Pandemi COVID-19 Jadi Pukulan Telak Bagi Pelaku UMKM
Minggu, 05 Juli 2020 - 03:37 WIB
REMBANG - Sektor koperasi, dan usaha mikro kecil menengah (UMKM) mengalami pukulan telak, akibat pandemi COVID-19 yang berkepanjangan, dan hingga kini belum ada vaksinya.
(Baca juga: Dini Hari, Gempa Bermagnitudo 5.3 Guncang Malang dan Blitar )
Kondisi itu yang membuat Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki keliling ke sejumlah daerah, termasuk mengunjungi Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, Sabtu (4/7/2020) sore.
Teten singgah ke usaha batik tulis di Desa Sendangasri, Kecamatan Lasem. Usaha milik Parlan ini ikut merasakan imbas pandemi COVID-19. Parlan mengaku sebelum pandemi, jumlah pekerja mencapai 50 orang, tetapi sekarang tinggal 15 orang/hari.
"Kita lakukan sistem bergilir. Setiap hari rata-rata 15 orang. Pekerja lainnya ya banyak bertanya, kapan pak bisa kerja normal lagi," ujarnya. (Baca juga: Kota Malang Kembali ke Zona Merah, 1 Wanita Cantik Diisolasi )
Parlan menambahkan omzet penjualan batik tulis menurun tajam, sehingga pendapatan anjlok. Dulu sebelum pandemi COVID-19, meraup penghasilan bersih Rp5 juta/bulan tergolong mudah. Namun saat ini untuk memperoleh Rp2 juta saja, sangat kesulitan.
"Batik saya ini alhamdulilah sudah merambah seluruh Indonesia, bahkan keluar negeri. Tapi setelah pandemi COVID-19, perbedaannya sangat mencolok. Modal sudah menipis. Kebetulan saya pensiunan pegawai negeri, jadi sedikit-sedikit masih bisa tertolong," ungkap Parlan.
Teten Masduki membenarkan untuk usaha mikro, banyak yang gulung tikar. Mereka dikategorikan sebagai kelompok miskin baru, yang perlu mendapatkan bantuan sosial (Bansos). Menurutnya, konsep Bansos bagi UMKM masih terus digodok.
"Kalau yang gulung tikar, tidak bisa lagi dikasih modal, tapi dibansoskan. Konsep Bansos masih akan terus kembangkan, tapi saya belum bicara sekarang," tuturnya.
(Baca juga: Dini Hari, Gempa Bermagnitudo 5.3 Guncang Malang dan Blitar )
Kondisi itu yang membuat Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki keliling ke sejumlah daerah, termasuk mengunjungi Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, Sabtu (4/7/2020) sore.
Teten singgah ke usaha batik tulis di Desa Sendangasri, Kecamatan Lasem. Usaha milik Parlan ini ikut merasakan imbas pandemi COVID-19. Parlan mengaku sebelum pandemi, jumlah pekerja mencapai 50 orang, tetapi sekarang tinggal 15 orang/hari.
"Kita lakukan sistem bergilir. Setiap hari rata-rata 15 orang. Pekerja lainnya ya banyak bertanya, kapan pak bisa kerja normal lagi," ujarnya. (Baca juga: Kota Malang Kembali ke Zona Merah, 1 Wanita Cantik Diisolasi )
Parlan menambahkan omzet penjualan batik tulis menurun tajam, sehingga pendapatan anjlok. Dulu sebelum pandemi COVID-19, meraup penghasilan bersih Rp5 juta/bulan tergolong mudah. Namun saat ini untuk memperoleh Rp2 juta saja, sangat kesulitan.
"Batik saya ini alhamdulilah sudah merambah seluruh Indonesia, bahkan keluar negeri. Tapi setelah pandemi COVID-19, perbedaannya sangat mencolok. Modal sudah menipis. Kebetulan saya pensiunan pegawai negeri, jadi sedikit-sedikit masih bisa tertolong," ungkap Parlan.
Teten Masduki membenarkan untuk usaha mikro, banyak yang gulung tikar. Mereka dikategorikan sebagai kelompok miskin baru, yang perlu mendapatkan bantuan sosial (Bansos). Menurutnya, konsep Bansos bagi UMKM masih terus digodok.
"Kalau yang gulung tikar, tidak bisa lagi dikasih modal, tapi dibansoskan. Konsep Bansos masih akan terus kembangkan, tapi saya belum bicara sekarang," tuturnya.
tulis komentar anda