Ungkapan Penyesalan Ketua PKI DN Aidit Sebelum Tertangkap dan Ditembak Mati

Senin, 26 September 2022 - 10:37 WIB
Partai Komunis Indonesia (PKI) pimpinan DN Aidit atau Dipa Nusantara Aidit hancur lebur setelah peristiwa 30 September 1965 atau G30S meledak. (Ist)
BLITAR - Partai Komunis Indonesia (PKI) pimpinan DN Aidit atau Dipa Nusantara Aidit hancur lebur setelah peristiwa 30 September 1965 atau G30S meledak.

PKI yang masuk lima besar dalam perolehan suara Pemilu 1955, yakni bersaing ketat dengan PNI, Masyumi, NU, dan PSI, lumpuh secara organisasi.

Dalam situasi kacau, pada 1 Oktober 1965 banyak tokoh PKI yang kemudian berpencar, melakukan penyelamatan diri masing-masing. Termasuk DN Aidit kabur ke wilayah Jawa Tengah yang merupakan basis suara PKI dalam Pemilu 1955.

Aidit merupakan menteri koordinator dan sekaligus Wakil Ketua MPRS. Di persembunyiannya Ia berharap besar adanya penyelesaian politik dari Presiden Soekarno atau Bung Karno.

Karenanya dalam situasi diburu, Aidit mencoba terus bertahan. Kusno, pengawal pribadi Aidit yang kemudian tertangkap dan dibui, menceritakan hal itu.



"Aidit hidup dalam keadaan dikejar-kejar, karena penyelesaian politik yang diharapkan dari Presiden Soekarno tidak kunjung tiba," kata Kusno seperti dikutip dari buku G30S Dan Kejahatan Negara.

Selama dikejar-kejar, kondisi fisik Aidit kurang bagus. Menurut Kusno, ia tidak bisa berjalan kaki jarak jauh. Kakinya lecet kena sepatu yang dipakainya, sehingga beberapa kali terpaksa digendong Kusno.

Pemandangan Aidit digendong Kusno dari satu desa ke desa lain menarik perhatian orang lain. "Apalagi ternyata Aidit disaat persembunyian itu masih mengenakan pakaian menteri".

Pada pertengahan Oktober 1965, Kusno diperintah Aidit untuk mencari kontak ke Jakarta. Kusno meninggalkan Aidit di rumah anggota PKI Jawa Tengah.
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More