Rumahnya Diinapi Ganjar Pranowo, Penjual Es: Ndredeg dan Bahagia
loading...
A
A
A
PATI - Noviana (26) dan Agung (28), pasutri yang tinggal di Desa Tanjunganom, Kecamatan Gabus, Kabupaten Pati mengungkapkan perasaan campur aduk saat rumahnya mendadak dijadikan tempat menginap Gubernur Jawa Tengah,
Noviana terus tersenyum bangga. Namun ia juga memendam perasaan khawatir, dengan kondisi rumah sederhananya itu. Ia takut, rumahnya tak layak ditinggali Ganjar.
"Perasaannya campur aduk, seneng sekali tapi juga canggung. Serba salah. Gimana ya, warga desa seperti saya kedatangan tamu spesial, seorang pemimpin yang mau menginap di rumah saya," ucap Noviana.
Ia tak pernah menyangka Ganjar akan tidur semalam bersama keluarganya. Sebab, pemimpin menurutnya selalu tinggal di rumah atau hotel mewah, bukan rumah sederhana seperti miliknya.
"Waktu dapat kabar Pak Ganjar mau menginap, saya ndredeg dan nggak percaya. Mimpi apa saya semalam, kok bisa ada pemimpin mau tidur di sini bersama rakyatnya. Wah pokoknya nggak tahu harus ngomong apa," ucapnya.
Rumah Noviana dipilih sebagai tempat menginap Ganjar bukan tanpa alasan. Penjual es dan suaminya yang bekerja sebagai tukang las itu merupakan salah satu penerima program Tuku Lemah Oleh Omah yang digagas Ganjar. Program perumahan rakyat yang digagas Ganjar itu memang dirasakan betul manfaatnya oleh warga.
"Kalau tidak dibantu Pak Ganjar, sampai sekarang saya masih tinggal bersama orangtua," timpal Agung, suami Noviana.
Malam hari sekira pukul 22.00 WIB Ganjar benar-benar datang ke desa Tanjunganom. Ia langsung menuju ke rumah Noviana untuk minta izin menginap selama semalam.
"Niki griyane Bu, sae sanget niki (ini rumahnya Bu, bagus sekali). Kulo nunut nyipeng mriki nggih (saya numpang menginap di sini ya)" tanya Ganjar dan langsung diiyakan oleh Noviana dan warga dengan kompak.
Sebelum istirahat, Ganjar menyempatkan diri ngobrol bersama warga di halaman. Duduk lesehan beralaskan tikar, Ganjar ngobrol dengan warga dengan gayengnya. Ia duduk lesehan tanpa sekat, sambil bernyanyi dan makan malam bersama warga. Sekaligus, Ganjar mendengarkan curhatan warga yang langsung disampaikan padanya.
Saat pagi tiba, warga berduyun-duyun mendatangi rumah tempat Ganjar menginap sambil membawa makanan dari rumah masing-masing. Mereka mengajak Ganjar sarapan bersama dengan menu sederhana.
"Sambutan masyarakat luar biasa. Saya sangat senang karena bisa makan malam, ini sarapan pagi sambil mendengar curhatan warga secara langsung," kata Ganjar.
Cara seperti itu sangat efektif untuk melihat persoalan masyarakat. Beberapa persoalan yang disampaikan bisa segera dieksekusi dengan tepat karena berasal dari sumbernya langsung.
"Tradisinya gampang, kalau kita bisa ngobrol dengan warga, mendengarkan curhat warga, maka keluar semua. Beberapa problem disampaikan dan coba kita selesaikan. Saya senang dan berterima kasih karena sudah diterima di sini dengan senang hati,"pungkasnya.
Lihat Juga: Teliti Langkah Cak Imin sebagai Cawapres 2024, Mahasiswa S2 Paramadina Ini Raih IPK 3,95
Noviana terus tersenyum bangga. Namun ia juga memendam perasaan khawatir, dengan kondisi rumah sederhananya itu. Ia takut, rumahnya tak layak ditinggali Ganjar.
"Perasaannya campur aduk, seneng sekali tapi juga canggung. Serba salah. Gimana ya, warga desa seperti saya kedatangan tamu spesial, seorang pemimpin yang mau menginap di rumah saya," ucap Noviana.
Ia tak pernah menyangka Ganjar akan tidur semalam bersama keluarganya. Sebab, pemimpin menurutnya selalu tinggal di rumah atau hotel mewah, bukan rumah sederhana seperti miliknya.
"Waktu dapat kabar Pak Ganjar mau menginap, saya ndredeg dan nggak percaya. Mimpi apa saya semalam, kok bisa ada pemimpin mau tidur di sini bersama rakyatnya. Wah pokoknya nggak tahu harus ngomong apa," ucapnya.
Rumah Noviana dipilih sebagai tempat menginap Ganjar bukan tanpa alasan. Penjual es dan suaminya yang bekerja sebagai tukang las itu merupakan salah satu penerima program Tuku Lemah Oleh Omah yang digagas Ganjar. Program perumahan rakyat yang digagas Ganjar itu memang dirasakan betul manfaatnya oleh warga.
"Kalau tidak dibantu Pak Ganjar, sampai sekarang saya masih tinggal bersama orangtua," timpal Agung, suami Noviana.
Malam hari sekira pukul 22.00 WIB Ganjar benar-benar datang ke desa Tanjunganom. Ia langsung menuju ke rumah Noviana untuk minta izin menginap selama semalam.
"Niki griyane Bu, sae sanget niki (ini rumahnya Bu, bagus sekali). Kulo nunut nyipeng mriki nggih (saya numpang menginap di sini ya)" tanya Ganjar dan langsung diiyakan oleh Noviana dan warga dengan kompak.
Sebelum istirahat, Ganjar menyempatkan diri ngobrol bersama warga di halaman. Duduk lesehan beralaskan tikar, Ganjar ngobrol dengan warga dengan gayengnya. Ia duduk lesehan tanpa sekat, sambil bernyanyi dan makan malam bersama warga. Sekaligus, Ganjar mendengarkan curhatan warga yang langsung disampaikan padanya.
Saat pagi tiba, warga berduyun-duyun mendatangi rumah tempat Ganjar menginap sambil membawa makanan dari rumah masing-masing. Mereka mengajak Ganjar sarapan bersama dengan menu sederhana.
"Sambutan masyarakat luar biasa. Saya sangat senang karena bisa makan malam, ini sarapan pagi sambil mendengar curhatan warga secara langsung," kata Ganjar.
Cara seperti itu sangat efektif untuk melihat persoalan masyarakat. Beberapa persoalan yang disampaikan bisa segera dieksekusi dengan tepat karena berasal dari sumbernya langsung.
"Tradisinya gampang, kalau kita bisa ngobrol dengan warga, mendengarkan curhat warga, maka keluar semua. Beberapa problem disampaikan dan coba kita selesaikan. Saya senang dan berterima kasih karena sudah diterima di sini dengan senang hati,"pungkasnya.
Lihat Juga: Teliti Langkah Cak Imin sebagai Cawapres 2024, Mahasiswa S2 Paramadina Ini Raih IPK 3,95
(hri)