Karomah Sunan Gunung Jati, Hidupkan Pohon Cempaka Putih hingga Dapatkan Istri
loading...
A
A
A
Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah adalah satu-satunya wali yang menyebarkan agama Islam di Jawa barat. Sunan Gunung Jati dilahirkan Tahun 1448 Masehi.
Ayahnya adalah Syarif Abdullah bin Nur Alam bin Jamaluddin Akbar, seorang Mubaligh dan Musafir besar dari Gujarat, India yang sangat dikenal sebagai Syekh Maulana Akbar bagi kaum Sufi di Tanah Air.
Salah satu karomah Sunan Gunung Jati adalah bisa membuat pohon cempaka putih yang awalnya layu menjadi kembali subur. Pohon cempaka putih itu merupakan milik Kyai Gedeng Babadan.
Konon pohon itu layu karena terkena penyakit hingga akhirnya mati. Kyai Gedeng sangat kesal hatinya melihat tanamannya yang akan mati itu.
Maka keluarlah ucapan bila ada yang menolong tanamannya yang kering kemudian menjadikan sehat kembali, seperti semula maka anaknya yang cantik akan diberikan kepadanya untuk dinikahi.
Dia pun bersedia untuk menjungjung seseorang itu yang berhasil mengobati tanamannya. Beberapa waktu kemudian, Ki Gedeng melihat anaknya datang membawa sebuah baju jubah berwarna kuning. Sang anaknya sebagaimana dikutip dari "Sajarah Wali Syekh Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati: Naskah Mertasinga", terjemahan Amman N. Wahju. Lalu sang anak itu memberitahukan kepada ayahnya bahwa telah menemukan pakaian berwarna kuning dengan bau yang harum.
Kyai Gedeng pun terkejut dan menuduh sang anak perempuannya itu mencuri. Ia pun mengatakan "Aduh anakku, mengapa baju itu kau ambil. Kubayangkan pemiliknya tentu akan kehilangan, nanti kamu akan dituduh mencuri baju itu.
Ini kan taruhannya harga dirimu nak. Pemiliknya tentu akan segera datang menyusul, karena di sini tak ada orang yang mempunyai baju seperti itu. Dari mana kamu peroleh baju itu anakku".
Sang anak lantas menjawab bahwa pakaian berwarna kuning diambilnya dari pohon cempaka putih milik ayahnya. Pakaian ini tergantung pada salah satu pohon itu, tetapi ia tak tahu siapa pemilik pakaian itu.
Dia pun memberitahu ke ayahnya bahwa tanaman itu keadaannya sekarang telah pulih. Bahkan kondisinya bertambah subur dan sehat. Mendengar itu kemudian Kyai Gedeng Babadan lalu cepat keluar dan memeriksa tanamannya yang telah pulih seperti sediakala.
Tidak lama kemudian Sunan Gunung Jati datang mencari bajunya, akan tetapi baju itu tidak diketemukannya. Kyai Gedeng menyambutnya dan meminta maaf kepada Sunan Gunung Jati karena pakaian itu diambil oleh anak perempuannya.
Kyai Gedeng pub dibuat terpesona dengan cahaya indah dari Sunan Gunung Jati. Ia pun lantas mengabdikan diri kepada Sunan Gunung Jati begitu tahu bahwa tanamannya yang mati dihidupkan kembali oleh Sunan Gunung Jati, dengan karomah yang dimilikinya.
Baca: Kisah Syekh Jangkung yang Sakti Mandraguna dan Ahli Berdakwah.
Sunan Gunung Jati yang mendengar permintaan maaf dari Kyai Gedeng langsung memaafkan ulah sang anak perempuannya. Sunan Gunung Jati pun langsung menawarkan agar anak perempuan cantiknya dipersunting olehnya.
Mendengar pernyataan itu, Kyai Gedeng pun langsung menyerahkan sepenuhnya. Sambil merendah Kyai Gedeng merasa berterima kasih Sunan Gunung Jati mau menerima anak perempuan yang notabene dari desa sebagai istri pertamanya.
Setelah dinikahinya, Nyi Mas Babadan dibawa ke Gunung Sembung. Keduanya saling mencintai sebagai suami istri. Akan tetapi kemudian dikisahkan bahwa Nyi Mas Babadan tidak memberikan anak seorangpun. Meski demikian Nyi Mas Babadan itu sangatlah berbakti kepada suaminya.
