Asal-usul Nama dan Sejarah Jombang, Kabupaten yang Dulunya Menyatu dengan Mojokerto
loading...
A
A
A
JOMBANG - Kabupaten Jombang merupakan salah satu wilayah yang berada di bagian tengah Provinsi Jawa Timur. Jombang merupakan kabupaten termuda yang dibentuk pada 1910.
Dalam perjalanannya, terdapat rangkaian sejarah yang menarik untuk dibahas diantaranya mengenai asal usul nama hingga pembentukan wilayah administrasi.
Asal-usul Nama Jombang
Setelah meredupnya pemerintahan Kerajaan Majapahit, kondisi di daerah Jombang menjadi penuh dengan kekacauan. Salah satunya dengan kemunculan Surontanu sebagai penjahat sakti yang tak tertandingi membuatnya sangat ditakuti masyarakat.
Berdasarkan pada cerita rakyat yang ada, konon wilayah jombang menjadi lokasi pertarungan antara Kebo Kicak dan Surontanu, petarung sakti yang tersohor di daerahnya.
Sebuah masalah muncul ketika peliharaan banteng milik Surontanu diduga memiliki siluman yang menyebabkan kemunculan sebuah penyakit aneh. Penyakit itu menimbulkan pagebluk karena sulit sekali untuk disembuhkan oleh berbagai macam obat.
Penderita yang mengeluhkan sakitnya di siang hari, maka tepat pada malam harinya meninggal dunia, begitu pula sebaliknya. Untuk memusnahkan siluman penyebab penyakit tersebut, diutuslah Kebo Kicak untuk menangkapnya.
Nama Kebo disematkan karena memang ia dikutuk menjadi seekor kerbau oleh orang tuanya karena sifatnya yang sangat durhaka. Kebo Kicak yang telah dikutuk itu memang sering berpindah tempat hingga membuatnya bertemu dengan seorang kyai yang mengarahkan untuk bertobat.
Baca juga: Pemberian Gelar Bapak Pembangunan Adalah Operasi Intelijen untuk Hentikan Kekuasaan Soeharto
Kemudian Kyai tersebut meminta Kebo Kicak menggunakan kekuatannya untuk melawan Surontanu demi mengakhiri penderitaan warga karena penyakit tersebut. Setelah mendengar perintah tersebut, Kebo Kicak lalu menuruti perintah dengan berangkat bertarung dengan Surontanu.
Pertarungan diantara keduanya berlangsung sengit dan saling mengeluarkan kekuatannya masing-masing. Sehingga mengeluakan cahaya yang berwarna hijau (ijo) dan merah (abang).
Kemunculan cahaya dahsyat itulah yang kemudian menjadi asal muasal nama Jombang yang berasal dari perpaduan istilah ijo dan abang.
Sejarah Jombang
Pada masa pemerintahan Kerajaan Majapahit, sebagian besar wilayah jombang adalah kekuasaannya. Bahkan salah satu desa bernama Tunggorono merupakan gapura keraton Majapahit bagian barat. Sedangkan gapura sebelah selatan terletak di desa Ngrimbi yang saat ini terdapat beberapa candi.
Cerita rakyat ini menjadi kuat lantaran banyak desa yang memiliki nama berawalan dari kata “Mojo” diantaranya Mojoagung, Mojo Trisno, Mojolegi, Mojowangi, Mojowarno, Mojojejer, Mojodanu dan masih banyak lagi.
Di dalam salah satu candi Ngrimbi, Pulosari Bareng dilukiskan sebuah gerbang yang menggambarkan gerbang dari Keraton Majapahit dimana Jombang masuk dalam wewenangnya.
Namun pasca runtuhnya Majapahit Jombang belumlah menjadi daerah otonom. Melainkan masih menginduk di pemerintahan Mojokerto.
Dikutip dari laman pemerintahannya, pada majalah Intisari bulan Mei 1975 halaman 72, dituliskan laporan Bupati Mojokerto Raden Adipati Ario Kromodjojo kepada residen Jombang tanggal 25 Januari 1898 tentang keadaan Trowulan (salah satu onder district afdeeling Jombang) pada tahun 1880.
