Tragedi Pesawat Tempur Super Tucano, Penjaga Perbatasan Itu Berjatuhan saat Latihan

Kamis, 16 November 2023 - 17:36 WIB
loading...
Tragedi Pesawat Tempur Super Tucano, Penjaga Perbatasan Itu Berjatuhan saat Latihan
Pesawat tempur taktis Super Tucano dari Skadron Udara 21 Lanud Abdulrachman Saleh Malang. Foto/SINDOnews/Emanuel Yuswantoro
A A A
"Dua pesawat Super Tucano jatuh di Bromo," sebuah pesan singkat masuk di aplikasi WhatsApp (WA). Kabar yang datang di Kamis (16/11/2023) siang tersebut, membuat terhenyak. Meski ini bukan kali pertama terjadi, namun sudah terbayang bagaimana situasi pilu yang bakal terjadi.



Super Tucano merupakan pesawat tempur taktis buatan Brazil, bermesin propeler tunggal yang berada di moncong pesawat. Sejak bergabung di Skadron Udara 21 lanud Abdulrachman Saleh Malang, pesawat ini memiliki ciri khusus yakni moncongnya bergambar moncong hiu yang ganas.



Pesawat tempur taktis ini, mulai didatangkan dari Brazil pada tahun 2012 silam. Ada sebanyak 12 pesawat yang dibeli pemerintah Indonesia dari perusahaan Embraer S. A. Brazil. Keberadaan pesawat ini sangat penting, yakni mengisi kekosongan pesawat tempur ringan di Skadron Udara 21.



Sejak tahun 2007, Skadron Udara 21 tidak memiliki pesawat tempur. Tepatnya, sejak pesawat tempur taktis OV 10 F Bronco dilarang terbang. Pesawat OV 10 F Bronco mengalami kecelakaan tragis di ujung landasan Lanud Abdulrachman Saleh, pada tahun 2007 hingga membuat satu penerbang tempurnya tewas.

Sejak peristiwa jatuhnya pesawat OV 10 F Bronco tersebut, Skadron Udara 21 praktis tidak memiliki pesawat tempur lagi. Bahkan, kedatangan pesawat tempur taktis Super Tucano sebagai pengganti OV 10 F Bronco, harus menunggu selama lima tahun.

Dilansir dari tni-au.mil.id, sejumlah penerbang tempur TNI AU dari Skadron Udara 21, harus berkelana ke skadron udara lain yang bukan merupakan skadron tempur. Seperti di Skadron Udara 4 Lanud Abdulrachman Saleh, yang merupakan skadron udara angkut ringan, pengintai, dan pemotretan udara.

Tragedi Pesawat Tempur Super Tucano, Penjaga Perbatasan Itu Berjatuhan saat Latihan


Selain di Skadron Udara 4, para penerbang tempur itu juga berkelana ke Skadron Udara 32, yang merupakan markas pesawat angkut berat C-130 Hercules. Salah satu penerbangn tempur yang harus berkelana ke Skadron Udara 4 dan Skadron Udara 32 adalah Letkol Pnb. Sandhra Gunawan.

Kehadiran Super Tucano, menjadi kabar gembira bagi para penerbang tempur dan kru di Skadron Udara 21. Super Tucano disebut-sebut sebagai salah satu pesawat tempur taktis canggih. Pesawat canggih ini memiliki daya jelajah sangat tinggi.



Untuk sekali terbang, pesawat ini bisa mencapai 9,5 jam terbang tanpa mengisi bahan bakar, karena memiliki tiga eksternal tank atau tabung pengangkut bahan bakar. Apabila diterbangkan bisa menjelajah Malang sampai dengan Manado, atau Malang sampai dengan Balikpapan.

Bukan hanya daya jelajah yang tinggi. Pesawat ini, juga bisa mengangkut lima unit bomb MK 82, dan empat unit Roket POD. Meski pangkalan induknya ada di Malang. Pesawat ini bisa langsung dioperasionalkan untuk menjaga perbatasan di Kalimantan.

Kemampuan kamuflasenya juga sangat tinggi, karena memiliki kemampuan untuk terbang malam hari, dengan bantuan Night Vision Google (NVG). Selain itu juga dilengkapi dengan data link system dan enerypled radio. Di mana pesawat ini bisa mentransfer data, dan komunikasi radio dengan pesawat lain, tanpa mampu dideteksi lawan.

Tragedi Pesawat Tempur Super Tucano, Penjaga Perbatasan Itu Berjatuhan saat Latihan


Sayangnya, baru empat tahun dioperasikan di Skadron Udara 21. Salah satu pesawat Super Tucano tersebut, justru mengalami kecelakaan dan jatuh menimpa rumah warga pada 10 Februari 2016 silam.

Empat orang tewas dalam insiden yang melibatkan Super Tucano tersebut. Yakni satu penerbang, satu mekanik, dan dua warga yang tengah berada di dalam rumah. Badan pesawat hancur berkeping-keping, bercampur dengan reruntuhan rumah warga.



Tujuh tahun setelah persitiwa pilu tersebut, kabar pilu datang kembali dari lereng Gunung Bromo. Dua pesawat Super Tucano TT 3111, dan TT 3103 mengalami kecelakaan dan terjatuh di Desa Keduwung, Kecamatan Puspo, Kabupaten Pasuruan.

Empat orang penerbang berada di dalam dua pesawat tempur Super Tucano TNI AU, yang jatuh di kaki Gunung Bromo, Desa Keduwung, Kecamatan Puspo, Kabupaten Pasuruan. Hingga kini, kondisi keempatnya belum diketahui karena masih dilakukan proses evakuasi.

Tragedi Pesawat Tempur Super Tucano, Penjaga Perbatasan Itu Berjatuhan saat Latihan


Pesawat Super Tucano dari Skadron Udara 21 lanud Abdulrachman Saleh Malang yang mengalami kecelakaan, yakni bernomor seri TT-3111, dan TT-3103. Pesawat tempur bernomor TT 3111 diterbangkan Letkol Pnb. Sandhra Gunawan, dan awak pesawat Kolonel Adm. Widiono.

Sementara untuk pesawat Super Tucano bernomor seri TT 3103 diterbangkan Mayor Pnb Yuda A. Seta, dan awak pesawat Kolonel Pnb Subhan. Dari keterangan Camat Puspo, Edi Santoso pesawat tempur taktis tersebut jatuh di ladang kentang, dan di tebing Watu Gedek.

Spesifikasi Pesawat Super Tucano:

Produsen : Embraer S. A. Brazil
Mesin : Turbo Propeler Single Engine
Berat : 5.400 kg
Daya angkut : 1.550 kg
Persenjataan :
Lima Bomb MK 82
Empat Rocket POD
Senapan mesin 12.7 mm
Bomb BAFG 120 dan 230
M117 Bomb
BINC 300 Bomb
BLG 252 Bomb
Misille

Avionic System :
FLIR (Forward Looking Infra Red), untuk pengintaian dan pencarian
LRF (Laser Range Finder), untuk memandu dan menentukan koordinat sasaran secara tepat
NVG (Night Vision Google), membantu pilot untuk terbang malam
Enerypled Radio, jaringan komunikasi radio antar pesawat tanpa mampu dilacak
Data Link System, kemampuan pesawat mentransfer data antar pesawat tanpa mampu dideteksi lawan
Search Light, lampu dengan kekuatan tinggi untuk kegiatan pencarian
RALT (Radar Altimeter), radar untuk mengukur ketinggian pesawat.
(eyt)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1641 seconds (0.1#10.140)