Para Santri Dukung Ajang MQKN Digelar 2 Tahun Sekali
loading...
A
A
A
Sama halnya dengan Laylatul, dua santriwati lain dari Kafilah DIY juga tengah berancang-ancang mempersiapkan diri untuk maju di babak final. Mereka bersama rekan-rekannya tampak duduk di samping masjid dengan memangku kitab dan memegang gadget.
Mereka adalah Ulfi Muyasarotul Husniyah (18), dan Sayyidatina Fatimah (16). Mereka mengaku senang bisa masuk babak final.
“Alhamdulillah seneng banget setelah jalan yang panjang sudah ditempuh,” kata Ulfi, finalis dari cabang lomba
Hadits tingkat Ulya.
Mereka tengah belajar dari pertanyaan-pertanyaan dewan juri yang mereka dapatkan pada babak penyisihan
sebelumya.
“Kami belajar bagaimana memahami ciri-ciri dan karakter dewan juri. Kami memahami bagaimana pertanyaan dewan juri yang kemarin, supaya bisa menjadi evaluasi untuk final besok,” kata Ulfi.
Mereka berdua juga mengkaji bersama dengan didampingi ustaz pendamping mereka. Mereka menganalisa kemungkinan pertanyaan yang muncul pada babak final dan mencari sumber-sumber tambahan lewat internet.
“Saya mencari materi yang kemungkinan besok dipertanyakan dan mecari sumber-sumber seperti ukuran dalam fiqih lewat handphone,” kata Fatimah, finalis di cabang lomba Fiqih tingkat Wustho.
Mereka semua berharap bahwa MQKN ke depan bisa menjunjung nama santri. Selain itu, mereka juga bangga menjadi santri untuk kemudian bisa bermanfaat bagi orang lain.
Mereka adalah Ulfi Muyasarotul Husniyah (18), dan Sayyidatina Fatimah (16). Mereka mengaku senang bisa masuk babak final.
“Alhamdulillah seneng banget setelah jalan yang panjang sudah ditempuh,” kata Ulfi, finalis dari cabang lomba
Hadits tingkat Ulya.
Mereka tengah belajar dari pertanyaan-pertanyaan dewan juri yang mereka dapatkan pada babak penyisihan
sebelumya.
“Kami belajar bagaimana memahami ciri-ciri dan karakter dewan juri. Kami memahami bagaimana pertanyaan dewan juri yang kemarin, supaya bisa menjadi evaluasi untuk final besok,” kata Ulfi.
Mereka berdua juga mengkaji bersama dengan didampingi ustaz pendamping mereka. Mereka menganalisa kemungkinan pertanyaan yang muncul pada babak final dan mencari sumber-sumber tambahan lewat internet.
“Saya mencari materi yang kemungkinan besok dipertanyakan dan mecari sumber-sumber seperti ukuran dalam fiqih lewat handphone,” kata Fatimah, finalis di cabang lomba Fiqih tingkat Wustho.
Mereka semua berharap bahwa MQKN ke depan bisa menjunjung nama santri. Selain itu, mereka juga bangga menjadi santri untuk kemudian bisa bermanfaat bagi orang lain.
(shf)