Kisah Sultan Malaka Salah Strategi Pertahankan Wilayahnya dari Serangan Portugis
loading...
A
A
A
Selat Malaka yang menjadi kota pelabuhan terbesar di dunia dan menjadi tulang punggung kesultanan menghadapi persoalan. Kehadiran beberapa pedagang asing menjadikan magnet adanya musuh dari luar kesultanan wilayah.
Portugis di bawah panglima perang Alfonso d'Albuquerque menjadi salah satu penguasa Malaka di kala Sultan Mahmud Syah berkuasa. Kala itu Sultan Malaka ini salah memprediksi arah pikiran orang-orang Portugis.
Dia mengira orang-orang Portugis akan kembali ke wilayah Goa, pesisir barat India, hanya menunggu datangnya angin timur laut. Pembakaran beberapa kapal dagang dikira hanya sebagai penyalur rasa jengkel, segera akan padam.
Tetapi Alfonso d'Albuquerque sebagai ahli strategi dan siasat tak mudah begitu saja diterka. Alhasil ia mengadakan persiapan yang matang untuk menyerang Malaka.
Barulah pada 25 April 1511 sebagaimana dicatatkan oleh sejarawan Prof. Slamet Muljana dalam bukunya "Runtuhnya Kerajaan Hindu - Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara", serangan pertama dilancarkan secara mendadak.
Jembatan sungai Malaka berhasil direbut. Karena tersapu malam, tentara Portugis mundur ke laut.
Setelah mematangkan siasat sambil beristirahat selama dua minggu, serangan kedua dilancarkan lagi, tepat mengenai sasarannya. Pertahanan musuh yang dipusatkan di bandar patah.
Bandar Malaka berhasil direbut. Sultan Mahmud dengan para pengikutnya pontang-panting meninggalkan ibu kota. Ia bermaksud mengadakan serangan balasan dari jurusan Muar, tetapi serangan itu menemui kegagalan.
Orang-orang Portugis mempunyai semangat perjuangan yang sangat tinggi, memiliki perlengkapan senjata yang lebih sempurna, dan terlatih dalam peperangan.
Portugis di bawah panglima perang Alfonso d'Albuquerque menjadi salah satu penguasa Malaka di kala Sultan Mahmud Syah berkuasa. Kala itu Sultan Malaka ini salah memprediksi arah pikiran orang-orang Portugis.
Dia mengira orang-orang Portugis akan kembali ke wilayah Goa, pesisir barat India, hanya menunggu datangnya angin timur laut. Pembakaran beberapa kapal dagang dikira hanya sebagai penyalur rasa jengkel, segera akan padam.
Tetapi Alfonso d'Albuquerque sebagai ahli strategi dan siasat tak mudah begitu saja diterka. Alhasil ia mengadakan persiapan yang matang untuk menyerang Malaka.
Barulah pada 25 April 1511 sebagaimana dicatatkan oleh sejarawan Prof. Slamet Muljana dalam bukunya "Runtuhnya Kerajaan Hindu - Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara", serangan pertama dilancarkan secara mendadak.
Jembatan sungai Malaka berhasil direbut. Karena tersapu malam, tentara Portugis mundur ke laut.
Setelah mematangkan siasat sambil beristirahat selama dua minggu, serangan kedua dilancarkan lagi, tepat mengenai sasarannya. Pertahanan musuh yang dipusatkan di bandar patah.
Bandar Malaka berhasil direbut. Sultan Mahmud dengan para pengikutnya pontang-panting meninggalkan ibu kota. Ia bermaksud mengadakan serangan balasan dari jurusan Muar, tetapi serangan itu menemui kegagalan.
Orang-orang Portugis mempunyai semangat perjuangan yang sangat tinggi, memiliki perlengkapan senjata yang lebih sempurna, dan terlatih dalam peperangan.