Pembangunan Candi Borobudur Dimulai Rakai Panangkaran Diselesaikan Samaratungga
Sabtu, 22 Oktober 2022 - 08:15 WIB
Rakai Layang Dyah Tulodong, naik tahta menjadi raja ke-11 menggantikan Mpu Daksa. Pada Prasasti Ritihang yang dikeluarkan oleh Mpu Daksa, terdapat tokoh Rakryan Layang, namun nama aslinya tidak terbaca. Namun identifikasi dari ciri-cirinya diketahui sosok Rakryan Layang merupakan seorang perempuan.
Diduga kuat Rakryan Layang ini merupakan anak dari Mpu Daksa yang kemudian menikahi dengan seorang laki-laki bernama Dyah Tulodong. Ia pun mendapatkan gelar Rakai Layang, yang naik tahta menggantikan mertuanya Mpu Daksa.
Rakai Sumba Dyah Wawa menjadi raja berikutnya dari Kerajaan Mataram kuno. Ia naik tahta menjadi raja ke-12 didasari pada bukti sejarah Prasasti Wulakan tanggal 14 Februari 928. Namun tak banyak sumber informasi mengenai Dyah Wawa saat memerintah di Kerajaan Mataram kuno.
Raja ke-13 Mataram kuno adalah Mpu Sindok. Di masa Mpu Sindok inilah pusat ibukota kerajaan berpindah ke Jawa Timur. Tercatat ini merupakan pemindahan keempat setelah pemindahan dari Medang, dipindahkan oleh Rakai Pikatan ke Mamrati, berlanjut ke Poh Pitu, kemudian dikembalikan lagi ke Mataram atau Medang di masa Dyah Wawa. Lantas Mpu Sindok akhirnya memindahkan ibukota kerajaan ke Jawa Timur, karena adanya dugaan bencana alam gunung meletus dan adanya peperangan.
Sri Lokapala, menjadi raja ke-14 dan merupakan menantu dari Mpu Sindok. Lokapala yang berasal dari Bali ini dinikahkan dengan anak Mpu Sindok Sri Isana Tunggawijaya. Peninggalan sejarah Sri Lokapala yakni Prasasti Gedangan pada 950 yang berisi anugerah Desa Bungur Lor dan Desa Ansana, kepada para pendeta Buddha di Bodhinimba.
Makuthawangsawardhana menjadi raja penerus seusai Lokapala. Ia menjadi raja ke-15 di Kerajaan Mataram kuno era Jawa Timur. Sayang di masa pemerintahannya tak banyak yang diketahui secara pasti. Namanya hanya ditemukan di Prasasti Pucangan sebagai kakek dari Airlangga. Pada prasasti itu disebutkan Makuthawangsawardhana memiliki putri bernama Mahendradatta, yaitu ibu dari Airlangga.
Raja terakhir Kerajaan Mataram Kuno yakni Dharmawangsa Teguh, sebagaimana terdapat di Prasasti Pucangan 1041 yang dikeluarkan oleh Raja Airlangga. Airlangga sendiri menyebut dirinya merupakan anggota keluarga Dharmawangsa Teguh. Di masa Dharmawangsa Teguh Kerajaan Mataram Kuno menemui ajalnya setelah serangan mendadak Raja Wurawuri dari Lwaram, yang merupakan sekutu Kerajaan Sriwijaya.
Serangan ini dilancarkan saat Raja Dharmawangsa Teguh tengah mengadakan pesta pernikahan putrinya dengan Airlangga. Dharmawangsa Teguh tewas dalam serangan tersebut, sementara Airlangga berhasil melarikan diri dan membuat kerajaan baru bernama Kerajaan Kahuripan.
Diduga kuat Rakryan Layang ini merupakan anak dari Mpu Daksa yang kemudian menikahi dengan seorang laki-laki bernama Dyah Tulodong. Ia pun mendapatkan gelar Rakai Layang, yang naik tahta menggantikan mertuanya Mpu Daksa.
Rakai Sumba Dyah Wawa menjadi raja berikutnya dari Kerajaan Mataram kuno. Ia naik tahta menjadi raja ke-12 didasari pada bukti sejarah Prasasti Wulakan tanggal 14 Februari 928. Namun tak banyak sumber informasi mengenai Dyah Wawa saat memerintah di Kerajaan Mataram kuno.
Raja ke-13 Mataram kuno adalah Mpu Sindok. Di masa Mpu Sindok inilah pusat ibukota kerajaan berpindah ke Jawa Timur. Tercatat ini merupakan pemindahan keempat setelah pemindahan dari Medang, dipindahkan oleh Rakai Pikatan ke Mamrati, berlanjut ke Poh Pitu, kemudian dikembalikan lagi ke Mataram atau Medang di masa Dyah Wawa. Lantas Mpu Sindok akhirnya memindahkan ibukota kerajaan ke Jawa Timur, karena adanya dugaan bencana alam gunung meletus dan adanya peperangan.
Sri Lokapala, menjadi raja ke-14 dan merupakan menantu dari Mpu Sindok. Lokapala yang berasal dari Bali ini dinikahkan dengan anak Mpu Sindok Sri Isana Tunggawijaya. Peninggalan sejarah Sri Lokapala yakni Prasasti Gedangan pada 950 yang berisi anugerah Desa Bungur Lor dan Desa Ansana, kepada para pendeta Buddha di Bodhinimba.
Makuthawangsawardhana menjadi raja penerus seusai Lokapala. Ia menjadi raja ke-15 di Kerajaan Mataram kuno era Jawa Timur. Sayang di masa pemerintahannya tak banyak yang diketahui secara pasti. Namanya hanya ditemukan di Prasasti Pucangan sebagai kakek dari Airlangga. Pada prasasti itu disebutkan Makuthawangsawardhana memiliki putri bernama Mahendradatta, yaitu ibu dari Airlangga.
Raja terakhir Kerajaan Mataram Kuno yakni Dharmawangsa Teguh, sebagaimana terdapat di Prasasti Pucangan 1041 yang dikeluarkan oleh Raja Airlangga. Airlangga sendiri menyebut dirinya merupakan anggota keluarga Dharmawangsa Teguh. Di masa Dharmawangsa Teguh Kerajaan Mataram Kuno menemui ajalnya setelah serangan mendadak Raja Wurawuri dari Lwaram, yang merupakan sekutu Kerajaan Sriwijaya.
Serangan ini dilancarkan saat Raja Dharmawangsa Teguh tengah mengadakan pesta pernikahan putrinya dengan Airlangga. Dharmawangsa Teguh tewas dalam serangan tersebut, sementara Airlangga berhasil melarikan diri dan membuat kerajaan baru bernama Kerajaan Kahuripan.
(don)
tulis komentar anda