Biografi Sultan Agung: Kelahiran, Kesaktian, dan Kematiannya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kisah Sultan Agung Hanyokrokusumo tentu sudah cukup sering didengar. Dia merupakan raja ke-3 Kerajaan Mataram yang sangat disegani pada zamannya.
Saat memerintah Mataram, Sultan Agung berhasil membawa kerajaan menuju era kejayaan. Seiring waktu, Mataram terus berkembang pesat dan menjadi salah satu kerajaan terkuat di Nusantara kala itu.
Untuk mengenalnya lebih jauh, berikut biografi Sultan Agung yang mencakup kelahiran, kesaktian, hingga kematiannya.
Sultan Agung memiliki nama asli Raden Mas Jatmika atau biasa dikenal juga sebagai Raden Mas Rangsang. Dia merupakan putra pertama dari Prabu Hadi Hanyakrawati dan Ratu Mas Adi Dyah Banowati.
Mengutip laman Dinas Kebudayaan Jogja, Sultan Agung lahir di Kotagede pada 14 November 1593 silam. Dia naik takhta sekitar tahun 1613, tepatnya ketika masih berusia 20 tahun.
Di era kepemimpinannya, Sultan Agung berhasil membawa Mataram berkembang pesat dan menjadi kerajaan besar. Mataram Islam mencapai puncak kejayaan pada 1627, tepatnya sekitar empat belas tahun Sultan Agung memimpin kerajaan tersebut
Seiring perkembangannya, Mataram juga memperluas pengaruh dan kekuasaannya. Bahkan, selama kurun 1613-1645 wilayah kekuasaan Mataram Islam telah meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur dan sebagian Jawa Barat.
Berkembang pesatnya Mataram bukan tanpa alasan. Hal ini tak terlepas dari keberadaan Sultan Agung sebagai penguasanya.
Saat era kepemimpinannya, Sultan Agung dikenal dengan berbagai keahliannya di berbagai sektor. Sebut saja seperti bidang militer, politik, ekonomi, sosial dan budaya, serta lain sebagainya. Hal inilah yang mengantarkan peradaban Mataram pada tingkat yang lebih tinggi.
Terlepas dari statusnya yang disegani sebagai penguasa Mataram, Sultan Agung juga pernah mencatatkan perjuangan kala melawan VOC di Batavia. Dalam hal ini, dia menganggap keberadaan Belanda di Batavia dapat membahayakan negara.
Sultan Agung menggunakan berbagai strategi berbeda untuk menekan pengaruh VOC sebagai bentuk perlawanannya. Dalam sejumlah serangan militer yang dilakukan, pasukan Mataram cukup memberikan perlawanan yang cukup sengit bagi VOC.
Meski tidak membawa keberhasilan seperti merebut Batavia secara menyeluruh, tekad dan semangat Sultan Agung untuk mengusir VOC menjadi pemantik para pejuang lain untuk mempertahankan Tanah Air. Sampai akhir hayatnya, Sultan Agung tidak sudi berdamai dengan Belanda meski diberikan banyak tawaran menggiurkan.
Tak hanya memiliki strategis jenius dalam membawa Mataram menuju kejayaan, Sultan Agung juga dikenal sebagai raja yang sakti mandraguna. Dari sekian banyak kisah kesaktiannya, salah satu yang cukup menarik adalah dikatakan mampu mengendalikan makhluk gaib menjadi abdi dalem.
Menurut Babad Tanah Jawi, Sultan Agung mempunyai seorang abdi bernama Juru Taman. Konon, abdi dalem ini dulunya adalah manusia. Namun, dia berubah wujud menjadi siluman dan mempunyai kesaktian mandraguna yang istimewa dan sulit dikalahkan.
Dulunya, Juru Taman itu adalah abdi dalem Panembahan Senopati, kakek Sultan Agung. Dikisahkan, suatu hari Panembahan Senopati mendapat telur Lungsung Jagat dari Kanjeng Ratu Kidul atau Nyi Roro Kidul untuk dimakan.
Panembahan Senopati tidak langsung memakan telur pemberian Ratu Kidul. Dia membawanya ke istana dan memberikannya kepada Ki Juru Taman, abdi dalem yang sangat setia dan saat itu dalam keadaan sakit keras.
Begitu memakan telur Lungsung Jagat, Ki Juru Taman langsung sembuh dari penyakitnya. Namun, dia berubah menjadi raksasa dan memiliki kesaktian yang hebat serta berumur panjang.
Setelah itu, dia terus hidup sebagai makhluk gaib yang melayani Mataram. Bahkan, dia juga masih setia menjadi abdi dalem saat Sultan Agung berkuasa.
Menjelang tahun 1645, Sultan Agung merasa bahwa ajalnya sudah semakin dekat. Dia membangun Astana Imogiri sebagai pusat pemakaman keluarga raja-raja Kesultanan Mataram yang akan dimulai dari dirinya.
Tak hanya itu, dia juga menuliskan serat Sastra Gending sebagai tuntunan hidup trah Mataram. Sesuai dengan wasiatnya, nantinya dia akan digantikan oleh putranya yang bernama Raden Mas Sayidin sebagai raja Mataram.
Benar saja, Sultan Agung wafat di Mataram pada 1645. Atas jasa-jasanya dia juga ditetapkan menjadi Pahlawan Nasional Indonesia berdasarkan S.K. Presiden No. 106/TK/1975 tanggal 3 November 1975.
Demikian ulasan singkat mengenai biografi Sultan Agung, penguasa Mataram yang membawa kerajaannya menuju kejayaan.
