Kisah Penculikan Dewi Rukmini Era Kerajaan Kediri yang Buat Murka Prabu Bismaka
Jum'at, 21 Oktober 2022 - 08:41 WIB
Kerajaan Kedirimerupakan salah satu kerajaan besar di Pulau Jawa pada masanya. Di kerajaan yang dipimpin oleh Prabu Jayabaya, karya sastra menjadi perhatian besar bagi raja. Tercatat ada tujuh karya sastra besar yang dihasilkan selama Kerajaan Kediri berkuasa, dari karya-karya sastra inilah sejarah dan gambaran Kerajaan Kediri dapat diketahui.
Sejumlah pujangga besar yang terkenal di zaman Kerajaan Kediri sebagaimana dikutip dari buku "Babad Tanah Jawi" dari tulisan Soedjipto Abimanyu, muncul dan menjadi penggores sejarah mengenai Kerajaan Kediri. Beberapa pujangga Mpu Panuluh, Mpu Sedah, hingga Mpu Monaguna, jadi deretan pujangga penulis kitab-kitab kuno era Kediri.
Salah satu kitab kuno yang terkenal dari Kerajaan Kediri adalah Bharatayuddha karya Mpu Sedah dan Mpu Panuluh. Kakawin Bharatayuddha ini merupakan salah satu karya sastra Jawa kuno yang termahsyur. Kakawin ini menceritakan peperangan antara kaum Kurawa dan Pandawa, yang disebut peperangan Bharatayuddha.
Karya sastra ini digubah oleh Mpu Sedah dan belakangan diselesaikan oleh Mpu Panuluh ini dipersembahkan bagi Prabu Jayabaya pada 1135-1157 Masehi. Kitab ini ditulis pada sekitar akhir masa pemerintahan Raja Daha tersebut. Kakawin ini tepatnya selesai ditulis pada 6 November 1157.
Kitab kedua yang ditulis Mpu Panuluh adalah Kakawin Hariwangsa, salah satu karya sastra Jawa kuno ditulis saat Prabu Jayabaya memerintah pada tahun 1135-1157 Masehi. Kata hariwangsa secara harfiah berarti silsilah atau garis keturunan Sang Hari atau Wisnu.
Cerita yang dikisahkan dalam bentuk kakawin ini adalah cerita ketika sang Prabu Kresna, titisan Batara Wisnu, ingin menikah dengan Dewi Rukmini dari negeri Kundina, putri Prabu Bismaka.
Prabu Kresna ingin menculik Dewi Rukmini. Lalu pada saat malam sebelum pesta pernikahan dilaksanakan, Kresna datang ke Kundina dan membawa lari Rukmini. Sementara itu, para tamu dari negeri-negeri lain banyak yang sudah datang. Prabu Bismaka sangat murka, dan ia langsung berdiskusi dengan raja-raja lainnya yang sedang bertamu.
Kitab berikutnya yang dihasilkan pujangga Mpu Panuluh adalah Kakawin Gatotkaca Sraya adalah kitab gubahan Panuluh selain Hariwangsa dan Bharatayuddha. Raja yang disebut dalam kitab Gatotkaca Sraya bernama Prabu Jayabaya.
Menurut tulisan batu, memang pada zaman Kediri ada seorang raja bernama Kertajaya, yang bertahta sekitar tahun 1110 Saka atau 1188 Masehi. Raja Kertajaya adalah raja pengganti Prabu Jayabaya.
Sejumlah pujangga besar yang terkenal di zaman Kerajaan Kediri sebagaimana dikutip dari buku "Babad Tanah Jawi" dari tulisan Soedjipto Abimanyu, muncul dan menjadi penggores sejarah mengenai Kerajaan Kediri. Beberapa pujangga Mpu Panuluh, Mpu Sedah, hingga Mpu Monaguna, jadi deretan pujangga penulis kitab-kitab kuno era Kediri.
Baca Juga
Salah satu kitab kuno yang terkenal dari Kerajaan Kediri adalah Bharatayuddha karya Mpu Sedah dan Mpu Panuluh. Kakawin Bharatayuddha ini merupakan salah satu karya sastra Jawa kuno yang termahsyur. Kakawin ini menceritakan peperangan antara kaum Kurawa dan Pandawa, yang disebut peperangan Bharatayuddha.
Karya sastra ini digubah oleh Mpu Sedah dan belakangan diselesaikan oleh Mpu Panuluh ini dipersembahkan bagi Prabu Jayabaya pada 1135-1157 Masehi. Kitab ini ditulis pada sekitar akhir masa pemerintahan Raja Daha tersebut. Kakawin ini tepatnya selesai ditulis pada 6 November 1157.
Kitab kedua yang ditulis Mpu Panuluh adalah Kakawin Hariwangsa, salah satu karya sastra Jawa kuno ditulis saat Prabu Jayabaya memerintah pada tahun 1135-1157 Masehi. Kata hariwangsa secara harfiah berarti silsilah atau garis keturunan Sang Hari atau Wisnu.
Cerita yang dikisahkan dalam bentuk kakawin ini adalah cerita ketika sang Prabu Kresna, titisan Batara Wisnu, ingin menikah dengan Dewi Rukmini dari negeri Kundina, putri Prabu Bismaka.
Prabu Kresna ingin menculik Dewi Rukmini. Lalu pada saat malam sebelum pesta pernikahan dilaksanakan, Kresna datang ke Kundina dan membawa lari Rukmini. Sementara itu, para tamu dari negeri-negeri lain banyak yang sudah datang. Prabu Bismaka sangat murka, dan ia langsung berdiskusi dengan raja-raja lainnya yang sedang bertamu.
Kitab berikutnya yang dihasilkan pujangga Mpu Panuluh adalah Kakawin Gatotkaca Sraya adalah kitab gubahan Panuluh selain Hariwangsa dan Bharatayuddha. Raja yang disebut dalam kitab Gatotkaca Sraya bernama Prabu Jayabaya.
Menurut tulisan batu, memang pada zaman Kediri ada seorang raja bernama Kertajaya, yang bertahta sekitar tahun 1110 Saka atau 1188 Masehi. Raja Kertajaya adalah raja pengganti Prabu Jayabaya.
tulis komentar anda