandidat dengan lebih cerdas.
“Literasi digital memungkinkan masyarakat untuk melakukan penelusuran informasi yang lebih mendalam mengenai rekam jejak dan program kandidat. Ini membantu mereka membuat keputusan yang lebih cerdas dan berdasarkan fakta.” jelasnya.
Sementara itu, Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung, Seli Muna Ardiani memaparkan mengenai bagaimana beretika dalam dunia digital menuju Pemilu damai.
“Media sosial memiliki peran kunci dalam membentuk opini masyarakat terkait pemilu. Oleh karena itu literasi digital diperlukan untuk menyaring informasi dan menghindari pengaruh berbahaya dari konten yang tidak valid,” paparnya.
Seli turut menyampaikan mengenai dampak negatif dari penyebaran informasi palsu (hoaks) terkait Pemilu dan bagaimana literasi digital dapat meredamnya.
“Penyebaran informasi palsu dapat menciptakan kekacauan dan memengaruhi hasil Pemilu. Literasi digital membantu masyarakat untuk mengidentifikasi informasi palsu dengan memperkuat kemampuan mereka dalam memeriksa keaslian sumber informasi,” tandasnya.
Lihat Juga: Deklarasi Kampanye Damai, Paslon Nomor 2 Khofifah-Emil Ajak Masyarakat Berpolitik Santun
Dialog yang diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) ini untuk memperkuat literasi digital kelompok masyarakat sipil jelang Pemilu 2024. Sehingga diharapkan bisa kritis dan waspada terhadap praktik kejahatan di dunia digital, dan memahami etika bermedia sosial.
“Literasi digital membantu meredam potensi konflik dengan membantu masyarakat mengidentifikasi dan menanggapi informasi provokatif,” kata praktisi literasi digital dari Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMI NU), Abdul Rahman selaku pemateri dialog di Tulungagung ini, dikutip Rabu (31/1/2024).
Abdul menambahkan bahwa pemahaman literasi digital yang baik memungkinkan komunikasi efektif, mengurangi potensi konflik, dan menciptakan suasana damai saat Pemilu 2024. Sehingga kesadaran masyarakat mengenai penggunaan teknologi komunikasi juga harus ditingkatkan.
Selain itu, Abdul juga menjelaskan, literasi digital dapat membantu masyarakat dalam memahami dan memilih kandidat dengan lebih cerdas.
“Literasi digital memungkinkan masyarakat untuk melakukan penelusuran informasi yang lebih mendalam mengenai rekam jejak dan program kandidat. Ini membantu mereka membuat keputusan yang lebih cerdas dan berdasarkan fakta.” jelasnya.
Sementara itu, Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung, Seli Muna Ardiani memaparkan mengenai bagaimana beretika dalam dunia digital menuju Pemilu damai.
“Media sosial memiliki peran kunci dalam membentuk opini masyarakat terkait pemilu. Oleh karena itu literasi digital diperlukan untuk menyaring informasi dan menghindari pengaruh berbahaya dari konten yang tidak valid,” paparnya.
Seli turut menyampaikan mengenai dampak negatif dari penyebaran informasi palsu (hoaks) terkait Pemilu dan bagaimana literasi digital dapat meredamnya.
“Penyebaran informasi palsu dapat menciptakan kekacauan dan memengaruhi hasil Pemilu. Literasi digital membantu masyarakat untuk mengidentifikasi informasi palsu dengan memperkuat kemampuan mereka dalam memeriksa keaslian sumber informasi,” tandasnya.
Lihat Juga: Deklarasi Kampanye Damai, Paslon Nomor 2 Khofifah-Emil Ajak Masyarakat Berpolitik Santun
(shf)