Saat memerintah Mataram, Sultan Agung berhasil membawa kerajaan menuju era kejayaan. Seiring waktu, Mataram terus berkembang pesat dan menjadi salah satu kerajaan terkuat di Nusantara kala itu.
Untuk mengenalnya lebih jauh, berikut biografi Sultan Agung yang mencakup kelahiran, kesaktian, hingga kematiannya.
Biografi Sultan Agung dan Masa Pemerintahan di Mataram Islam
Sultan Agung memiliki nama asli Raden Mas Jatmika atau biasa dikenal juga sebagai Raden Mas Rangsang. Dia merupakan putra pertama dari Prabu Hadi Hanyakrawati dan Ratu Mas Adi Dyah Banowati.
Mengutip laman Dinas Kebudayaan Jogja, Sultan Agung lahir di Kotagede pada 14 November 1593 silam. Dia naik takhta sekitar tahun 1613, tepatnya ketika masih berusia 20 tahun.
Di era kepemimpinannya, Sultan Agung berhasil membawa Mataram berkembang pesat dan menjadi kerajaan besar. Mataram Islam mencapai puncak kejayaan pada 1627, tepatnya sekitar empat belas tahun Sultan Agung memimpin kerajaan tersebut
Seiring perkembangannya, Mataram juga memperluas pengaruh dan kekuasaannya. Bahkan, selama kurun 1613-1645 wilayah kekuasaan Mataram Islam telah meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur dan sebagian Jawa Barat.
Berkembang pesatnya Mataram bukan tanpa alasan. Hal ini tak terlepas dari keberadaan Sultan Agung sebagai penguasanya.
Saat era kepemimpinannya, Sultan Agung dikenal dengan berbagai keahliannya di berbagai sektor. Sebut saja seperti bidang militer, politik, ekonomi, sosial dan budaya, serta lain sebagainya. Hal inilah yang mengantarkan peradaban Mataram pada tingkat yang lebih tinggi.
Berani Menentang VOC
Terlepas dari statusnya yang disegani sebagai penguasa Mataram, Sultan Agung juga pernah mencatatkan perjuangan kala melawan VOC di Batavia. Dalam hal ini, dia menganggap keberadaan Belanda di Batavia dapat membahayakan negara.
Sultan Agung menggunakan berbagai strategi berbeda untuk menekan pengaruh VOC sebagai bentuk perlawanannya. Dalam sejumlah serangan militer yang dilakukan, pasukan Mataram cukup memberikan perlawanan yang cukup sengit bagi VOC.
Meski tidak membawa keberhasilan seperti merebut Batavia secara menyeluruh, tekad dan semangat Sultan Agung untuk mengusir VOC menjadi pemantik para pejuang lain untuk mempertahankan Tanah Air. Sampai akhir hayatnya, Sultan Agung tidak sudi berdamai dengan Belanda meski diberikan banyak tawaran menggiurkan.
Kesaktian Sultan Agung
Tak hanya memiliki strategis jenius dalam membawa Mataram menuju kejayaan, Sultan Agung juga dikenal sebagai raja yang sakti mandraguna. Dari sekian banyak kisah kesaktiannya, salah satu yang cukup menarik adalah dikatakan mampu mengendalikan makhluk gaib menjadi abdi dalem.
Menurut Babad Tanah Jawi, Sultan Agung mempunyai seorang abdi bernama Juru Taman. Konon, abdi dalem ini dulunya adalah manusia. Namun, dia berubah wujud menjadi siluman dan mempunyai kesaktian mandraguna yang istimewa dan sulit dikalahkan.
Dulunya, Juru Taman itu adalah abdi dalem Panembahan Senopati, kakek Sultan Agung. Dikisahkan, suatu hari Panembahan Senopati mendapat telur Lungsung Jagat dari Kanjeng Ratu Kidul atau Nyi Roro Kidul untuk dimakan.
Panembahan Senopati tidak langsung memakan telur pemberian Ratu Kidul. Dia membawanya ke istana dan memberikannya kepada Ki Juru Taman, abdi dalem yang sangat setia dan saat itu dalam keadaan sakit keras.
Begitu memakan telur Lungsung Jagat, Ki Juru Taman langsung sembuh dari penyakitnya. Namun, dia berubah menjadi raksasa dan memiliki kesaktian yang hebat serta berumur panjang.
Setelah itu, dia terus hidup sebagai makhluk gaib yang melayani Mataram. Bahkan, dia juga masih setia menjadi abdi dalem saat Sultan Agung berkuasa.
Kematian Sultan Agung
Menjelang tahun 1645, Sultan Agung merasa bahwa ajalnya sudah semakin dekat. Dia membangun Astana Imogiri sebagai pusat pemakaman keluarga raja-raja Kesultanan Mataram yang akan dimulai dari dirinya.
Tak hanya itu, dia juga menuliskan serat Sastra Gending sebagai tuntunan hidup trah Mataram. Sesuai dengan wasiatnya, nantinya dia akan digantikan oleh putranya yang bernama Raden Mas Sayidin sebagai raja Mataram.
Benar saja, Sultan Agung wafat di Mataram pada 1645. Atas jasa-jasanya dia juga ditetapkan menjadi Pahlawan Nasional Indonesia berdasarkan S.K. Presiden No. 106/TK/1975 tanggal 3 November 1975.
Demikian ulasan singkat mengenai biografi Sultan Agung, penguasa Mataram yang membawa kerajaannya menuju kejayaan.
(okt)