Sejarah Rembang, Diambil dari Ritual Membabat Pengantin Pohon Tebu

Minggu, 26 Juli 2020 - 05:05 WIB
loading...
Sejarah Rembang, Diambil...
Alun alun Kota Rembang. Foto/Ist
A A A
REMBANG - Rembang adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibu kotanya adalah Rembang. Kabupaten ini berbatasan dengan Teluk Rembang (Laut Jawa) di utara, Kabupaten Tuban (Jawa Timur) di timur, Kabupaten Blora di selatan, dan Kabupaten Pati di barat.

Di Rembang terdapat makam pahlawan pergerakan emansipasi wanita Indonesia, R A Kartini. Yakni terletak di Desa Bulu yang masuk ke jalur Rembang-Blora (Mantingan).

Pada masa Kerajaan Majapahit , Rembang sebagai kota menjadi bagian dari suatu negara bagian Kerajaan Majapahit masih belumbisa di buktikan dengan jelas dan tepat. Hal ini di sebabkan sumber-sumber atau bukti-bukti tertulis yang menceritakan Rembang dalam aktivitas kota maupun pemerintah daerah tidak banyak disebutkan. (Baca juga: Pemukiman Kesatria Majapahit Terkubur Tanah Sedalam 1 Meter )

Berdasarkan sumber tertulis masa Majapahit, nama Rembang memang telah di sebutkan di dalam Kitab Negara Kertagama pada Pupuh XXI sebagai berikut: “…Menuruni surah melintasi sawah, lari menuju Jaladipa, Talapika, Padali, Arnon dan Panggulan langsung ke payaman, Tepasana ke arah kota Rembang sampai di kemirakan yang letaknya di pantai lautan”.

Meskipun demikian, kota-kota pantai di Pantai Utara Jawa dari beberapa sumber baik di dalam maupun dari luar telah di sebutkan eksistensinya. Antonia Pigafetta, seorang pelaut dari Italia, yang pernah mengadakan perjalanan ke beberapa tempat di Indonesia.

Dalam cacatan perjalanannya pada tanggal 26 Januari sampai 11 Februari telah menyebutkan beberapa nama kota di wilayah itu. Olehnya di dengar kabar, bahwa kota-kota penting yang terdapat dalam ilmu bumi, yaitu Majapahit, Mentraman, Djapara, Sedayu, Gersik, Surabaya, dan Bali.

Nama Rembang bersama-sama dengan kota-kota pantai lainnya di Jawa juga muncul dalam sumber tertulis yang berasal dari Tome Pires. Disebutkan oleh Tome Pires, (1512-1515) antara lain: Now comesjava and we mustspeak of the King within the hinterland. The land of Cherimon (Cherobaan), the land Jayapura, the land of Losari (Locari), the land of Tegal (Tegeguall), the land of Semarang (Camaram), the land of Demak (Demma), Tidunan (Tudumar), the land of Japara, dan the land of Rembang (Remee).

Kemudian, the land of Tuban (Toban), the land of Sidayu (Cedayo), the land of Gresee (Agacij), the land of Surabaya (Curubaya), the land of Gamta, the land of Blambangan, the land of Pajarakan (Pajarucam), the land of Camta, the land of Panaruakan (Panarunca), the land of Chamdy, and when is ended we will speak of the great island of Madura.

Sumber lain tentang Rembang diperoleh dari sebuah manuskrip tulisan oleh Mbah Guru. Disebutkan,”kira-kira tahun Syaka 1336, ada orang Campa Banjarmlati berjumlah delapan keluarga yang pandai membuat gula tebu ketika ada di negaranya”.

Orang-orang tadi pindah untuk membuat gula merah yang tidak dapat dipatahkan itu, berangkatnya melalui lautan menuju arah barat hingga mendarat di sekitar sungai yang pinggir dan kanan kirinya tumbuh tak teratur pohon bakau.

Kepindahan orang-orang itu dipimpin oleh kakek Pow Ie Din. Setelah mendarat, kemudian mengadakan doa dan semedi, lalu mulai menebang pohon bakau tadi yang diteruskan oleh orang-orang lainnya.

Tanah lapang itu kemudian dibuat tegalan dan pekarangan serta perumahan yang selanjutnya menjadi perkampungan itu dinamakan kampung atau Kabongan, mengambil kata dari sebutan pohon bakau, menjadi Ka-bonga-an (Kabongan).

Pada suatu hari saat fajar menyising di bulan Waisaka, orang-orang akan memulai ngrembang (mbabat atau memangkas) tebu. Sebelum dimulai mbabat diadakan upacara suci Sembahyang dan semedi di tempat tebu serumpun yang akan dikepras atau dipangkas dua pohon, untuk tebu “Pengantin”.

Upacara pengeprasan itu dinamakan “ngRembang sakawit”. Begitulah asal mula kata “ngRembang”. Hingga akhirnya dijadikan nama Kota Rembang hingga saat ini.

Menurut Mbah Guru , upacara ngRembang sakawit ini dilaksanakan pada hari Rabu Legi, saat dinyanyikan Kidung, Minggu Kasadha, Bulan Waisaka, Tahun Saka 1337 dengan Candra Sengkala : Sabda Tiga Wedha Isyara.

Kabupaten Rembang dikenal dengan julukan The Cola of Java, Little Tiongkok dan kota garam. Wilayah Rembang memiliki kontur tanah berdataran rendah dengan ketinggian wilayah maksimum kurang lebih 70 meter di atas permukaan air laut. (Baca juga: Curahan Hati Penyanyi Dangdut Rembang Terdampak Pandemi COVID-19 )

Sedangkan bagian selatan wilayah ini merupakan daerah perbukitan bagian dari Pegunungan Kapur Utara, dengan puncaknya Gunung Butak setinggi 679 meter.

Kini, Kabupaten Rembang mempunyai semboyan "Rembang BANGKIT" yang bermakna Bahagia, Aman, Nyaman, Gotong-royong, Kerja keras, Iman, dan Takwa.
(nth)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1200 seconds (0.1#10.140)