Sejarah Kerajaan Ternate: Asal-usul, Kejayaan, dan Daftar Sultan
loading...
A
A
A
Kerajaan Ternate atau Kesultanan Ternate merupakan salah satu Kerajaan Islam yang berada di Kepulauan Maluku. Kesultanan yang juga dikenal dengan Kerajaan Gapi ini didirikan oleh Baab Mahsur Malomo pada tahun 1257 Masehi.
Kesultanan Ternate memiliki peran penting di kawasan Timur Nusantara antara abad ke-1 hingga abad ke-17. Karena Ternate merupakan salah satu Kerajaan yang terkenal kaya akan rempah-rempah.
Kerajaan Gapi berpusat di kampung Ternate, yang dalam perkembangannya semakin besar dan ramai sehingga oleh penduduk disebut juga sebagai Gam Lamo atau kampung besar, namun belakangan orang menyebut Gam Lamo dengan Gamalama atau Pusat Pemerintahan.
Dikarenakan terjadinya pergeseran perubahan zaman sehingga makna kerajaan Gapi berubah menjadi kerajaan Ternate yang dicetuskan berkisar pada abad ke-13 M. Hal ini dipercaya dapat mengangkat nama kerajaan Ternate ke jendela dunia.
Di bawah pimpinan beberapa generasi penguasa berikutnya, Ternate berkembang dari sebuah kerajaan yang hanya sebuah pulau kecil menjadi kerajaan yang berpengaruh dan terbesar di Timur Indonesia khususnya Maluku.
Menurut jurnal bertajuk "Kesultanan Ternate Pada Abad XVI-XVII", pada masa–masa awal suku Ternate dipimpin oleh para momole. Setelah membentuk kerajaan jabatan pimpinan dipegang seorang raja yang disebut kolano.
Mulai pertengahan abad ke-15 M, Islam diadopsi secara total oleh kerajaan dan penerapan syariat Islam diberlakukan. Sultan Zainal Abidin meninggalkan gelar kolano dan menggantinya dengan gelar sultan.
Pada taraf permulaan, diantara saluran Islamisasi yang pernah berkembang di Ternate adalah perdagangan. Hal itu sejalan dengan kesibukan lalu lintas perdagangan abad ke-7 M hingga abad ke-16 M.
Terdapat sejumlah pulau penting di Maluku bagian utara yang dijadikan sebagai tempat penyebaran Agama Islam. Beberapa pulau itu adalah pulau Ternate, Tidore, Bacan, dan Jailolo.
Masa Islamisasi di Maluku diperkirakan berlangsung pada abad ke-15 M. Ternate sebagai kota dan sekaligus menjadi pusat aktivitas perdagangan rempah-rempah jadi saksi sejarah atas dominannya Islam sebagai sebuah ideologi masyarakat saat itu.
Kesultanan Ternate memiliki peran penting di kawasan Timur Nusantara antara abad ke-1 hingga abad ke-17. Karena Ternate merupakan salah satu Kerajaan yang terkenal kaya akan rempah-rempah.
Kerajaan Gapi berpusat di kampung Ternate, yang dalam perkembangannya semakin besar dan ramai sehingga oleh penduduk disebut juga sebagai Gam Lamo atau kampung besar, namun belakangan orang menyebut Gam Lamo dengan Gamalama atau Pusat Pemerintahan.
Dikarenakan terjadinya pergeseran perubahan zaman sehingga makna kerajaan Gapi berubah menjadi kerajaan Ternate yang dicetuskan berkisar pada abad ke-13 M. Hal ini dipercaya dapat mengangkat nama kerajaan Ternate ke jendela dunia.
Di bawah pimpinan beberapa generasi penguasa berikutnya, Ternate berkembang dari sebuah kerajaan yang hanya sebuah pulau kecil menjadi kerajaan yang berpengaruh dan terbesar di Timur Indonesia khususnya Maluku.
Menurut jurnal bertajuk "Kesultanan Ternate Pada Abad XVI-XVII", pada masa–masa awal suku Ternate dipimpin oleh para momole. Setelah membentuk kerajaan jabatan pimpinan dipegang seorang raja yang disebut kolano.
Mulai pertengahan abad ke-15 M, Islam diadopsi secara total oleh kerajaan dan penerapan syariat Islam diberlakukan. Sultan Zainal Abidin meninggalkan gelar kolano dan menggantinya dengan gelar sultan.
Asal Usul Munculnya Islam di Kerajaan Ternate
Pada taraf permulaan, diantara saluran Islamisasi yang pernah berkembang di Ternate adalah perdagangan. Hal itu sejalan dengan kesibukan lalu lintas perdagangan abad ke-7 M hingga abad ke-16 M.
Terdapat sejumlah pulau penting di Maluku bagian utara yang dijadikan sebagai tempat penyebaran Agama Islam. Beberapa pulau itu adalah pulau Ternate, Tidore, Bacan, dan Jailolo.
Masa Islamisasi di Maluku diperkirakan berlangsung pada abad ke-15 M. Ternate sebagai kota dan sekaligus menjadi pusat aktivitas perdagangan rempah-rempah jadi saksi sejarah atas dominannya Islam sebagai sebuah ideologi masyarakat saat itu.