Menko PMK Dianugerahi Gelar Raden Pangeran Anom dari Kasepuhan Majan Tulungagung
loading...
A
A
A
TULUNGAGUNG - Gelar Raden Pangeran Anom (RPA) dari Kasepuhan Majan, Tulungagung, Jawa Timur diberikan kepada Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy. Pemberian gelar berlangsung di Serambi Masjid Kasepuhan Majan.
Gelar yang disematkan oleh Ketua dan Dewan Sesepuh Adat Kasepuhan Majan tersebut merupakan bentuk penghargaan kepada keturunan keluarga Sentono Dalem Majan. Sosok yang menerima gelar dini;ai telah berjasa kepada negara serta dinilai memiliki jiwa penuh semangat serta amanah pada tanggung jawab yang diemban.
Muhadjir merasa terhormat dapat menerima gelar yang diberikan oleh Kasepuhan Majan. Ia mengatakan, gelar yang telah disematkan itu dapat menjadi motivasi bagi dirinya untuk terus memberikan tindakan pelayanan yang terbaik bagi seluruh masyarakat.
“Saya senang sekali dengan penghormatan yang diberikan ini. Marilah kita terus nguri-nguri, melestarikan, dan memajukan apa yang telah dirintis oleh pendahulu kita,” ujar Muhadjir sesaat setelah mengikuti prosesi penganugerahan gelar adat, dikutip Selasa (3/10/2023).
Muhadjir diketahui merupakan bagian dari keluarga besar Dzuriyah Kyai Ageng Basyariyah Sewulan atau Raden Bagus Harun.
Nenek moyang Muhadjir yang bernama Raden Qosim (menantu Kiai Ageng Basyariyah) menikah dengan Nyai Lidah Hitam atau Siti Fatimah Binti K.A. Basyariyah. Keduanya merupakan pendiri dari Perdikan dan Ponpes Tawangsari Tulungagung.
Prosesi penganugerahan itu nampak disaksikan oleh Pj Bupati Tulungagung Heru Suseno, Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Fauzan, keluarga besar Kasepuhan Sentono Dalem Perdikan Majan, para anggota Forkopimda Kabupaten Tulungagung, serta para ketua lembaga adat setempat.
Selepas prosesi penyematan gelar adat, Muhadjir turut berziarah ke Makam Sentono Dalem yang masih berada di area lokasi kompleks Masjid Kasepuhan Majan untuk melakukan doa bersama dan prosesi tabur bunga di makam para leluhur keluarga Sentono Dalem.
Dalam kesempatan itu, Muhadjir juga mengajak para pemangku adat dan raja-raja sultan se-Nusantara untuk terus berperan peran aktif dalam memajukan kebudayaan dan menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
Upaya itu dapat dilakukan dengan terus memelihara budaya dan identitas lokal, turut serta menguatkan pendidikan dan kesadaran sejarah, serta mendukung pembangunan lokal melalui sumber daya yang dimiliki.
Muhadjir menyatakan. pusat-pusat perdikan, kerajaan, hingga pondok pesantren sejak dahulu telah menjadi sumber tatanan hidup untuk membangun nilai-nilai adat, tata krama, sopan santun, dan istiadat dalam masyarakat. Kemajuan bangsa dapat dimulai dari memperkokoh dan memperkuat tradisi yang dimiliki.
“Salah satu yang telah dikembangkan di Perdikan Majan ini bentuk dari upaya untuk membangun nilai-nilai yang adiluhung yang tetap bersandar kepada nilai-nilai lokal di Tulungagung,” ujarnya.
Lihat Juga: Banjir Terjang 3 Daerah di Jateng, Menko PMK: Pusat Tunggu Penetapan Darurat Bencana dari Pemda
Gelar yang disematkan oleh Ketua dan Dewan Sesepuh Adat Kasepuhan Majan tersebut merupakan bentuk penghargaan kepada keturunan keluarga Sentono Dalem Majan. Sosok yang menerima gelar dini;ai telah berjasa kepada negara serta dinilai memiliki jiwa penuh semangat serta amanah pada tanggung jawab yang diemban.
Muhadjir merasa terhormat dapat menerima gelar yang diberikan oleh Kasepuhan Majan. Ia mengatakan, gelar yang telah disematkan itu dapat menjadi motivasi bagi dirinya untuk terus memberikan tindakan pelayanan yang terbaik bagi seluruh masyarakat.
“Saya senang sekali dengan penghormatan yang diberikan ini. Marilah kita terus nguri-nguri, melestarikan, dan memajukan apa yang telah dirintis oleh pendahulu kita,” ujar Muhadjir sesaat setelah mengikuti prosesi penganugerahan gelar adat, dikutip Selasa (3/10/2023).
Muhadjir diketahui merupakan bagian dari keluarga besar Dzuriyah Kyai Ageng Basyariyah Sewulan atau Raden Bagus Harun.
Nenek moyang Muhadjir yang bernama Raden Qosim (menantu Kiai Ageng Basyariyah) menikah dengan Nyai Lidah Hitam atau Siti Fatimah Binti K.A. Basyariyah. Keduanya merupakan pendiri dari Perdikan dan Ponpes Tawangsari Tulungagung.
Prosesi penganugerahan itu nampak disaksikan oleh Pj Bupati Tulungagung Heru Suseno, Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Fauzan, keluarga besar Kasepuhan Sentono Dalem Perdikan Majan, para anggota Forkopimda Kabupaten Tulungagung, serta para ketua lembaga adat setempat.
Selepas prosesi penyematan gelar adat, Muhadjir turut berziarah ke Makam Sentono Dalem yang masih berada di area lokasi kompleks Masjid Kasepuhan Majan untuk melakukan doa bersama dan prosesi tabur bunga di makam para leluhur keluarga Sentono Dalem.
Dalam kesempatan itu, Muhadjir juga mengajak para pemangku adat dan raja-raja sultan se-Nusantara untuk terus berperan peran aktif dalam memajukan kebudayaan dan menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
Upaya itu dapat dilakukan dengan terus memelihara budaya dan identitas lokal, turut serta menguatkan pendidikan dan kesadaran sejarah, serta mendukung pembangunan lokal melalui sumber daya yang dimiliki.
Muhadjir menyatakan. pusat-pusat perdikan, kerajaan, hingga pondok pesantren sejak dahulu telah menjadi sumber tatanan hidup untuk membangun nilai-nilai adat, tata krama, sopan santun, dan istiadat dalam masyarakat. Kemajuan bangsa dapat dimulai dari memperkokoh dan memperkuat tradisi yang dimiliki.
“Salah satu yang telah dikembangkan di Perdikan Majan ini bentuk dari upaya untuk membangun nilai-nilai yang adiluhung yang tetap bersandar kepada nilai-nilai lokal di Tulungagung,” ujarnya.
Lihat Juga: Banjir Terjang 3 Daerah di Jateng, Menko PMK: Pusat Tunggu Penetapan Darurat Bencana dari Pemda
(shf)