Komnas HAM Selidiki Tembakan Gas Air Mata yang Bikin Pelajar di Pulau Rempang Pingsan
loading...
A
A
A
BATAM - Bentrokan antara warga Pulau Rempang, Kota Batam, Kepulauan Riau (Kepri), dengan aparat gabungan pada Kamis (7/9/2023), mendapatkan perhatian serius dari Komnas HAM. Pasalnya, dalam bentrokan tersebut sejumlah pelajar pingsan akibat terdampak gas air mata yang masuk ke dalam ruang kelas.
Untuk menyelidiki kasus tersebut, enam komisioner Komnas HAM sampai datang langsung ke Pulau Rempang, untuk mengecek kondisi para siswa di SD Negeri 24 Rempang, dan SMP Negeri 22 Rempang. Kedua sekolah tersebut berada di kawasan Jembatan 4 Pulau Rempang, yang menjadi titik terjadinya bentrok.
Komisioner Komnas HAM, Prabianto Mukti Wibowo mengatakan, kedatangan tim dari Komnas HAM ke Pulau Rempang ini, untuk mencari fakta-fakta yang terjadi di lapagan terkait bentrok antara warga dengan aparat gabungan di Pulau Rempang. "Dari laporan yang masuk ke Komnas HAM, ada korban dari para pelajar," ungkapnya.
Komisioner Komnas HAM juga mengklarifikasi sejumlah saksi, serta para pelajar untuk melengkapi fakta-fakta dari aduan yang masuk. "Kami juga telah mendengar langsung kronologi, serta mengklarifikasi terkait adanya tembakan gas air mata," terangnya.
Bentrok di kawasan Jembatan 4 Pulau Rempang tersebut, terjadi saat ribuan warga berupaya menghadang tim terpadu yang hendak mengukur lahan dengan dikawal aparat gabungan. Warga melakukan penghadangan dengan memblokade jalan, hingga terjadi aksi lemparan batu serta bom molotov, yang dibalas dengan tembakan gas air mata oleh aparat untuk membubarkan massa.
Tembakan gas air mata untuk membubarkan massa tersebut, ternyata justru masuk ke dalam lingkungan sekolah SD Negeri 24 Rempang, dan SMP Negeri 22 Rempang. Akibatnya para siswa panik ketakutan karena mendengar suara tembakan berulang kali, dan sampai ada yang pingsan karena tidak kuat usai menghirup gas air mata.
Salah satu pelajar kelas empat SD Negeri 24 Rempang, Maria mengaku, saat bentrok berujung penembakan gas air mata itu terjadi, sedang berada dalam kelas. "Tiba-tiba banyak orang berlarian ke arah sekolah, dan ada suara letusan. Saya dan teman-teman takut, lalu lari ke belakang sekolah," ungkapnya.
Badan Pengusahaan (BP) Batam, berencana merelokasi warga yang telah turun-temurun selama ratusan tahun menempati 16 titik kampung tua di Pulau Rempang. Relokasi ini dilakukan, untuk kepetingan pembangunan tempat wisata dan pabrik kaca nomor dua terbesar di dunia dengan nilai investasi Rp371 triliun.
Untuk menyelidiki kasus tersebut, enam komisioner Komnas HAM sampai datang langsung ke Pulau Rempang, untuk mengecek kondisi para siswa di SD Negeri 24 Rempang, dan SMP Negeri 22 Rempang. Kedua sekolah tersebut berada di kawasan Jembatan 4 Pulau Rempang, yang menjadi titik terjadinya bentrok.
Komisioner Komnas HAM, Prabianto Mukti Wibowo mengatakan, kedatangan tim dari Komnas HAM ke Pulau Rempang ini, untuk mencari fakta-fakta yang terjadi di lapagan terkait bentrok antara warga dengan aparat gabungan di Pulau Rempang. "Dari laporan yang masuk ke Komnas HAM, ada korban dari para pelajar," ungkapnya.
Komisioner Komnas HAM juga mengklarifikasi sejumlah saksi, serta para pelajar untuk melengkapi fakta-fakta dari aduan yang masuk. "Kami juga telah mendengar langsung kronologi, serta mengklarifikasi terkait adanya tembakan gas air mata," terangnya.
Bentrok di kawasan Jembatan 4 Pulau Rempang tersebut, terjadi saat ribuan warga berupaya menghadang tim terpadu yang hendak mengukur lahan dengan dikawal aparat gabungan. Warga melakukan penghadangan dengan memblokade jalan, hingga terjadi aksi lemparan batu serta bom molotov, yang dibalas dengan tembakan gas air mata oleh aparat untuk membubarkan massa.
Tembakan gas air mata untuk membubarkan massa tersebut, ternyata justru masuk ke dalam lingkungan sekolah SD Negeri 24 Rempang, dan SMP Negeri 22 Rempang. Akibatnya para siswa panik ketakutan karena mendengar suara tembakan berulang kali, dan sampai ada yang pingsan karena tidak kuat usai menghirup gas air mata.
Salah satu pelajar kelas empat SD Negeri 24 Rempang, Maria mengaku, saat bentrok berujung penembakan gas air mata itu terjadi, sedang berada dalam kelas. "Tiba-tiba banyak orang berlarian ke arah sekolah, dan ada suara letusan. Saya dan teman-teman takut, lalu lari ke belakang sekolah," ungkapnya.
Badan Pengusahaan (BP) Batam, berencana merelokasi warga yang telah turun-temurun selama ratusan tahun menempati 16 titik kampung tua di Pulau Rempang. Relokasi ini dilakukan, untuk kepetingan pembangunan tempat wisata dan pabrik kaca nomor dua terbesar di dunia dengan nilai investasi Rp371 triliun.
(eyt)