Kisah Raden Mas Said Pendiri Puro Mangkunegaran, Lokasi Pernikahan Kaesang-Erina
Jum'at, 09 Desember 2022 - 05:05 WIB
Pada suatu saat terjadi peristiwa yang membuat Raden Mas Said resah, karena di Keraton terjadi ketidakadilan yang dilakukan oleh Raja (Paku Buwono II) yang menempatkan Raden Mas Said hanya sebagai Gandhek Anom (Manteri Anom) atau sejajar dengan Abdi Dalem Manteri.
Padahal sesuai dengan derajat dan kedudukan, Raden Mas Said seharusnya menjadi Pangeran Sentana. Melihat hal ini, Raden Mas Said ingin mengadukan ketidakadilan kepada sang Raja, akan tetapi pada saat di Keraton oleh sang Patih Kartasura ditanggapi dingin. Dan dengan tidak berkata apa-apa sang Patih memberikan sekantong emas kepada Raden Mas Said.
Perilaku sang Patih ini membuat Raden Mas Said malu dan sangat marah, karena beliau ingin menuntut keadilan bukan untuk mengemis. Raden Mas Said bersama pamannya Ki Wiradiwangsa dan Raden Sutawijaya yang mengalami nasib yang sama, mengadakan perundingan untuk membicarakan ketidakadilan yang menimpa mereka.
Akhirnya Raden Mas Said memutuskan untuk keluar dari keraton dan mengadakan perlawanan terhadap Raja. Raden Mas Said bersama pengikutnya mulai mengembara mencari suatu daerah yang aman untuk kembali menyusun kekuatan.
Raden Mas Said bersama para pengikutnya tiba di suatu daerah dan mulai menggelar pertemuan-pertemuan untuk menghimpun kembali kekuatan dan mendirikan sebuah pemerintahan biarpun masih sangat sederhana.
Dia pun membangun pasukan untuk melawan pasukan VOC dan pemerintahan Mataram yang kala itu bersekutu dengan VOC.
RM Said memulai perjuangannya pada 1740 saat berusia 14 tahun. Musuhnya saat itu adalah Pakubuwana II dan tentara VOC. Pada 1746, RM Said bergabung dengan pamannya, Mangkubumi, untuk melawan Keraton Surakarta dan VOC. Mangkubumi yang merupakan pemimpin senior berperan sebagai panglima besarnya.
Sementara, RM Said menjadi pemimpin militernya yang berbakat dan berpengalaman, pengikut yang loyal dan banyak dikagumi. Dua kekuatan ini menjadikan mereka sangat kuat, bahkan dinilai sebagai kekuatan paling besar dan berbahaya yang pernah dihadapi tentara VOC di Jawa.
Padahal sesuai dengan derajat dan kedudukan, Raden Mas Said seharusnya menjadi Pangeran Sentana. Melihat hal ini, Raden Mas Said ingin mengadukan ketidakadilan kepada sang Raja, akan tetapi pada saat di Keraton oleh sang Patih Kartasura ditanggapi dingin. Dan dengan tidak berkata apa-apa sang Patih memberikan sekantong emas kepada Raden Mas Said.
Perilaku sang Patih ini membuat Raden Mas Said malu dan sangat marah, karena beliau ingin menuntut keadilan bukan untuk mengemis. Raden Mas Said bersama pamannya Ki Wiradiwangsa dan Raden Sutawijaya yang mengalami nasib yang sama, mengadakan perundingan untuk membicarakan ketidakadilan yang menimpa mereka.
Akhirnya Raden Mas Said memutuskan untuk keluar dari keraton dan mengadakan perlawanan terhadap Raja. Raden Mas Said bersama pengikutnya mulai mengembara mencari suatu daerah yang aman untuk kembali menyusun kekuatan.
Raden Mas Said bersama para pengikutnya tiba di suatu daerah dan mulai menggelar pertemuan-pertemuan untuk menghimpun kembali kekuatan dan mendirikan sebuah pemerintahan biarpun masih sangat sederhana.
Dia pun membangun pasukan untuk melawan pasukan VOC dan pemerintahan Mataram yang kala itu bersekutu dengan VOC.
RM Said memulai perjuangannya pada 1740 saat berusia 14 tahun. Musuhnya saat itu adalah Pakubuwana II dan tentara VOC. Pada 1746, RM Said bergabung dengan pamannya, Mangkubumi, untuk melawan Keraton Surakarta dan VOC. Mangkubumi yang merupakan pemimpin senior berperan sebagai panglima besarnya.
Sementara, RM Said menjadi pemimpin militernya yang berbakat dan berpengalaman, pengikut yang loyal dan banyak dikagumi. Dua kekuatan ini menjadikan mereka sangat kuat, bahkan dinilai sebagai kekuatan paling besar dan berbahaya yang pernah dihadapi tentara VOC di Jawa.
Lihat Juga :
tulis komentar anda