Malam Keramat di Keraton Gunung Kawi Malang Dianggap Sakral
loading...
A
A
A
MALANG - Keraton Gunung Kawi menjadi salah satu objek wisata spiritual di Malang, Jawa Timur. Keraton yang berlokasi di Desa Balesari, Kecamatan Ngajum ini kerap ramai dikunjungi masyarakat ketika momen malam keramat.
Jono, pemandu wisata Keraton Gunung Kawi mengakui, beberapa pengunjung yang sudah berkunjung lebih dari satu kali dan tujuannya tercapainya, biasanya akan datang kembali. Mereka datang ketika momen malam yang dianggap sakral.
"Kalau ramainya malam Jumat legi, sama kayak pesarean (di Gunung Kawi), orang sini sowan. Kalau dapat rejeki syukuran, ramainya (untuk acara syukuran) biasanya," ucap Jono saat dikonfirmasi.
Selain proses syukuran dari tujuan yang sudah terpenuhi, biasanya para pengunjung akan datang untuk melakukan tawasulan, berdiam diri, berdoa, sambil memohon kepada Tuhan di area Keraton Gunung Kawi. Biasanya selain berdoa, mereka juga akan memberikan sesajen kepada leluhur.
"Kalau orang tirakatan itu Seloso Kliwon, Jumat Kliwon sowan, tawasulan, kalau hasil rezeki nggeh (ya) balik, kalau nggak ya nggak. Ritual memakai sajen, pasang sajen, terserah njenengan yang mau hajat," tuturnya.
Menurut Jono, ada tiga tempat yang biasa digunakan oleh para warga berdoa atau meminta sesuatu di kawasan Keraton Gunung Kawi.
Pertama di area bangunan keraton, yang berada di bawah atau setelah gerbang masuk area Keraton Gunung Kawi.
Kemudian, area berikutnya yang biasanya digunakan berdiam diri dan berdoa, ziarah, yakni di bangunan makam Toenggol Manik Djaja Ningrat dan Toenggol Wati di atas bangunan keraton.
"Yang tingkatan tertinggi di Pesanggrahan Keraton Gunung Kawi, tapi itu tidak dibuka setiap hari. Kalau ada yang minta dan diizinkan oleh juru kuncinya biasanya, kalau ada keperluan saja dibukanya," kata warga Balesari, Kecamatan Ngajum, Kabupaten Malang ini.
Jono, pemandu wisata Keraton Gunung Kawi mengakui, beberapa pengunjung yang sudah berkunjung lebih dari satu kali dan tujuannya tercapainya, biasanya akan datang kembali. Mereka datang ketika momen malam yang dianggap sakral.
"Kalau ramainya malam Jumat legi, sama kayak pesarean (di Gunung Kawi), orang sini sowan. Kalau dapat rejeki syukuran, ramainya (untuk acara syukuran) biasanya," ucap Jono saat dikonfirmasi.
Selain proses syukuran dari tujuan yang sudah terpenuhi, biasanya para pengunjung akan datang untuk melakukan tawasulan, berdiam diri, berdoa, sambil memohon kepada Tuhan di area Keraton Gunung Kawi. Biasanya selain berdoa, mereka juga akan memberikan sesajen kepada leluhur.
"Kalau orang tirakatan itu Seloso Kliwon, Jumat Kliwon sowan, tawasulan, kalau hasil rezeki nggeh (ya) balik, kalau nggak ya nggak. Ritual memakai sajen, pasang sajen, terserah njenengan yang mau hajat," tuturnya.
Menurut Jono, ada tiga tempat yang biasa digunakan oleh para warga berdoa atau meminta sesuatu di kawasan Keraton Gunung Kawi.
Pertama di area bangunan keraton, yang berada di bawah atau setelah gerbang masuk area Keraton Gunung Kawi.
Kemudian, area berikutnya yang biasanya digunakan berdiam diri dan berdoa, ziarah, yakni di bangunan makam Toenggol Manik Djaja Ningrat dan Toenggol Wati di atas bangunan keraton.
"Yang tingkatan tertinggi di Pesanggrahan Keraton Gunung Kawi, tapi itu tidak dibuka setiap hari. Kalau ada yang minta dan diizinkan oleh juru kuncinya biasanya, kalau ada keperluan saja dibukanya," kata warga Balesari, Kecamatan Ngajum, Kabupaten Malang ini.