Detik-detik Menegangkan Terbitnya Supersemar, Soeharto Sakit Tenggorokan dan Bung Karno Tinggalkan Rapat Kabinet
loading...
A
A
A
Ribuan massa telah mengepung Istana Negara dengan tujuan menggagalkan rapat kabinet. Aksi massa sekaligus menjawab sikap Bung Karno dalam rapat kabinet 15 Januari 1966 sebelumnya.
Bung Karno dalam pidatonya tegas menyatakan, tidak akan mundur. Bung Karno melawan semua tekanan politik yang menyerangnya.
“Saya tidak akan mundur sejengkal pun. Saya Soekarno, Pemimpin Besar Revolusi. Inilah saya. Saya tidak bisa berbuat lain. Ayo siapa yang membutuhkan Soekarno sebagai Pemimpin Besar Revolusi, kerahkan seluruh kekuatanmu, pertahankan Soekarno,” demikian dikutip dari buku Naiknya Para Jenderal (2000).
Di tengah kepungan massa di luar Istana Negara (Istana Merdeka), rapat kabinet pada 11 Maret 1966 tetap berjalan. Rapat tidak dihadiri Panglima TNI AD Soeharto, yang saat itu absen karena beralasan sakit tenggorokan.
Di luar pagar istana, massa semakin memperlihatkan keberingasannya. Ban-ban mobil yang berada di sekitar Istana Merdeka digembosi. Akibatnya timbul kemacetan di mana-mana.
Di antara ribuan massa mahasiswa yang mengepung Istana Negara, terdapat pasukan RPKAD yang telah melepas tanda pengenal kesatuan. Informasi itu sampai ke telinga Bung Karno.
Mungkin melihat situasi bertambah genting, ditambah Soeharto sebagai Panglima AD tidak hadir dalam rapat, Bung Karno memutuskan menghentikan rapat kabinet.
Dengan terburu-buru Bung Karno yang kemudian disusul Subandrio dan Chaerul Saleh, naik helikopter yang sudah disiapkan. Ketiganya langsung terbang menuju Istana Bogor.
Bung Karno dalam pidatonya tegas menyatakan, tidak akan mundur. Bung Karno melawan semua tekanan politik yang menyerangnya.
“Saya tidak akan mundur sejengkal pun. Saya Soekarno, Pemimpin Besar Revolusi. Inilah saya. Saya tidak bisa berbuat lain. Ayo siapa yang membutuhkan Soekarno sebagai Pemimpin Besar Revolusi, kerahkan seluruh kekuatanmu, pertahankan Soekarno,” demikian dikutip dari buku Naiknya Para Jenderal (2000).
Baca Juga
Di tengah kepungan massa di luar Istana Negara (Istana Merdeka), rapat kabinet pada 11 Maret 1966 tetap berjalan. Rapat tidak dihadiri Panglima TNI AD Soeharto, yang saat itu absen karena beralasan sakit tenggorokan.
Di luar pagar istana, massa semakin memperlihatkan keberingasannya. Ban-ban mobil yang berada di sekitar Istana Merdeka digembosi. Akibatnya timbul kemacetan di mana-mana.
Di antara ribuan massa mahasiswa yang mengepung Istana Negara, terdapat pasukan RPKAD yang telah melepas tanda pengenal kesatuan. Informasi itu sampai ke telinga Bung Karno.
Mungkin melihat situasi bertambah genting, ditambah Soeharto sebagai Panglima AD tidak hadir dalam rapat, Bung Karno memutuskan menghentikan rapat kabinet.
Baca Juga
Dengan terburu-buru Bung Karno yang kemudian disusul Subandrio dan Chaerul Saleh, naik helikopter yang sudah disiapkan. Ketiganya langsung terbang menuju Istana Bogor.