Tindak Pidana di Kota Bandung Turun 11%

Jum'at, 14 Juli 2017 - 15:26 WIB
Tindak Pidana di Kota Bandung Turun 11%
Tindak Pidana di Kota Bandung Turun 11%
A A A
BANDUNG - Jumlah tindak pidana triwulan II atau periode April-Mei 2017 di Kota Bandung, turun 11% dibanding triwulan I dari 842 menjadi 748 kasus.

Penurunan itu berkat langkah dan kerja keras yang dilaksanakan jajaran Polrestabes Bandung dengan patroli selama 24 jam. Perincian kasus tindak pidana yang masih mendominasi adalah pencurian kendaraan bermotor sebanyak 63 kasus. Jumlah ini turun dibanding triwulan I sebanyak 87 kejadian.

Kemudian kasus pencurian dengan pemberatan (curat) 60 kejadian, sedangkan pada triwulan I sebanyak 69. Sementara pencurian dengan kekerasan (curas) turun tiga kasus dari 31 menjadi 28.

“Anggota disebar di semua titik rawan dari pagi, siang, sore, malam, hingga tengah malam menjelang pagi. Kami juga menerapkan langkah trepresif, tindakan tegas, dan keras yang terukur. Tindakan ini akan tetap kami laksanakan,” kata Kapolrestabes Bandung Kombes Pol Hendro Pandowo, Jumat (14/7/2017).

Kriminolog Universitas Padjadjaran (Unpad) Yesmil Anwar menilai, penurunan jumlah kasus kriminal di Kota Bandung sebuah progres yang bagus. Namun, penurunan ini bisa jadi akibat langkah preventif atau pencegahan yang lebih serius dilakukan sendiri oleh masyarakat.

Jadi kepolisian tidak bisa mengklaim keberhasilan itu sebagai hasil dari kinerja kepolisian. Meski begitu, penurunan ini harus diapresiasi sebagai keberhasilan Polrestabes Bandung.

“Tidak jelek. Namun dari jumlah penurunan bisa dikatakan cukup kecil hanya 11%. Sayangnya data Anev tersebut tidak merinci kriminalitas jenis lain, seperti white color crime, penipuan, dan asusila. Apakah Anev ini termasuk kasus yang dilaporkan masyarakat, sudah ditangani, masuk ke pengadilan atau bagaimana. Jadi tidak tergambar secara keseluruhan,” kata Yesmil kepada SINDONews, Jumat (14/7/2017).

Menurut Yesmil, masing-masing kota besar memiliki karakteristik kriminalitas tersendiri. Jakarta, Medan, Surabaya, dan Palembang, lebih banyak kasus kriminal dengan kekerasan, seperti pembunuhan, curat, curas, dan curanmor. Sedangkan Kota Bandung lebih banyak kasus uang palsu, terorisme, geng motor, dan korupsi. “Saya melihat karakteristik kriminalitas di Kota Bandung seperti itu berbeda dari kota-kota besar lainnya,” tandas Yesmil.
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5337 seconds (0.1#10.140)