Sehingga kegiatan pemerintahan jombang sebagai wilayah administrasi sebenarnya sudah berjalan lama sebelum tahun 1910. Melainkan sudah berjalan sejak tahun 1880-an, dimana pada saat itu sudah menjadi onderdistrict afdeeling Jombang
Dalam perjalanannya, terdapat rangkaian sejarah yang menarik untuk dibahas diantaranya mengenai asal usul nama hingga pembentukan wilayah administrasi.
Asal-usul Nama Jombang
Setelah meredupnya pemerintahan Kerajaan Majapahit, kondisi di daerah Jombang menjadi penuh dengan kekacauan. Salah satunya dengan kemunculan Surontanu sebagai penjahat sakti yang tak tertandingi membuatnya sangat ditakuti masyarakat.
Berdasarkan pada cerita rakyat yang ada, konon wilayah jombang menjadi lokasi pertarungan antara Kebo Kicak dan Surontanu, petarung sakti yang tersohor di daerahnya.
Sebuah masalah muncul ketika peliharaan banteng milik Surontanu diduga memiliki siluman yang menyebabkan kemunculan sebuah penyakit aneh. Penyakit itu menimbulkan pagebluk karena sulit sekali untuk disembuhkan oleh berbagai macam obat.
Penderita yang mengeluhkan sakitnya di siang hari, maka tepat pada malam harinya meninggal dunia, begitu pula sebaliknya. Untuk memusnahkan siluman penyebab penyakit tersebut, diutuslah Kebo Kicak untuk menangkapnya.
Nama Kebo disematkan karena memang ia dikutuk menjadi seekor kerbau oleh orang tuanya karena sifatnya yang sangat durhaka. Kebo Kicak yang telah dikutuk itu memang sering berpindah tempat hingga membuatnya bertemu dengan seorang kyai yang mengarahkan untuk bertobat.
Baca juga: Pemberian Gelar Bapak Pembangunan Adalah Operasi Intelijen untuk Hentikan Kekuasaan Soeharto
Kemudian Kyai tersebut meminta Kebo Kicak menggunakan kekuatannya untuk melawan Surontanu demi mengakhiri penderitaan warga karena penyakit tersebut. Setelah mendengar perintah tersebut, Kebo Kicak lalu menuruti perintah dengan berangkat bertarung dengan Surontanu.
Pertarungan diantara keduanya berlangsung sengit dan saling mengeluarkan kekuatannya masing-masing. Sehingga mengeluakan cahaya yang berwarna hijau (ijo) dan merah (abang).
Kemunculan cahaya dahsyat itulah yang kemudian menjadi asal muasal nama Jombang yang berasal dari perpaduan istilah ijo dan abang.
Sejarah Jombang
Pada masa pemerintahan Kerajaan Majapahit, sebagian besar wilayah jombang adalah kekuasaannya. Bahkan salah satu desa bernama Tunggorono merupakan gapura keraton Majapahit bagian barat. Sedangkan gapura sebelah selatan terletak di desa Ngrimbi yang saat ini terdapat beberapa candi.
Cerita rakyat ini menjadi kuat lantaran banyak desa yang memiliki nama berawalan dari kata “Mojo” diantaranya Mojoagung, Mojo Trisno, Mojolegi, Mojowangi, Mojowarno, Mojojejer, Mojodanu dan masih banyak lagi.
Di dalam salah satu candi Ngrimbi, Pulosari Bareng dilukiskan sebuah gerbang yang menggambarkan gerbang dari Keraton Majapahit dimana Jombang masuk dalam wewenangnya.
Namun pasca runtuhnya Majapahit Jombang belumlah menjadi daerah otonom. Melainkan masih menginduk di pemerintahan Mojokerto.
Dikutip dari laman pemerintahannya, pada majalah Intisari bulan Mei 1975 halaman 72, dituliskan laporan Bupati Mojokerto Raden Adipati Ario Kromodjojo kepada residen Jombang tanggal 25 Januari 1898 tentang keadaan Trowulan (salah satu onder district afdeeling Jombang) pada tahun 1880.
Sehingga kegiatan pemerintahan jombang sebagai wilayah administrasi sebenarnya sudah berjalan lama sebelum tahun 1910. Melainkan sudah berjalan sejak tahun 1880-an, dimana pada saat itu sudah menjadi onderdistrict afdeeling Jombang
(msd)