Teman Netra Kini Bisa Pantau Langsung Penanganan COVID-19 di Jabar
Selasa, 30 Juni 2020 - 20:42 WIB
BANDUNG - Kabar gembira bagi para teman netra, sebutan penyandang tuna netra. Kini, para teman netra bisa secara langsung memantau perkembangan penanganan COVID-19 di Provinsi Jawa Barat. Untuk mendapatkan informasi terkini penanganan COVID-19 di Jabar, teman netra tinggal menghidupkan fitur suara dalam aplikasi Pusat Informasi dan Koordinasi COVID-19 Jabar (Pikobar).
"(Aplikasi) Pikobar sekarang user friendly untuk tuna netra. Jadi, teman-teman netra sekarang bisa menggunakan Pikobar. Tombol yang tadinya dibaca, untuk tunanetra bisa dikeluarkan suara," ungkap Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Jabar, Setiaji di Gedung Sate, Kota Bandung, Selasa (30/6/2020).
Setiaji yang juga menjabat Ketua Divisi Pelayanan Informasi, Pusat Data dan Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Jabar itu, mengatakan, melalui Pikobar, pihaknya bertanggung jawab mengelola data terkait penanganan COVID-19 di Provinsi Jabar. (Baca: Tembus Rp1 Triliun Lebih, Bansos Paling Banyak Sedot Dana COVID-19 Jabar )
"Situs web dan aplikasi Pikobar diluncurkan menyesuaikan karakteristik warga Jabar. Apalagi di aplikasi, fitur bisa lebih banyak," katanya. Menurutnya, Pikobar berkolaborasi dengan 16 pihak baik start up maupun komunitas dalam pengembangannya. Selain itu, hingga kini, terdapat 38 fitur dalam aplikasi Pikobar.
"Aplikasi ini open source, jadi pemerintah kabupaten/kota bisa menggunakan aplikasi ini secara gratis dan dimanfaatkan juga. Ada (aplikasi) kabupaten/kota yang mirip seperti Pikobar, dari situ diharapkan muncul kolaborasi dan pengembangan fitur agar lebih baik," tuturnya.
Setiaji menambahkan, pihaknya juga sudah menghimpun 2.600 berita bohong (hoaks) yang beredar dan sudah diklarifikasi, sehingga warga bisa tahu mana berita hoaks dan bukan hoaks. Hingga kini, kata Setiaji, aplikasi Pikobar sudah diunduh 750.000 pengguna dan menangani 120.000 pengaduan lewat hotline Pikobar.
"Di masa AKB (adaptasi kebiasaan baru) sejauh ini (hoaks) juga masih berkaitan COVID-19. Untuk pengaduan, juga paling banyak masih berkaitan bansos," ungkapnya. Masih di tempat yang sama, Product Manager Pikobar Adityo Trimurdani menjelaskan, untuk fitur teranyar bagi teman netra, pihaknya memanfaatkan fitur bawaan Android dan iOS.
"Jadi di Android ada Talkback di iOS ada VoiceOver. Ketika kedua fitur itu di masing-masing device (gawai) pengguna diaktifkan, maka aplikasi Pikobar tombol-tombolnya dikonversi menjadi audio. Jadi, misal klik data Jabar, yang muncul audionya," jelas Adityo.
Dia melanjutkan, aplikasi Pikobar yang dikembangkan di bawah naungan unit kerja Jabar Digital Service (JDS) Diskominfo Jabar adalah upaya penanggulangan COVID-19 melalui solusi teknologi. Terkait potensi serangan atau hack, Pikobar juga bekerja sama dengan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) selain memiliki tim mandiri untuk mengantisipasi serangan terhadap sistem.
"Adapun fitur unggulan yang banyak digunakan warga antara lain fitur data informasi kasus di Jabar, nasional, dan dunia, cek sebaran kasus, dan periksa mandiri. Untuk situs web, hingga kini total kunjungan mencapai 4,7 juta," katanya.
"(Aplikasi) Pikobar sekarang user friendly untuk tuna netra. Jadi, teman-teman netra sekarang bisa menggunakan Pikobar. Tombol yang tadinya dibaca, untuk tunanetra bisa dikeluarkan suara," ungkap Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Jabar, Setiaji di Gedung Sate, Kota Bandung, Selasa (30/6/2020).
Setiaji yang juga menjabat Ketua Divisi Pelayanan Informasi, Pusat Data dan Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Jabar itu, mengatakan, melalui Pikobar, pihaknya bertanggung jawab mengelola data terkait penanganan COVID-19 di Provinsi Jabar. (Baca: Tembus Rp1 Triliun Lebih, Bansos Paling Banyak Sedot Dana COVID-19 Jabar )
"Situs web dan aplikasi Pikobar diluncurkan menyesuaikan karakteristik warga Jabar. Apalagi di aplikasi, fitur bisa lebih banyak," katanya. Menurutnya, Pikobar berkolaborasi dengan 16 pihak baik start up maupun komunitas dalam pengembangannya. Selain itu, hingga kini, terdapat 38 fitur dalam aplikasi Pikobar.
"Aplikasi ini open source, jadi pemerintah kabupaten/kota bisa menggunakan aplikasi ini secara gratis dan dimanfaatkan juga. Ada (aplikasi) kabupaten/kota yang mirip seperti Pikobar, dari situ diharapkan muncul kolaborasi dan pengembangan fitur agar lebih baik," tuturnya.
Setiaji menambahkan, pihaknya juga sudah menghimpun 2.600 berita bohong (hoaks) yang beredar dan sudah diklarifikasi, sehingga warga bisa tahu mana berita hoaks dan bukan hoaks. Hingga kini, kata Setiaji, aplikasi Pikobar sudah diunduh 750.000 pengguna dan menangani 120.000 pengaduan lewat hotline Pikobar.
"Di masa AKB (adaptasi kebiasaan baru) sejauh ini (hoaks) juga masih berkaitan COVID-19. Untuk pengaduan, juga paling banyak masih berkaitan bansos," ungkapnya. Masih di tempat yang sama, Product Manager Pikobar Adityo Trimurdani menjelaskan, untuk fitur teranyar bagi teman netra, pihaknya memanfaatkan fitur bawaan Android dan iOS.
"Jadi di Android ada Talkback di iOS ada VoiceOver. Ketika kedua fitur itu di masing-masing device (gawai) pengguna diaktifkan, maka aplikasi Pikobar tombol-tombolnya dikonversi menjadi audio. Jadi, misal klik data Jabar, yang muncul audionya," jelas Adityo.
Dia melanjutkan, aplikasi Pikobar yang dikembangkan di bawah naungan unit kerja Jabar Digital Service (JDS) Diskominfo Jabar adalah upaya penanggulangan COVID-19 melalui solusi teknologi. Terkait potensi serangan atau hack, Pikobar juga bekerja sama dengan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) selain memiliki tim mandiri untuk mengantisipasi serangan terhadap sistem.
"Adapun fitur unggulan yang banyak digunakan warga antara lain fitur data informasi kasus di Jabar, nasional, dan dunia, cek sebaran kasus, dan periksa mandiri. Untuk situs web, hingga kini total kunjungan mencapai 4,7 juta," katanya.
(don)
tulis komentar anda