Sejarah dan Asal-usul Ciamis, Punya Julukan Kota Manis
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ciamis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat , Indonesia. Salah satu julukan untuk Ciamis adalah Kota Manis.
Hal ini berasal dari nama Ciamis dalam bahasa Sunda yang artinya air manis. Julukan Kota Manis juga menggambarkan penduduk yang ramah dan sangat toleran.
Kabupaten Ciamis ternyata memiliki sejarah yang panjang. Mulai dari Kerajaan Galuh hingga menjadi bagian dari Republik Indonesia. Berikut ulasan sejarah dan asal-usul dari Kabupaten Ciamis.
Dalam sejarahnya, pusat Kerajaan Galuh terletak di sekitar Kawali (Kabupaten Ciamis Sekarang). Menurut naskah-naskah kelompok pertama, berdirinya Galuh sebagai kerajaan tidak terlepas dari tokoh Ratu Galuh yang bernama ratu pertama.
Pada masa pemerintahan kerajaan, Kerajaan Galuh pernah melakukan peperangan dengan Kerajaan Majapahit. Peperangan tersebut bermula ketika putri dari Prabu Maharaja Linggabuanawisesa ingin diperistri oleh Prabu Hayam Wuruk.
Raja Sunda tersebut tidak menerima sikap arogan Majapahit dan memilih berperang hingga gugur dalam peperangan di Bubak atau Bubat. Putranya yang bernama Prabu Niskala Wastu Kancana (1371-1475) kala itu masih kecil.
Kerajaan pun kemudian dipegang oleh Hyang Bunisora Suradipati (1357-1371) hingga akhirnya diserahkan kepada Niskala Wastu Kancana ketika sudah dewasa.
Kemudian pada tahun 1595, Kerajaan Galuh jatuh ke tangan Senopati dari Mataram. Hal tersebut bisa terjadi karena invasi Mataram ke Galuh semakin diperkuat pada masa Sultan Agung.
Penguasa Galuh, yang kala itu dipimpin oleh Adipati Panaekan, diangkat menjadi Wedana Mataram dan cacah sebanyak 960 orang. Ketika Mataram merencanakan serangan terhadap VOC di Batavia pada tahun 1628, massa Mataram di Priangan bersilang pendapat.
Rangga Gempol I dari Sumedang menginginkan pertahanan diperkuat terlebih dahulu, sedangkan Dipati Ukur dari Tatar Ukur, menginginkan serangan segera dilakukan. Pertentangan pun terjadi juga di Galuh, antara Adipati Panaekan dengan adik iparnya yang bernama Dipati Kertabumi.
Dalam perselisihan tersebut Adipati Panaekan terbunuh tahun 1625. Pusat pemerintahan pun kemudian diganti putranya Mas Dipati Imbanagara yang berkedudukan di Cineam.
Pada masa Dipati Imbanagara, ibu kota Kabupaten Galuh dipindahkan dari Cineam ke Calingcing. Tetapi tidak lama kemudian dipindahkan ke Panyingkiran.
Pada tahun 1693, Bupati Sutadinata diangkat VOC sebagai Bupati Galuh menggantikan Angganaya. Pada tahun 1706, ia digantikan pula oleh Koesoemadinata I (1706-1727).
Berlanjut pada tahun 1914, Kabupaten Galuh dipimpin oleh Tumenggung Sastrawinata, yang notabene bukan merupakan keturunan Bupati Galuh sebelumnya. Kemudian pada tahun 1915, Kabupaten Galuh dimasukkan ke Keresidenan Priangan.
Atas persetujuan Belanda, Tumenggung Sastrawinata secara resmi mengubah nama Kabupaten Galuh menjadi Kabupaten Ciamis. Belanda meresmikan perubahan tersebut pada 1 Januari 1916.
