Chattra Borobudur Menjadi Energi Baru Indonesia

Kamis, 14 Desember 2023 - 17:16 WIB
loading...
A A A
Dukungan para Pihak
Dukungan terkait chattra, kata Supriyadi, secara masif juga disampaikan oleh seniman, budayawan, akademisi dalam dan luar negeri serta sejumlah perwakilan umat Buddha dari berbagai wilayah Indonesia.

Hal ini misalnya muncul saat Dirjen Bimas Buddha bersama Borobudur Writers and Cultural Festival (BWCF) menggelar dialog bertajuk 'Chattra dalam Sudut Pandang Teologi Buddhis dan Arkeologi' di kampus Universitas Negeri Malang pada 25 November 2023.

Bhante Ditthisampanno yang hadir saat itu, menyampaikan chattra sangat dekat dengan pandangan serta ajaran agama Buddha. Secara harfiah, chattra bermakna payung atau pelindung yang merupakan mahkota sehingga dipasang puncak stupa. Selain perlindungan, chattra juga bisa bermakna sebagai bentuk keberanian dan simbol kesucian tahapan spiritualitas.

“Chattra itu melambangkan kesatuan unsur, sehingga secara spiritual akan memberikan penguatan dan juga pengembangan keyakinan bagi umat Buddha. Dari sisi spiritualitas pemasangan chattra jelas akan menambah kesempurnaan dari Candi Borobudur. Kami dari agamawan dan para biksu sangat mendukung sekali pemasangan chattra kembali,” ujar Bhante.

Bhante Ditthisampanno mendorong agar Borobudur terus dikembangkan dari aspek kemanfaatan. Tak sebatas untuk peningkatan nilai spiritual, pengembangan candi terbesar di dunia ini juga bisa dilakukan pada sisi lain, utamanya pariwisata dunia. Upaya ini diyakini tidak sulit karena pemerintah juga memiliki kebijakan yang searah yakni menjadikan Candi Borobudur sebagai Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP).

Anu Mahanayaka Sangha Agung Indonesia, Biksu Bhadra Ruci juga menilai Candi Borobudur sebagai sebuah mandala tak akan terpisahkan dari elemen chattra atau payung mulia. Dari aspek tantra, chattra akan selalu ditemukan dalam praktik harian persembahan mandala seorang praktisi buddhis. Dalam praktik meditasi mandala tantra, ornamen chattra pun selalu hadir dalam visualisasi.

Keberadaannya tak sekadar menjadi hiasan belaka namun mengandung makna dan fungsi spiritualitas tertentu. Ini sebagaimana dinyatakan dalam Arya Manggala Kuta Nama Mahayana Sutra, “Karena kepala Buddha adalah payung pelindung yang jaya". Dari sini jelas bahwa ketiadaan chattra ibarat tubuh tak berkepala.

Stanley Khu, Dosen Antropologi Universitas Diponegoro berpandangan, pemasangan chattra di tidak hanya penting dari perspektif filosofis atau arkeologis belaka. Pemasangan ini juga memengaruhi tata-cara keagamaan umat Buddha di Indonesia, khususnya generasi muda.

“Dengan kata lain, dipasang atau tidaknya chattra adalah juga persoalan mengenai bagaimana generasi Buddhis saat ini dan yang akan datang memaknai posisi Borobudur dalam imajinasi keagamaan dan proyek etis mereka,” ucapnya.

Menurut Stanley, chattra akan menjadikan Borobudur sebagai ruang hidup yang dapat dimasuki umat Buddhis dalam sebuah dialog spiritual antara diri dan potensi kebuddhaan. Dengan perantara chattra, stupa tidak lagi sekadar berupa tumpukan batu biasa, namun dapat pula dibayangkan sebagai perlambang batin Buddha yang senantiasa hadir bersama umat dalam upaya sadar dan bertahap untuk menapaki jalan pencerahan.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2658 seconds (0.1#10.140)