Pusaka Sakti Menangkan Mataram dalam Perang Saudara Melawan Pasukan Pati

Jum'at, 28 April 2023 - 05:38 WIB
loading...
Pusaka Sakti Menangkan Mataram dalam Perang Saudara Melawan Pasukan Pati
Pemberontakan Pati ke Kerajaan Mataram terjadi sebelum Panembahan Senopati wafat. Pemberontakan ini sebelumnya telah dikhawatirkan oleh beberapa petinggi istana di Kerajaan Mataram. (Ist)
A A A
MALANG - Pemberontakan Pati ke Kerajaan Mataram terjadi sebelum Panembahan Senopati wafat. Pemberontakan ini sebelumnya telah dikhawatirkan oleh beberapa petinggi istana di Kerajaan Mataram.

Meski pun sebenarnya sang adipati yakni Adipati Pragola masih memiliki hubungan keluarga dengan Panembahan Senopati.

Pada Babad Tanah Djawi mengisahkan walaupun dicegah oleh keluarganya, Adipati Pati tetap berontak. Karena itu, dikirimkan olehnya seorang utusan ke Mataram untuk meminta hak pengurusan atas semua tanah pedesaan di sebelah utara Pegunungan Kendeng, dan juga meminta 100 tombak.

Senopati memberikan semuanya, kecuali sarung dan tombaknya, yang menandakan itu perang.

Mandaraka sangat terkesan oleh kejadian itu. H.J. De Graaf pada "Puncak Kekuasaan Mataram : Politik Ekspansi Sultan Agung", menyatakan, setelah utusan dari Pati itu kembali dari Mataram langkah berikutnya pun ditempuh oleh Adipati Pati.

Adipati Pragola memerintahkan pasukannya melintasi perbatasan dan menaklukkan semua penduduk desa di sebelah utara Pegunungan Kendeng. Semua menyerah, kecuali Demak yang mempersenjatai diri di bentengnya. Setelah Adipati Pragola mempunyai cukup banyak prajurit, ia bergerak menuju Mataram.

Sepanjang perjalanan menyuruh pasukannya merampas dan menaklukkan semua desa. Adipati Pajang memberitahukan hal itu kepada Mataram, dan Senopati mengirimkan Pangeran Mahkota dengan perintah, hanya apabila terdesak boleh memakai kekerasan, dengan harapan masalah dapat diselesaikan dengan damai.

Pangeran Mahkota bergerak menuju Prambanan, tentara Pati bergerak menuju Kemalon. Setelah beristirahat, pasukan Mataram pun melanjutkan perjalanan. Pangeran Mahkota dengan para pembawa panji-panji kerajaan maju sendirian.

Ketika Pragola melihat mereka, ia malu dan jengkel. Ia ingin bertemu dengan ayah pangeran itu untuk bertanding, dan menentukan siapa yang paling kuat dan tidak terkalahkan.

Pangeran mahkota menjadi marah, berkali-kali menusuk pamannya Adipati Pragola dengan tombaknya, tetapi tidak dapat melukainya. Dari atas kuda, Pragola memukul kemenakannya dengan pangkal tombaknya sehingga keponakannya itu jatuh, lalu dibawa ke Prambanan. Pragola pergi, membuat kubu tahanan dari batang-batang pohon kelapa di Dengkeng.

Ketika Senopati memberitahukan hal itu kepada istrinya, kakak perempuan Pragola, bahwa saudaranya telah menusuk kemenakannya dengan tombak, ia menjawab, "Kalau begitu, saya tidak berkeberatan jika ia dibunuh, karena ia orang jahat." Senopati pun berangkat ke medan perang dengan naik kuda.

Setelah beristirahat di Prambanan, lewat tengah malam melanjutkan perjalanan lagi. Di luar benteng Pragola, pasukan Mataram berteriak-teriak, dan canang Ki Bicak dipukul bertalu - talu.

Pusaka keris Kiai Culik Mandaraka berhasil mematahkan tiga batang pohon kelapa pagar benteng, sehingga Senopati bisa memasukinya dengan naik kuda. Pragola melarikan diri, sedangkan Dengkeng dibanjiri lahar dari letusan gunung.

Ketika Pragola tiba di Pati, ia memanggil bupati - bupati di sekitarnya, dan segera menyusun bala tentara. Pasukan Mataram yang mengejar Pragola mengadakan serangan dan mengalahkan musuh. Banyak yang tenggelam di dalam sungai serangan yang banjir. Namun tidak diketahui pasti bagaimana nasib dari Adipati Pragola apakah tewas ataukah selamat masih hidup.
(nag)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1148 seconds (0.1#10.140)