Bea Cukai Sulbagsel Undang Narasumber Internasional Berbicara di Program Milisi
loading...
A
A
A
MAKASSAR - Bea Cukai Sulbagsel kembali menggelar program Milenial Siap Beraksi (Milisi), yang kini memasuki jilid keempat, Kamis 23 Juli kemain. Kali ini, penyelenggara menghadirkan narasumber internasional, Tejo Arum Kusuma, yang lebih dari lima tahun bertugas sebagai Technical Officer di World Customs Organization (WCO) di Brussels, Belgia.
Milisi sendiri, digagas untuk menginspirasi dan memotivasi para peserta agar siap 'beraksi' dan mentransformasi diri.
Kehadiran Tejo sebagai pembicara, menjadi magnet tersendiri bagi hampir 150 orang peserta. Para peserta ini bukan hanya berasal dari internal Bea Cukai, namun juga dari dunia swasta dan instansi pemerintah lainnya, dari Sumatera sampai Papua.
“Milisi merupakan salah satu program unggulan yang dipersembahkan oleh Tim Duta Transformasi Sulbagsel dengan harapan dapat menginspirasi para pegawai, khususnya generasi muda Bea Cukai di Sulbagsel. Namun dalam perkembangannya, Milisi diharapkan memiliki dampak yang lebih luas baik secara internal di Bea Cukai, atau siapapun yang memiliki ketertarikan dengan topik-topik unik yang senantiasa disajikan dalam milisi,” urai Duta Transformasi Bea Cukai Sulbagsel, Lenni Ika Wahyudiasti.
Pada acara inti diskusi milisi jilid 4, Tejo yang merupakan lulusan Diploma III Bea Cukai, STAN di tahun 2007 ini, menjawab sejumlah pertanyaan yang dilemparkan oleh dua moderator serta para peserta, yang antusias mengikuti acara ini.
Topik pembahasan berkembang, mulai dari awal memulai karir sebagai WCO Technical Officer, gambaran budaya kerja di WCO sampai dengan pengalaman berinteraksi dengan orang yang memiliki latar belakang budaya, kewarganegaraan dan karakteristik yang berbeda di WCO. Bahkan, hal teknis terkait penerapan pajak dan bea masuk terhadap barang tidak berwujudpun, tidak luput dibahas.
"Jujur sebelum mendaftar WCO, saya merasakan gugup, super nervous, apalagi pada saat wawancara. Satu hal lagi, mungkin jika saya mengetahui betapa kompleksnya pekerjaan di WCO pada saat itu, saya akan lebih gugup ketika wawancara," ungkap bapak satu anak ini dalam salah satu interaksinya dengan para peserta.
Tejo juga menceritakan betapa dukungan dari orang terdekat, atasan, dan institusi memiliki peran yang penting dalam proses mencapai posisi technical officer di WCO.
Di penghujung acara, Tejo menyampaikan kepada para peserta untuk membangun mimpinya dalam berkarir, termasuk di WCO, dan mempersiapkan hal itu dengan baik sejak dini.
Lebih lanjut, pria kelahiran Trenggalek tersebut juga menyampaikan gagasan dan ide-idenya untuk memajukan institusi pada saat harus kembali lagi ke Bea dan Cukai Indonesia nantinya.
Tejo, yang baru berusia 35 tahun, merupakan salah satu dari 50 orang technical officers yang bekerja di WCO, dan suatu kesempatan yang luar biasa, Tejo dapat membagi wawasan dan pengalamannya selama bertugas di WCO.
Milisi sendiri, digagas untuk menginspirasi dan memotivasi para peserta agar siap 'beraksi' dan mentransformasi diri.
Kehadiran Tejo sebagai pembicara, menjadi magnet tersendiri bagi hampir 150 orang peserta. Para peserta ini bukan hanya berasal dari internal Bea Cukai, namun juga dari dunia swasta dan instansi pemerintah lainnya, dari Sumatera sampai Papua.
“Milisi merupakan salah satu program unggulan yang dipersembahkan oleh Tim Duta Transformasi Sulbagsel dengan harapan dapat menginspirasi para pegawai, khususnya generasi muda Bea Cukai di Sulbagsel. Namun dalam perkembangannya, Milisi diharapkan memiliki dampak yang lebih luas baik secara internal di Bea Cukai, atau siapapun yang memiliki ketertarikan dengan topik-topik unik yang senantiasa disajikan dalam milisi,” urai Duta Transformasi Bea Cukai Sulbagsel, Lenni Ika Wahyudiasti.
Pada acara inti diskusi milisi jilid 4, Tejo yang merupakan lulusan Diploma III Bea Cukai, STAN di tahun 2007 ini, menjawab sejumlah pertanyaan yang dilemparkan oleh dua moderator serta para peserta, yang antusias mengikuti acara ini.
Topik pembahasan berkembang, mulai dari awal memulai karir sebagai WCO Technical Officer, gambaran budaya kerja di WCO sampai dengan pengalaman berinteraksi dengan orang yang memiliki latar belakang budaya, kewarganegaraan dan karakteristik yang berbeda di WCO. Bahkan, hal teknis terkait penerapan pajak dan bea masuk terhadap barang tidak berwujudpun, tidak luput dibahas.
"Jujur sebelum mendaftar WCO, saya merasakan gugup, super nervous, apalagi pada saat wawancara. Satu hal lagi, mungkin jika saya mengetahui betapa kompleksnya pekerjaan di WCO pada saat itu, saya akan lebih gugup ketika wawancara," ungkap bapak satu anak ini dalam salah satu interaksinya dengan para peserta.
Tejo juga menceritakan betapa dukungan dari orang terdekat, atasan, dan institusi memiliki peran yang penting dalam proses mencapai posisi technical officer di WCO.
Di penghujung acara, Tejo menyampaikan kepada para peserta untuk membangun mimpinya dalam berkarir, termasuk di WCO, dan mempersiapkan hal itu dengan baik sejak dini.
Lebih lanjut, pria kelahiran Trenggalek tersebut juga menyampaikan gagasan dan ide-idenya untuk memajukan institusi pada saat harus kembali lagi ke Bea dan Cukai Indonesia nantinya.
Tejo, yang baru berusia 35 tahun, merupakan salah satu dari 50 orang technical officers yang bekerja di WCO, dan suatu kesempatan yang luar biasa, Tejo dapat membagi wawasan dan pengalamannya selama bertugas di WCO.
(luq)