Ledakan Dahsyat di Ponggok Blitar Diduga Terkena Percikan Api Rokok yang Mengenai Bubuk Petasan
loading...
A
A
A
BLITAR - Ledakan dahsyat, di Dusun Sadeng, Desa Karangbendo, Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, terdengar hingga sejauh 10 kilometer. Getaran yang ditimbulkannya bahkan terasa hingga radius 100 meter.
Ledakan yang diduga berasal dari bubuk petasan itu, menewaskan empat warga, merusak 25 rumah dengan satu rumah rata dengan tanah, serta melukai 11 warga lain.
Bubuk petasan itu diduga diproduksi sendiri oleh korban. Bagaimana insiden ledakan bisa terjadi?
Kapolres Blitar Kota AKBP Argowiyono mengatakan, dugaan awal, ledakan dahsyat dipicu adanya aktifitas merokok di sekitar tempat penyimpanan bubuk petasan. Dalam penyelidikan, petugas menemukan puntung rokok.
“Ditemukan di dekat titik pusat, episentrum ledakan ada puntung rokok. Dugaan awal mungkin saat membuka atau melihat itu (bubuk petasan) sedang ada aktifitas merokok sehingga memicu terjadinya ledakan,” ujar Kapolres Blitar Kota, AKBP Argowiyono kepada wartawan, Senin (20/2/2023).
Ledakan dahsyat berpusat di rumah Darman (65) yang ditemukan tewas seketika. Ledakan juga mengakibatkan bangunan rumah Darman rata dengan tanah.
Selain Darman, tiga korban meninggal dunia lainnya adalah Aripin, Widodo (keduanya anak Darman) dan Wawa kerabatnya. Tubuh ketiganya tertimbun reruntuhan puing bangunan dengan kondisi yang mengenaskan, yakni beberapa bagian tubuhnya tercerai berai. Informasi yang diperoleh, ketiga korban diketahui sebagai perokok.
Ketiganya diduga peracik bubuk petasan yang meledak itu, bukan Darman. Hal itu dibenarkan Argo. Hanya saja, terkait berapa jumlah bubuk petasan yang mengakibatkan ledakan dahsyat, masih dalam penyelidikan.
“Masih dalam penyelidikan,” terangnya.
Argo juga mengatakan, di wilayah Kecamatan Ponggok secara umum banyak ditemukan warga yang berprofesi sebagai peracik bubuk petasan. Mereka merupakan peracik dadakan, yang muncul setiap menjelang bulan puasa.
Beberapa kali petugas melakukan razia, yakni terutama jelang bulan puasa, namun aktivitas itu diam-diam kembali muncul. Karena memang tidak berizin, aktivitas peracikan bubuk petasan dilakukan secara sembunyi-sembunyi.
"Mereka seringkali juga kurang memperhatikan keamanan saat proses pembuatan hingga penyimpanan. Orang-orang ini rata-rata berprofesi cabutan, bukan profesi sehari-hari. Beralih profesi (peracik petasan) menjelang bulan puasa. Sehingga sembrono,” pungkasnya.
Lihat Juga: Profil Benny Laos, Cagub Maluku Utara yang Tewas dalam Ledakan Speedboat di Pulau Taliabu
Ledakan yang diduga berasal dari bubuk petasan itu, menewaskan empat warga, merusak 25 rumah dengan satu rumah rata dengan tanah, serta melukai 11 warga lain.
Bubuk petasan itu diduga diproduksi sendiri oleh korban. Bagaimana insiden ledakan bisa terjadi?
Kapolres Blitar Kota AKBP Argowiyono mengatakan, dugaan awal, ledakan dahsyat dipicu adanya aktifitas merokok di sekitar tempat penyimpanan bubuk petasan. Dalam penyelidikan, petugas menemukan puntung rokok.
“Ditemukan di dekat titik pusat, episentrum ledakan ada puntung rokok. Dugaan awal mungkin saat membuka atau melihat itu (bubuk petasan) sedang ada aktifitas merokok sehingga memicu terjadinya ledakan,” ujar Kapolres Blitar Kota, AKBP Argowiyono kepada wartawan, Senin (20/2/2023).
Ledakan dahsyat berpusat di rumah Darman (65) yang ditemukan tewas seketika. Ledakan juga mengakibatkan bangunan rumah Darman rata dengan tanah.
Selain Darman, tiga korban meninggal dunia lainnya adalah Aripin, Widodo (keduanya anak Darman) dan Wawa kerabatnya. Tubuh ketiganya tertimbun reruntuhan puing bangunan dengan kondisi yang mengenaskan, yakni beberapa bagian tubuhnya tercerai berai. Informasi yang diperoleh, ketiga korban diketahui sebagai perokok.
Ketiganya diduga peracik bubuk petasan yang meledak itu, bukan Darman. Hal itu dibenarkan Argo. Hanya saja, terkait berapa jumlah bubuk petasan yang mengakibatkan ledakan dahsyat, masih dalam penyelidikan.
“Masih dalam penyelidikan,” terangnya.
Argo juga mengatakan, di wilayah Kecamatan Ponggok secara umum banyak ditemukan warga yang berprofesi sebagai peracik bubuk petasan. Mereka merupakan peracik dadakan, yang muncul setiap menjelang bulan puasa.
Beberapa kali petugas melakukan razia, yakni terutama jelang bulan puasa, namun aktivitas itu diam-diam kembali muncul. Karena memang tidak berizin, aktivitas peracikan bubuk petasan dilakukan secara sembunyi-sembunyi.
"Mereka seringkali juga kurang memperhatikan keamanan saat proses pembuatan hingga penyimpanan. Orang-orang ini rata-rata berprofesi cabutan, bukan profesi sehari-hari. Beralih profesi (peracik petasan) menjelang bulan puasa. Sehingga sembrono,” pungkasnya.
Lihat Juga: Profil Benny Laos, Cagub Maluku Utara yang Tewas dalam Ledakan Speedboat di Pulau Taliabu
(san)