Kisah Oei Tiong Ham, Raja Gula Nusantara Crazy Rich Pertama Asia Tenggara

Sabtu, 28 Oktober 2023 - 07:08 WIB
loading...
A A A
Tetapi karena sekolah-sekolah Belanda tidak mau atau menolak murid orang China, keluarga Oei Tiong Ham terpaksa memanggil dan membayar para guru Belanda dan Inggris untuk mengajari anak-anak mereka di rumah mereka secara private.

Pendidikan Belanda baru bisa dinikmati oleh orang-orang China keturunan pada akhir tahun 1870 saat masuknya sekolah misi gereja. Periode ini disebut juga sebagai era lahirnya kelompok China peranakan yang tahu bahasa dan kebudayaan Belanda.

Pada 1884, saat Oei Tiong Ham berusia 18 tahun, dia dinikahkan ayahnya kepada seorang China peranakan yang hidupnya cukup mapan bernama Goei Bing Nio. Dari istri pertamanya itu, dia dikaruniai dua orang anak, Oei Tjong Lan dan Oei Hui Lan.

Sampai akhir abad ke-19, orang-orang China peranakan tidak diizinkan berpakaian layaknya orang Eropa seperti memakai jas dan pantolan atau berpakaian lengkap. Jika ada orang China berani memakai pakaian itu, maka akan disanksi denda.



Peraturan itu jelas sangat menghina orang China dan Oei Tiong Ham. Berbeda dengan watak ayahnya yang kolot dan sangat berhati-hati, Oei Tiong Ham berpikiran modern dan berani. Dia tidak mau berpakaian dan berambut kepang/kuncir orang China.

Pada 1889, melalui pengacaranya Baron CW van Heckeren, dia mengajukan petisi untuk diizinkan memotong taocang/kepangnya dan berpakaian menurut gaya Eropa. Petisi ini dikabulkan oleh Pemerintah Kolonial Hindia Belanda.

Dengan dikabulkannya petisi itu, Oei Tiong Ham menjadi orang China-Jawa pertama yang memakai pakaian ala Eropa di Semarang. Baru pada 1905, orang China akhirnya dibebaskan berpakaian tanpa harus meminta izin terlebih dahulu.

Namun, setahun sebelumnya pada 1904, para pegawainya di Kian Gwan telah mengikuti gaya berpakaiannya. Kebangkitan Oei Tiong Ham dalam dunia bisnis sangat cepat, bahkan sanggup melampaui prestasi yang pernah ditorehkan oleh ayahnya.

Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 3.4073 seconds (0.1#10.140)