Lihat Juga: Dukung Pemerintahan Prabowo, Cagub Jabar Ahmad Syaikhu-Ilham Habibie Buat Program Telur Asih
Hal ini berasal dari nama Ciamis dalam bahasa Sunda yang artinya air manis. Julukan Kota Manis juga menggambarkan penduduk yang ramah dan sangat toleran.
Kabupaten Ciamis ternyata memiliki sejarah yang panjang. Mulai dari Kerajaan Galuh hingga menjadi bagian dari Republik Indonesia. Berikut ulasan sejarah dan asal-usul dari Kabupaten Ciamis.
Sejarah dan Asal-usul Kabupaten Ciamis
Dalam sejarahnya, pusat Kerajaan Galuh terletak di sekitar Kawali (Kabupaten Ciamis Sekarang). Menurut naskah-naskah kelompok pertama, berdirinya Galuh sebagai kerajaan tidak terlepas dari tokoh Ratu Galuh yang bernama ratu pertama.
Pada masa pemerintahan kerajaan, Kerajaan Galuh pernah melakukan peperangan dengan Kerajaan Majapahit. Peperangan tersebut bermula ketika putri dari Prabu Maharaja Linggabuanawisesa ingin diperistri oleh Prabu Hayam Wuruk.
Raja Sunda tersebut tidak menerima sikap arogan Majapahit dan memilih berperang hingga gugur dalam peperangan di Bubak atau Bubat. Putranya yang bernama Prabu Niskala Wastu Kancana (1371-1475) kala itu masih kecil.
Kerajaan pun kemudian dipegang oleh Hyang Bunisora Suradipati (1357-1371) hingga akhirnya diserahkan kepada Niskala Wastu Kancana ketika sudah dewasa.
Kemudian pada tahun 1595, Kerajaan Galuh jatuh ke tangan Senopati dari Mataram. Hal tersebut bisa terjadi karena invasi Mataram ke Galuh semakin diperkuat pada masa Sultan Agung.
Penguasa Galuh, yang kala itu dipimpin oleh Adipati Panaekan, diangkat menjadi Wedana Mataram dan cacah sebanyak 960 orang. Ketika Mataram merencanakan serangan terhadap VOC di Batavia pada tahun 1628, massa Mataram di Priangan bersilang pendapat.
Rangga Gempol I dari Sumedang menginginkan pertahanan diperkuat terlebih dahulu, sedangkan Dipati Ukur dari Tatar Ukur, menginginkan serangan segera dilakukan. Pertentangan pun terjadi juga di Galuh, antara Adipati Panaekan dengan adik iparnya yang bernama Dipati Kertabumi.
Dalam perselisihan tersebut Adipati Panaekan terbunuh tahun 1625. Pusat pemerintahan pun kemudian diganti putranya Mas Dipati Imbanagara yang berkedudukan di Cineam.
Pada masa Dipati Imbanagara, ibu kota Kabupaten Galuh dipindahkan dari Cineam ke Calingcing. Tetapi tidak lama kemudian dipindahkan ke Panyingkiran.
Pada tahun 1693, Bupati Sutadinata diangkat VOC sebagai Bupati Galuh menggantikan Angganaya. Pada tahun 1706, ia digantikan pula oleh Koesoemadinata I (1706-1727).
Berlanjut pada tahun 1914, Kabupaten Galuh dipimpin oleh Tumenggung Sastrawinata, yang notabene bukan merupakan keturunan Bupati Galuh sebelumnya. Kemudian pada tahun 1915, Kabupaten Galuh dimasukkan ke Keresidenan Priangan.
Atas persetujuan Belanda, Tumenggung Sastrawinata secara resmi mengubah nama Kabupaten Galuh menjadi Kabupaten Ciamis. Belanda meresmikan perubahan tersebut pada 1 Januari 1916.
Lihat Juga: Dukung Pemerintahan Prabowo, Cagub Jabar Ahmad Syaikhu-Ilham Habibie Buat Program Telur Asih
(okt)