Kisah Raja Malaka yang Selamat dari Pembunuhan dan Siasat Licik Gajah Mada

Jum'at, 24 Februari 2023 - 05:30 WIB
loading...
Kisah Raja Malaka yang Selamat dari Pembunuhan dan Siasat Licik Gajah Mada
Kisah Raja Malaka yang selamat dari pembunuhan dan siasat licik Mahapatih Gajah Mada. Foto: Ilustrasi
A A A
GAJAH Mada diangkat sebagai Mahapatih Kerajaan Majapahit pada tahun 1336. Usai resmi menyandang gelar mahapatih, Gajah Mada langsung memperlihatkan tajinya sebagai bukti bahwa dia layak menyandang gelar itu.

Gajah Mada menggantikan posisi Aria Tadah, yang sudah lama mengeluh sulit memenuhi kewajibannya sebagai patih amangku bumi.

Gajah Mada pun mengumumkan secara resmi program politik pemerintahan Majapahit yang disebut sebagai Sumpah Palapa.

Terhadap semua hambatan yang muncul, Gajah Mada tidak segan mengambil langkah pemusnahan. Termasuk kepada Kembar dan Warak yang telah mengejek sumpahnya. Gajah Mada lebih dulu menyingkirkan para perintang sebelum program politik Nusantara ia laksanakan. "Demikianlah telah terjadi perubahan susunan kabinet pada awal pemerintahan Gajah Mada, " tulis Slamet Muljana.



Gajah Mada betul-betul membuktikan sumpahnya. Selama 21 tahun menjabat mahapatih Majapahit, ia berhasil menundukkan negara-negara di luar Kerajaan Majapahit. Gurun (Lombok), Seran (Seram), Tanjung Pura (Kalimantan), Haru (Sumatra Utara), Pahang (Malaya), Dompo, Bali, Sunda, Palembang (Sriwijaya) dan Tumasik (Singapura), menyatakan takluk.



Sesuai sumpah yang diucapkan. Setelah semua mengakui kebesaran Majapahit, Gajah Mada melakukan amukti palapa (Istirahat). "Lamun huwus kalah nusantara insun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, Tanjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompu, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa".

Namun sayang tidak semua misi Gajah Mada berhasil. Salah satu kegagalannya adalah saat mendapat perintah dan tita Raja Majapahit untuk membunuh dan menghabisi Raja Malaka.

Segala cara ditempuh untuk dapat menguasai Malaka, termasuk dengan siasat bentukan Gajah Mada. Kisah ini dituliskan Enung Nurhayati, dalam bukunya yang berjudul "Gajah Mada Sistem Politik dan Kepemimpinan".



Dikisahkan dalam Hikayat Hang Tuah, Raja Majapahit meminta agar Gajah Mada menyusun strategi siasat untuk membunuh Raja Malaka. Raja Majapahit mengusulkan agar pernikahan putrinya jadi ajang membunuh Raja Malaka, untuk menaklukkan Kerajaan Malaka.

Gajah Mada pun mencoba menyusun skenarionya, sesuai perintah Raja Majapahit kala itu. Tapi strategi pertama Gajah Mada menghabisi nyawa Raja Malaka, dan empat orang pembesarnya yang tengah berada di Majapahit gagal.

Meski mengalami kegagalan, Gajah Mada tak patah arang. Dia tetap yakin dengan kekuatan dan strateginya, bakal berhasil membunuh Raja Malaka. Bahkan, Gajah Mada juga mencoba membesarkan hati Raja Majapahit, yang memerintahkannya. Siasat untuk membunuh Raja Malaka kembali disusun. Yakni saat perayaan pernikahan Raja Malaka, dengan putri Kerajaan Majapahit.

Dalam Hikayat Hang Tuah, disebutkan upaya pembunuhan Raja Malaka yang telah direncanakan Gajah Mada, ternyata kembali menuai kegagalan.

Kegagalan pembunuhan Raja Malaka di acara pernikahan tersebut, membuat Raja Majapahit dibuat kembali kecewa. Tapi bukan Gajah Mada namanya, bila tak berhasil membesarkan hati Raja Majapahit dan mencoba meyakinkan misinya lagi.



Cerita ini terukir dalam hikayat Hang Tuah dengan tulisan "Ya tuanku, sabar juga dahulu, yang akan mengenai kiai tiga itu atas pateklah, kerena banyak lagi prajurit yang kepetangan patek peliharakan. Indah apatah membunoh kiai Tuah itu dan segala Melayu lima orang itu, selang negeri besar-besar lagi dapat dikalahkan. Adapun pekerjaan anak anda juga tuanku bicarakan, supaya main kita jangan ketara, karena Melayu itu bijaksana".

Upaya pembunuhan Raja Malaka ini diketahui pihak kerajaan. Tapi Gajah Mada yang pandai dan cerdik menyampaikan tak ada maksud sama sekali menghabisi nyawa Raja Malaka. Ia berpura-pura tidak tahu tentang rencana percobaan pembunuhan. Justru Gajah Mada dan Majapahit menyebut ia berhutang budi kepada Hang Tuah.

"Ayoh anak Tun Tuah, banyak kita berhutang kasih kepada anak Tuah. Jikalau lambat anak Tuah menikam juga, nescaya matilah manira ditikamnya, karena manira orang tua tiada berperang," demikian kisah di Hikayat Hang Tuah.

Sumber: dok.sindonews
(nic)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2419 seconds (0.1#10.140)