Kemarau, 15 Desa di Lereng Gunung Slamet Krisis Air Bersih

Selasa, 11 Agustus 2020 - 10:45 WIB
loading...
Kemarau, 15 Desa di Lereng Gunung Slamet Krisis Air Bersih
Musim kemarau membuat sedikitnya 12 desa di Kecamatan Pulosari dan 3 desa di Kecamata Belik, Kabupaten Pemalang Jawa Tengah mengalami kekeringan parah. iNews TV/Suryono
A A A
PEMALANG - Musim kemarau membuat sedikitnya 12 desa di Kecamatan Pulosari dan 3 desa di Kecamata Belik, Kabupaten Pemalang Jawa Tengah mengalami kekeringan parah. Ribuan warga yang berada di kaki Gunung Slamet mengalami krisis air bersih.

Kedua belas desa tersebut yakni desa Clekatakan, Siremeng, Batursari, Pagenteran, Penakir, Pulosari, Gunungsari, Jurangmangu, Cikendung, Gambuhan dan Nyalembeng, dengan jumlah penduduk keseluruhan mencapai 23 ribu jiwa lebih.

Di kecamatan Belik ada tiga desa yaitu Belik , Gunungjaya dan Gombong, krisis air bersih tersebut telah mereka alami sejak dua bulan yang lalu.

Wahadi, Kepala Pelaksana Harian BPBD Pemalang menyebutkan, setiap hari melakukan droping air ke sejumlah lokasi. "Kekeringan melanda di 12 desa di kecamatan Pulosari dan 3 desa di kecamatan Belik. Kami setiap hari melakukan droping air ke lokasi kekeringan. Namun hanya ada 3 aramada tanki yang bisa mengirim air, karena dua mobil tanki untuk penyemprotan disinvektaan," ujar Wahadi, Selasa (11/8/2020).

Dikatakan, warga yang kesulitan air bisa melaporkan ke desa atau kecamatan ,lalu diteruskan ke BPBD. Dari BPBD akan mengirimkan bantuan sesua dengan jadwal secara bergiliran.

Untuk memenuhi kebutuhan air, warga terpaksa harus antre di bak-bak penampungan air yang sudah minim isinya. Mereka harus menunggu dua sampai tiga jam guna memperoleh dua jeriken atau ember, air bersih tersebut.

"Kami sudah lebih dari dua bulan kesulitan air bersih, setiap hari harus antre di bak penampungan yang airnya sudah minim. Bantuan dari BPBD atau yang lain yang mainim dan tidak mencukupi kebutuhan,” jelas Witri, warga Gunungsari.

Selain itu mereka juga bergantung pada bantuan yang diberikan pemerintah daerah melalui BPBD dan sejumlah lemabaga yang membantu atau para relawan juga derawan. "Jika tak ada bantuan, kami mendapatkan air bersih dari penjual keliling dengan harga Rp 60 ribu setiap sekitar 1000 liternya," jelas Harto, warga Pulosari. (Baca: Terpeleset di Gunung Sindoro, Pendaki Asal Solo Berhasil Diselamatkan).

Krisis air bersih memang menjadi kondisi tahunan yang harus selalu mereka hadapi karena secara geografis memang daerah mereka berada di kaki gunung Slamet.
(nag)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1704 seconds (0.1#10.140)