Abai Kepentingan Petani, KPA Tuding UU Cipta Kerja Lebih Pro Investor

Senin, 27 April 2020 - 21:14 WIB
Sekjen KPA Dewi Kartika. Foto/ist
JAKARTA - Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) menilai Omnibus Law Cipta Kerja (Ciptaker) lebih mengedepankan kepentingan investor. Ini akan membuat petani menjadi buruh di industri yang dikembangkan perusahaan besar.

Melalui surat terbuka kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi), KPA menyebut petani dan masyarakat ada dikondisikan tak punya pilihan, selain melepaskan tanah demi proyek-proyek investasi berskala besar.

“Kemudian digiring untuk menjadi tenaga kerja upah rendahan di perkebunan, industri kehutanan, pertambangan, bandara, pariwisata, perhotelan, resort dan sebagainya. Ironisnya, mereka menjadi tenaga kerja di atas tanah-tanah yang dulu adalah milik keluarga mereka,” tuturnya Sekjen KPA Dewi Kartika dalam keterangan tertulis yang diterima SINDOnews, Senin (27/04/2020).



Dewi mengatakan, rancangan undang-undang (RUU) Ciptaker sangat jelas melibas pertanian-peternakan rakyat, menghilangkan desa, dan kampung-kampung adat. RUU ini berorientasi pada kemudahaan untuk perusahaan sekala besar di seluruh sektor agraria.

Akhirnya, mengabaikan keselamatan dan pemenuhan hak-hak rakyat atas sumber-sumber agraria. Itu seharusnya dijamin oleh negara. Saat ini saja, petani banyak berkonflik dengan perusahaan perkebunan negara, swasta, perusahaan kehutanan negara, izin tambang, proyek infrastruktur, dan pariwisata premium.

KPA menilai untuk mendatangkan investor bukan memberikan karpet merah seperti yang ada dalam RUU. Menurut Dewi, investor enggan membenamkan dananya di Indonrsia karena rumitnya perizinan. Bukan karena sulit mendapatkan tanah atau jangka waktu ha katas tanah yang kurang lama.

“Tapi karena birokrasi yang korup. Berdasarkan kajian Kementerian Keuangan tahun 2019, korupsi merupakan faktor penyebab rendahnya investasi di Indonesia. Termasuk korupsi agraria dan SDA,” ungkapnya.

Dewi mengatakan petani, nelayan, dan peternak itu investor berharga bagi bangsa Indonesia. Dengan memperkuat dan menjamin keberadaan mereka, maka bisa menekan impor pangan. Mereka malah bisa menjadi tulang punggung untuk ekspor pangan lokal ke negara lain.

Lapangan kerja di Indonesia bukan hanya menempatkan manusia untuk diperas tenaganya dengan dijadikan buruh. Lapangan pekerjaan itu harus memanusiakan dengan menguatkan sentra-sentra produksi pertanian, perkebunan, dan peternakan rakyat.

KPA mendesak pemerintah hadir untuk menjadikan rakyat sebagai aktor utama dalam pembangunan. “Kita bukan bangsa yang akan menghamba pada keinginan investor yang bersifat lapar tanah,” pungkasnya.
(muh)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content