Ayahnya adalah Syarif Abdullah bin Nur Alam bin Jamaluddin Akbar, seorang Mubaligh dan Musafir besar dari Gujarat, India yang sangat dikenal sebagai Syekh Maulana Akbar bagi kaum Sufi di Tanah Air.
Salah satu karomah Sunan Gunung Jati adalah bisa membuat pohon cempaka putih yang awalnya layu menjadi kembali subur. Pohon cempaka putih itu merupakan milik Kyai Gedeng Babadan.
Konon pohon itu layu karena terkena penyakit hingga akhirnya mati. Kyai Gedeng sangat kesal hatinya melihat tanamannya yang akan mati itu.
Maka keluarlah ucapan bila ada yang menolong tanamannya yang kering kemudian menjadikan sehat kembali, seperti semula maka anaknya yang cantik akan diberikan kepadanya untuk dinikahi.
Dia pun bersedia untuk menjungjung seseorang itu yang berhasil mengobati tanamannya. Beberapa waktu kemudian, Ki Gedeng melihat anaknya datang membawa sebuah baju jubah berwarna kuning. Sang anaknya sebagaimana dikutip dari "Sajarah Wali Syekh Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati: Naskah Mertasinga", terjemahan Amman N. Wahju. Lalu sang anak itu memberitahukan kepada ayahnya bahwa telah menemukan pakaian berwarna kuning dengan bau yang harum.
Kyai Gedeng pun terkejut dan menuduh sang anak perempuannya itu mencuri. Ia pun mengatakan "Aduh anakku, mengapa baju itu kau ambil. Kubayangkan pemiliknya tentu akan kehilangan, nanti kamu akan dituduh mencuri baju itu.
Ini kan taruhannya harga dirimu nak. Pemiliknya tentu akan segera datang menyusul, karena di sini tak ada orang yang mempunyai baju seperti itu. Dari mana kamu peroleh baju itu anakku".
Sang anak lantas menjawab bahwa pakaian berwarna kuning diambilnya dari pohon cempaka putih milik ayahnya. Pakaian ini tergantung pada salah satu pohon itu, tetapi ia tak tahu siapa pemilik pakaian itu.
Dia pun memberitahu ke ayahnya bahwa tanaman itu keadaannya sekarang telah pulih. Bahkan kondisinya bertambah subur dan sehat. Mendengar itu kemudian Kyai Gedeng Babadan lalu cepat keluar dan memeriksa tanamannya yang telah pulih seperti sediakala.
Tidak lama kemudian Sunan Gunung Jati datang mencari bajunya, akan tetapi baju itu tidak diketemukannya. Kyai Gedeng menyambutnya dan meminta maaf kepada Sunan Gunung Jati karena pakaian itu diambil oleh anak perempuannya.
Kyai Gedeng pub dibuat terpesona dengan cahaya indah dari Sunan Gunung Jati. Ia pun lantas mengabdikan diri kepada Sunan Gunung Jati begitu tahu bahwa tanamannya yang mati dihidupkan kembali oleh Sunan Gunung Jati, dengan karomah yang dimilikinya.
Baca: Kisah Syekh Jangkung yang Sakti Mandraguna dan Ahli Berdakwah.
Sunan Gunung Jati yang mendengar permintaan maaf dari Kyai Gedeng langsung memaafkan ulah sang anak perempuannya. Sunan Gunung Jati pun langsung menawarkan agar anak perempuan cantiknya dipersunting olehnya.
Mendengar pernyataan itu, Kyai Gedeng pun langsung menyerahkan sepenuhnya. Sambil merendah Kyai Gedeng merasa berterima kasih Sunan Gunung Jati mau menerima anak perempuan yang notabene dari desa sebagai istri pertamanya.
Setelah dinikahinya, Nyi Mas Babadan dibawa ke Gunung Sembung. Keduanya saling mencintai sebagai suami istri. Akan tetapi kemudian dikisahkan bahwa Nyi Mas Babadan tidak memberikan anak seorangpun. Meski demikian Nyi Mas Babadan itu sangatlah berbakti kepada suaminya.
(nag)