Sejarah dan Asal-usul Nama Pacitan, Daerah yang Dulunya Minus Pangan

Jum'at, 03 November 2023 - 11:24 WIB
loading...
Sejarah dan Asal-usul Nama Pacitan, Daerah yang Dulunya Minus Pangan
Pacitan dikenal sebagai Kota 1001 Gua karena memiliki banyak gua indah dan eksotis. Foto/Pinterest
A A A
JAKARTA - Pacitan merupakan sebuah kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Timur . Kabupaten ini terletak di ujung barat daya Pulau Jawa, berbatasan dengan Kabupaten Ponorogo, Trenggalek, Wonogiri dan Samudra Hindia.

Pacitan sendiri dikenal sebagai Kota 1001 Gua karena memiliki banyak gua indah dan eksotis. Selain itu, daerah ini juga mempunyai sejarah dan asal-usul yang menarik untuk diketahui.

Sejarah dan Asal-usul Nama Pacitan


Menurut Babad Pacitan, nama Pacitan artinya camilan, sedap-sedapan, tambul, yang merujuk pada makanan kecil yang tidak sampai mengenyangkan.



Hal tersebut karena daerah Pacitan yang merupakan daerah Minus. Dalam sejarahnya, sebagian masyarakat Pacitan pernah mengalami kesusahan ketika memenuhi kebutuhan pangan, sehingga warganya tidak sampai kenyang.

Selain itu, ada pula pendapat lain yang menamai Pacitan berasal dari ‘Pace’ mengkudu yang memberi kekuatan. Pendapat ini berasal dari legenda yang bersumber pada Perang Mangkubumen atau Perang Palihan Nagari (1746-1755).

Sementara itu, sejarah Pacitan dimulai sejak Kerajaan Demak Batoro Katong membuka hutan Ponorogo, wilayah pegunungan di sepanjang pantai selatan yang masih berupa hutan dan belum terjamah manusia.

Setelah membuka wilayah tersebut, Batoro Katong Adipati Ponorogo pertama itu didatangi oleh seorang tokoh agama. Tokoh tersebut rupanya berasal dari Demak dan bernama Kiai Siti Geseng.

Kepada Batoro Katong sebagaimana dikutip dari "Kisah Brang Wetan: Berdasarkan Babad Alit dan Babade Nagara Patjitan", terjemahan Karsono Hardjosaputra meminta Batoro Katong untuk diizinkan membuka hutan sebagai pedesaan.

Permintaan tersebut kemudian dikabulkan dan Kiai Siti Geseng diminta untuk memilih hutan mana yang disukainya. Setelah memilih dan membuka hutan di sana, Kiai pun diminta untuk menyebarkan agama Islam.



Kia Siti Geseng dengan anak dan istrinya pun kemudian berjalan ke selatan, naik turun gunung untuk mencari hutan yang cocok untuk tempat bermukim. Sepanjang perjalanannya, mereka kerap mendapatkan kesulitan yang susah diceritakan.

Setibanya di sebuah lembah yang subur, mereka seraya menancapkan tongkatnya yang berasal dari bambu petung sebesar gagang sabit. Tak lama setelahnya, mereka mulai membabat hutan.

Tempat yang pertama kali dipilih oleh Kiai Siti Geseng saat ini disebut dengan Desa Ngrejoso. Setelah berusaha untuk membuka lahan, Kiai Siti Geseng pun mencari air di mata air sekitarnya.

Di suatu titik di tempat tersebut, Kiai Gaseng berdoa agar tempatnya bisa segera terwujud tanpa ada hambatan. Tempat itu sekarang dinamai Luweng Sewu, yang sekarang berada di Desa Sukoharjo, Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan.
(okt)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1384 seconds (0.1#10.140)